32. WHOLE BACK

51 12 0
                                    

“Satu di antara keindahan persahabatan sejati adalah bisa saling memahami dan dipahami satu sama lain."

32. WHOLE BACK

“Maaf Ton ... Gue gagal jadi temen lo,”

Dafa menundukkan kepalanya. Merasa malu. Merasa bersalah. Merasa sangat gagal. Satu titik air mata berhasil terjun di pipi Antony. Ia tersenyum miris. Bohong jika Antony sendiri tidak merindukan segala hal yang ia lewati bersama Dafa. Ia sangat merindukannya.

Dafa sama sekali tidak gagal menjadi sahabat yang baik. Hanya sudut pandang Antony saja yang membuat jalinan persahabatan mereka menjadi pecah. Antony merasa jika sedang bersama Dafa ia teracuhkan dan merasa di campakkan.

Hal itu yang membuat Antony merasa rendah dan tidak di hargai. Terlebih perjuangannya yang keras untuk mendapatkan Vania tidak berbuah hasil sedikitpun. Yang ia dapatkan hanya rasa sakit dan sesak yang teramat.

“Gue ... Egois ya?” Dafa mendongak melihat Antony yang kini benar-benar menunjukkan titik terendahnya. Dafa tidak menjawab, membiarkan Antony melanjutkan perkataannya kembali.

“Lo sama sekali gak gagal, Daf. Gue yang terlalu terobsesi sama kehidupan lo yang terus keliatan bahagia tanpa ada beban sedikitpun. Gue yang salah disini,”

“Gak ada yang salah, Ton.”

Dafa membuka suara. Tidak bisa di pungkiri. Dafa memang masih merasa marah karena Antony membawa orang lain pada masalah pribadinya. Apalagi orang itu adalah Vania. Namun ia juga sadar bahwa Antony memang benar-benar merasa terluka dan lelah karena selalu berujung tidak mendapatkan kebahagiaan.

“Tapi gue merasa bersalah karena gak bisa mengerti keadaan lo sampe lo berubah jadi peran jahat waktu itu. Gue sempet bingung lo kenapa dan gak kunjung dapet jawabannya,”

“Setelah satu tahun dan sekarang gue baru mendapatkan jawabannya. Gue sadar, Ton. Lo sakit. Sakit banget malahan kalo di posisi lo. Tapi lo gak bisa menyimpulkan dan berpikiran pendek sampe bisa buat orang celaka karena ego lo sendiri,”

“Gue minta maaf, Ton. Dan sekarang, gue minta lo balik, ya? Gue mau lo jadi Antony yang receh bisa buat kita ketawa. Gue mau lo jadi Antony yang gak lemah. Gue mau lo, gue, dan anak anak yang lain memperbaiki semuanya dari awal. Lupain kejadian dulu. Kita coba berdamai dengan keadaan,”

“Jujur, Ton. Gue kangen sama lo. Begitupun anak-anak yang lain. Gue kangen semua yang lo lakuin pas kita masih temenan dulu. Dan dulu gue pikir, gue gak akan bisa ketemu lagi sama lo. Karena lo memutuskan buat pecahin persahabatan kita dan pergi gitu aja dari kota ini. Sekarang aja gue gak nyangka. Gue bisa ketemu sama lo dengan keadaan yang beda,”

“Beda karena lo jadi bisa menunjukkan kesedihan dan meluapkan apa yang lo rasain selama menjalin persahabatan kita dulu. Gak kayak dulu. Sok kuat. Gak mau mengakui kalo lo juga lemah dan butuh dukungan dari kita,”

Antony merasa sesak mendengarnya. Antony dulu merasa bisa menghadapi sendirian dan kuat tanpa ada dukungan. Itulah mengapa Antony tidak ingin menceritakan apa yang ia rasakan kepada teman-temannya. Tapi ternyata, dugaannya salah. Antony membutuhkan support dan harus bisa menceritakan hal yang ia alami agar bisa lega dan menjalani hidup yang tenang.

“Daf ...” Antony melirih. “Gue merasa gak pantes banget jadi sahabat lo. Gue jahat. Gue gak punya hati. Gue gak punya otak. Gue tolol,”

GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang