1. EXTRA PART GARIS WAKTU

77 10 0
                                    

EXTRA PART GARIS WAKTU :
BERNAFAS TANPA MU

Akhirnya kita sudah dipenghujung cerita. Izinkan aku untuk menutup buku ini, Tuan. Sekarang sudah waktunya aku tutup semua tentangmu. Aku harus mulai melupakanmu. Aku harus mulai terbiasa tanpa kehadiranmu.

Tentang buku yang aku harapkan menjadi happy ending tapi ternyata tidak demikian, tak apa. Karena meski tidak berakhir bahagia, kisah kita akan terus melegenda.

Izinkan aku melanjutkan hidupku tanpa dirimu. Aku tidak menyesal karena pernah mencintaimu sedalam itu. Meskipun pada akhirnya kita akan saling melupakan, percayalah, kamu akan selalu abadi di dalam cerita ini.

Selamat abadi. Dafa Sanjaya.

***

Vania duduk dikursi pojok kelas dekat jendela. Vania memandang kaca jendela yang dilalui banyak orang. Berulang kali ia menyaksikan orang-orang yang sedang dimabuk asmara.

Ia terkadang termenung. Sudah lama ia menjalani hari-harinya dengan perasaan yang hampa. Bukan hanya perasaan, tapi segalanya terasa hampa.

Vania juga merasa bingung, disaat orang-orang banyak menyatakan cintanya kepada pujaan hatinya. Sementara dirinya? Kenapa melupakan satu orang saja rasanya begitu sulit?

“Van?”

Buyar sudah pikirannya setelah mendengar panggilan itu. Vania menoleh lalu melihat Athena yang sudah duduk disampingnya dengan semangkuk mie ayam.

“Thea? Kenapa mie ayamnya dibawa ke kelas? Kenapa gak makan di kantin aja?” tanya Vania.

Athena memulai satu suapan mie ayam itu. “Gue pengen temenin lo aja. Lagian disana bosen, lo diajak ke kantin malah gak mau,”

“Padahal aku nggak apa-apa sendiri juga,” sahut Vania. Gadis itu kembali menatap kaca jendela. Langit kian mendung yang menyebabkan rintik-rintik hujan mulai menetes mengenai bumi.

“Lo masih mikirin cowok itu?”

Vania menoleh, “Cowok? Siapa? Aku udah move on, Thea. Aku udah gak punya perasaan apapun lagi, aku udah melupakan semuanya.” jelas Vania.

“Mulut lo emang bilang gitu. Tapi mata lo gak bisa bohongin gue.” tukas Athena. “Dimata lo masih ada bayangan dia.”

“Dafa.” sambung Athena.

“Jangan sebut nama dia, Thea. Aku benci sama dia. Aku gak mau kenal sama dia lagi.” ujar Vania.

Apakah perkataan itu murni dari lubuk hatinya? Tentu saja tidak. Vania hanya sedang membohongi dirinya sendiri. Vania masih menyayangi Dafa, bahkan selama ini perasaannya tidak pernah berubah.

Hanya saja, Vania berhenti menunjukkan itu semua. Vania sudah tidak bisa lagi untuk berharap kepada seseorang yang sudah bukan lagi miliknya. Tepatnya, Dafa sudah memiliki pemillik baru dan rumah baru yang mungkin lebih nyaman untuk dirinya.

“Lo bahkan gak bisa bohongin diri lo sendiri, Van.” ujar Athena tersenyum tipis.

Telaga mata Vania terlihat menggenang. Memang benar, Vania hanya sedang membohongi dirinya juga hatinya. Tidak ada yang ia lupakan apalagi ia benci.

“Kita sahabatan udah lama. Gue juga tau sebesar apa cinta lo sama cowok itu. Gue tau, Van. Gue juga ngerti.” terang Athena.

“Tapi, mau sampai kapan lo hidup dengan bayang-bayang dia? Lo gak bakalan bisa bangkit kalo saat lo jatuh lo malah berhenti dan menyerah gitu aja.”

GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang