7. MALAM MINGGU

75 22 2
                                    

"Di atas langit masih ada langit. Tapi di bawah langit masih ada aku yang mencintai orang yang tidak pasti."

7. MALAM MINGGU

“ASTAGA!”

Nafas Vania tercekat sesaat. Rasanya jantung Vania berhenti secara tiba-tiba. “Hampir-hampir,”

Dafa melepaskan rengkuhannya, “Lo gak bisa hati-hati apa? Lo hampir mati barusan kalo gue gak ada,”

Vania menghela nafasnya, “Aku gak liat ada mobil disana, Kak. Bukannya sengaja! Emang ada orang yang sengaja mau mati?”

“Ada,” sahut Dafa. “Orang yang depresi,”

Vania tersenyum paksa dan mengangguk, “Terimakasih atas informasinya,” katanya lalu hendak kembali melintas jalanan.

Dafa mencekal tangan Vania, “Lo pikir gratis setelah gue selamatin lo barusan?”

“Kakak minta pamrih?”

“Gak ada yang gratis di dunia ini, Van.”

****

Malam ini Vania sudah terlihat cantik dengan memakai dress berwarna hitam selutut dan rambut yang dibiarkan terurai. Vania menatap dirinya di dalam cermin dengan wajah yang sebal.

“Malam ini jalan dan traktir gue makan,”

Vania membuang nafasnya ketika mengingat perkataan Dafa tadi siang. Vania menggelengkan kepalanya lalu mengambil liptint untuk mewarnai bibirnya agar tidak terlalu pucat.

Namun setelah dipikir-pikir, ia terlalu naif jika tidak senang dengan semua ini. Tiba-tiba Vania menyengir melihat wajahnya di dalam cermin. Vania harus terlihat lebih cantik agar Dafa menyukainya.

“Udah cantik, Van!” Seseorang muncul tiba-tiba di daun pintu kamar Vania. Valora menghampiri Vania dan sedikit merapihkan rambut Vania.

“Mau jalan sama siapa?” tanya Valora. “Sama Mahesa?”

Vania membuang nafas, “Mahesa-Mahesa terus! Aku udah gak suka dia kali, Kak!”

“Terus sama siapa?”

“Lihat aja sendiri nanti,” ujar Vania. “Tapi jangan suka,”

“Gak minat kali. Paling bocah kemarin sore,”

“Vania! Temen kamu udah datang!” teriak Vineta Mama Vania.

Valora mengambil tas kecil milik Vania lalu membantunya melampirkannya. “Good luck!”

Vania tersenyum lalu berjalan untuk turun ke ruang tamu. Valora mengikuti di belakang Vania. Valora penasaran, sebenarnya siapa yang sedang dekat dengan Adiknya?

Vania melihat Arlo sedang berbicara dengan Dafa. Vania tertawa kecil melihat Dafa yang sangat tegang dan canggung berhadapan dengan Ayahnya. Segera Vania menghampiri mereka.

Dafa dan Arlo menoleh kepada Vania. Dafa sedikit terkejut dengan penampilan Vania malam ini. Dafa memperhatikan Vania dari bawah hingga atas. Ia berdecak kagum di dalam hatinya.

“Om titip Vania ya, Dafa.” ujar Arlo membuat Dafa tersenyum canggung. “Kalo cerewet maklumin. Emang sifat Mamanya menurun ke dia,”

“Papa!” Vania memperingati Ayahnya. Apa ini? Membuat malu saja!

Valora membawa nampan berisi minuman dan kue kering. Setelah turun tadi, sejujurnya ia sangat terkejut dengan laki-laki ini. Bagaimana bisa begitu tampan?

“Makasih, Kak,” ujar Dafa dengan sopan.

Valora tersenyum sekaligus meleleh. Namun ketika ia melirik Vania, ia sudah mendapat tatapan tajam dan mematikan darinya. Valora hanya terkekeh.

GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang