19. FROM SOMEONE

76 14 0
                                    

“Jika matamu saja lebih indah dari senja, lantas aku bisa apa selain jatuh cinta?” — Dafa Sanjaya.

19. FROM SOMEONE

“Kak Vania,”

Vania yang sedang bersama Athena di koridor menoleh ketika seseorang memanggilnya dengan pelan. “Eh Ucup! Kenapa, Cup?” Bukan Vania yang menyahut, melainkan Athena.

Vania memperhatikan Ucup yang memiliki kepala botak itu. “Kenapa, Cup? Itu apa?”

“Ada yang ngasih ini ke Kakak. Tapi suruh lewat Ucup. Malu katanya,” Ucup memberikan boneka sapi dan secarik surat pada Vania.

Athena terkekeh, “Ya elah, pengagum rahasia Vania yang mana lagi ini, Cup?”

“Baru, Kak! Yang ini ganteng puolll. Gak bakal nyesel kalo di terima!” ujar Ucup mengacungkan dua jempolnya.

“Alah, gak percaya gue. Kalo ganteng ngapain pake malu,” Athena geleng-geleng tak percaya.

Vania tersenyum menerima boneka sapi yang menurutnya lucu. “Makasih Cup. Tapi boleh kasih tau gak ini dari siapa?” Vania mencoba untuk membujuk Ucup yang sudah kesekian kalinya memberikan bucket atau pun boneka padanya yang di kirim dari seseorang.

Ucup hanya tersenyum yang menampilkan deretan giginya. Hal itu lantas membuat Athena kembali keheranan. “Disogok berapa Cup?” tanyanya.

“Di bantuin pr sama di kasih gocap,” jawab Ucup memasang wajah tanpa dosa.

“Ya elah, Cup. Cuman gocap nanti Vania kasih seratus!” Athena menyenggol lengan Vania.

Vania merasa jengkel, “Udah, Thea. Ya udah Cup. Makasih banyak ya,” ujarnya.

“Kalo jadian kasih pinjam dulu Ucup seratus!” Ucup langsung lari terbirit-birit meninggalkan Vania dan Athena yang tampak terkekeh dengan tingkahnya.

Athena merebut secarik kertas yang Vania genggam. Ia hendak membukanya namun Vania kembali mengambil alih. “Gak boleh liat! Ini rahasia pribadi!” ujarnya.

Athena memutar bola matanya, “Ya elah. Paling surat cinta alay yang udah biasa lo dapetin. Udah ah gue mau nyontek Fisika ya!” Athena berlari ke dalam kelas.

“Ambil aja di tas!” Vania tersenyum lalu pandangannya jatuh pada boneka sapi itu. Ia beralih menatap secarik kertas berwarna biru yang sejak tadi ia genggam.

Lenggang kaki Vania berjalan menuju arah taman belakang. Vania duduk lalu membuka surat itu dengan perlahan. Manik matanya kesana kemari membaca surat itu dengan antusias.

To : Vania Larissa kelas XI IPA 2
From : Someone

Dear Vania.
Si pemilik paras cantik dan punya segudang kemanisan di setiap senyuman nya.

Ada sedikit yang ingin aku ceritakan lewat surat sederhana ini. Yaitu tentang perasaanku padamu yang terus tumbuh di setiap detiknya.

Setiap bersama kamu, rasanya aku seperti beralih ke dimensi lain. Dimensi yang dimana hanya ada kebahagiaan tanpa ada kesedihan dan keputusasaan.

GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang