“Jika engkau tidak menakdirkan dirinya untukku. Tolong, tolong hapus perasaan ini segera.” — Vania Larissa.
8. TERSESAT
Vania menatap jalanan yang terlihat sejuk. Berbagai pepohonan dan kebun teh membuat matanya segar dan hatinya terasa tenang. Perjalanan menuju hutan Jaya Tirta terlampau cukup jauh. Hingga dalam beberapa waktu membuat gadis itu diserang dengan rasa kantuk yang luar biasa. Vania memejamkan matanya, ia ingin tidur sebentar. Ia memastikan akan bangun sebelum sampai ditempat tujuan.
Dafa yang sedang mendengarkan musik dengan earphone yang terpasang ditelinganya seketika menoleh kala kepala gadis itu tersandar dibahunya. Dugaannya benar, gadis itu tertidur.
Dafa perlahan tersenyum. Mengusap pucuk kepala Vania dengan lembut hingga tak disadari oleh sang empu.
***
Setelah menempuh beberapa jam diperjalanan. Mereka akhirnya sampai di hutan Jaya Tirta untuk melakukan camping tahunan. Dafa melirik gadis disampingnya yang masih pulas dan betah berada di alam mimpinya. Walaupun tak tega, ia berusaha untuk membangunkannya.
Dafa menepuk pelan pipi Vania, “Van?”
Gadis itu tak bereaksi apapun. Bahkan mulut gadis itu sedikit terbuka membuat Dafa tertawa kecil. Dafa menutup mulut Vania dengan pelan lalu kembali menepuk pipi Vania.
“Bangun, Van.” ujar Dafa seraya menatap kedua mata gadis itu yang terpejam. Terlihat sangat damai. Namun beberapa saat kemudian Vania mulai membuka matanya.
Mereka berkontak mata selama beberapa saat. Baru saja bangun, Vania sudah dibuat melayang dengan keadaan wajah Dafa yang jaraknya sangat dekat dengannya. Vania segera memutus kontak mata itu lalu melirik sekelilingnya. Para siswa dan siswi sedang riuh turun dari bus.
“Nyenyak tidurnya?”
Vania kembali dibuatnya salah tingkah. Ia tak berani melihat laki-laki itu hingga berpura-pura membereskan isi tasnya.
“Aku duluan,” Vania berjalan melewati Dafa yang masih duduk menatapnya dengan senyuman kecil. Gadis itu menggemaskan hingga membuatnya ingin menjahilinya terus-menerus.
Para siswa dan siswi berkumpul untuk pembagian regu. Masing-masing tenda memiliki siswa atau siswi yang berjumlah delapan orang.
Setelah mendengar pengumuman. Vania dan Nayara ternyata satu regu dan mereka akan berada di dalam satu tenda yang sama. Nayara terus melakukan protes kepada Bu Intan walaupun tak pernah didengar.
“Lo tuh emang ditakdirkan buat usik kehidupan gue terus, ya.” Nayara mengepalkan tangannya. “Gue gak pernah suka sama lo,”
“Kita sama,” Vania tersenyum tipis lalu meninggalkan Nayara yang bertambah kesal.
***
Vania sedang menyendiri dipinggir danau. Ia duduk diantara banyaknya batu yang sedikit cukup besar untuk diduduki. Hembusan angin membuat rambut gadis itu menutupi sebagian wajah anggun nya.
Vania menikmati pemandangan yang menyejukkan hatinya. Ia merasa damai sejenak ketika melihat sesuatu yang indah. Salah satunya adalah ciptaan Tuhan ini. Vania memejamkan matanya untuk lebih menenangkan hatinya dan pikirannya yang berisik.
“Ngapain sendiri disini?”
Vania membuka kelopak matanya lalu menoleh mendapati seorang laki-laki yang sudah duduk di batu yang berada di sampingnya. “Cari angin. Sekalian tenangin pikiran,” ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS WAKTU
Novela JuvenilWARNING ⚠️ ADA BEBERAPA PART YANG DIREVISI. MAUPUN ALUR CERITA, NAMA TEMPAT, DAN NAMA TOKOH. HARAP MEMAKLUMI JIKA ADA KESALAHAN DAN HARAP MEMBACA ULANG! Dimulai dengan seorang gadis bermulut ember yang berani mengusik ketenangan seorang laki-laki ya...