02. Separated : Kabar Baik

308 60 38
                                    

- 𝐒𝐄𝐏𝐀𝐑𝐀𝐓𝐄𝐃 -

"Ibu."

"Chaeng, masuk ke kamar."

Chaeyoung merangkul lengan Sinb, tentu saja dia akan membawa adiknya pergi. Tidak akan Chaeyoung membiarkan adiknya berhadapan dengan Sang ibu tanpa pendamping, mengingat Jinyoung pun pasti sudah pergi bekerja.

"Chaeyoung!" tukas Jisoo dengan penuh penekanan. "Kamu mengerti apa yang Ibu perintahkan?"

"Tapi Ibu—"

"Masuk ke kamar kamu, sendiri."

Chaeyoung melepaskan rangkulannya tidak enak hati, ia dan Sinb saling menatap satu sama lain karena harus terpisah.

"Park Chaeyoung!"

"Ya."

Sepeninggal Chaeyoung, Jisoo berdiri di hadapan Sinb dan memandangi putri bungsunya dari atas hingga ke bawah. Menilai bagaimana penampilannya, lalu berbalik dengan tanpa bicara sepatah kata pun.

Sinb menghela napas lega, syukurlah dia tidak diberi pertanyaan yang akan mengantarnya pada sebuah kemarahan. Ketahuilah, bahwa Kim Jisoo yang terlihat lemah lembut sebenarnya sangat dingin. Terkhusus pada Sinb saja.

"Dari mana?" tanya Jisoo.

Sinb menegang di tempatnya. "T-taman? Ya, pergi ke taman."

"Begitu rupanya," balas Jisoo percaya begitu saja, ia lantas melenggang pergi ke dapur.

"Daebak, hampir saja jantungku copot." Sinb mengusap dadanya melampiaskan rasa leganya. "Mari kita menunggu kabar baiknya, semoga aku mendapatkan beasiswa itu dan ... membuat Ibu melihat ke arahku."

Sinb melangkah ke pintu kamar Chaeyoung, tanpa mengetuk terlebih dahulu ia membuka pintu itu. Nampaklah Park Chaeyoung yang sedang berjalan bolak-balik sambil menggigit jari telunjuknya.

"Eonnie," panggil Sinb.

"Ah, aku tidak ada waktu. Aku sedang cemas, Adikku pasti dimarahi oleh Ib—YA!" pekik Chaeyoung di akhir kalimatnya, ia lantas menghampiri Sinb. "K-kamu tidak kenapa-kenapa, 'kan? Ibu tidak memukul kamu, 'kan?" Chaeyoung meraba-raba tubuh Sinb memastikan.

"Eonnie, hentikan." Sinb menahan kedua tangan Chaeyoung. "Lagipula Ibu tidak pernah sekasar itu kepadaku, hanya sifatnya saja yang dingin. Grrr, seperti es batu."

Chaeyoung mengerucutkan bibirnya. "Pasti kamu iri kepadaku, secara aku disayangi Ibu."

"Ya! Menyesal aku masuk ke sini, huh!"

"Ah, tidak~" rengek Chaeyoung. "Ayo buka ponselmu, lihatlah apakah ada pesan masuk dari sekolah itu."

Sinb menarik napas dalam-dalam, ia melihat ke arah jarum jam yang menunjukan lima menit berlalu dari waktu yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Ia menggeleng kecewa, tentu saja sambil menggenggam ponselnya erat.

"Tidak ada pesan masuk?" tanya Chaeyoung.

Sinb hanya tertunduk lesu.

"Sinb ah," panggil Chaeyoung, ia meraih kedua bahu Sinb. "Tidak ada pesan masuknya? Kamu bilang tadi kamu mendapatkan tepuk tangan berdiri dari para juri, tapi—tidak apa-apa, kamu sudah berusaha."

Sinb mengangkat pandangannya lagi. "Tapi aku—"

"Tidak, tidak perlu khawatir. Mungkin bukan waktunya kamu sekolah di sana, ayo mencari sekolah biasa saja. Eonnie akan menemani kamu, sungguhan."

"TAPI AKU BERBOHONG!" teriak Sinb sambil menunjukan layar ponselnya. "AKU DITERIMA!"

"YA!" Chaeyoung berseru nyaring, ia mengambil ponsel Sinb dan alangkah terkejutnya ia saat melihat pesan masuk tersebut.

SeparatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang