04. Separated : Rasa Penasaran

258 66 35
                                    

- 𝐒𝐄𝐏𝐀𝐑𝐀𝐓𝐄𝐃 -

Secarik kertas berisi formulir pendaftaran murid peserta baru berada di genggaman tangannya, ia mengalihkan atensinya dan menghadap ke arah Sang ibu yang telah memberikan formulir tersebut.

"Cepat isi formulir itu, pendaftarannya akan ditutup besok lusa," ucap Jisoo.

"Ibu aku—"

"Kamu tidak suka?" potong Jisoo.

"Bukan begitu, Ibu."

"Kamu masih bersikeras ingin ke sekolah itu?" tanya Jisoo. "Jawab!"

"Y-ya."

"SEKOLAH ITU TIDAK COCOK UNTUK ORANG MISKIN!" sentaknya tak terberantakan. "Sebaiknya kamu sadar diri, lagipula ... jarak dari sini ke sekolah cukup jauh, itu akan menghabiskan ongkos."

"Maaf," sesal Sinb. "Aku akan mengisi formulir ini segera, besok aku akan datang ke sekolahnya dan menaruh formulir ini."

Jisoo menghembuskan napas kasar, ia lantas berbalik pergi meninggalkan putri bungsunya yang selalu mudah diatur oleh dirinya.

"Ibu," panggil Sinb menahan, Jisoo secara reflek berhenti.

Sinb beranjak dari kursi, ia berdiri menghadap Sang ibu yang masih membelakangi dirinya.

"Sebenarnya ... Ibu takut aku kelelahan, 'kan?" tanya Sinb. "Terima kasih. Aku tahu, selama ini Ibu selalu memperhatikan aku, Ibu juga pasti menyayangiku."

Jisoo memainkan jemarinya salah tingkah, bibirnya menyungging senyuman penuh keraguan. Sejurus kemudian raut wajahnya kembali ke semula, ketika ia datang dengan raut wajah datarnya. Ia membalikan tubuhnya sehingga pandangannya kontan bertaut dengan Sinb.

Sinb tersenyum. "Setiap larangan Ibu adalah rasa sayang yang diam-diam ingin Ibu sampaikan. Jadi, Sinb tidak akan bisa melawan Ibu."

"Begitukah?" Jisoo melipat kedua tangan di bawah dada. "Cepat isi formulirnya, datanglah ke sekolah besok. Jangan sampai terlambat."

"Baik, Ibu!"

"Oke."

Jisoo membalikan tubuhnya, ia menghembuskan napas lega sambil tersenyum tipis. Sepeninggal Sang ibu, Sinb tak bisa menyembunyikan rasa kecewa saat perjuangannya harus berakhir seperti ini. Pelatihan yang dijalani, antrean yang cukup membuat kepala pening, dan beasiswa yang di depan mata harus kandas.

Tapi tidak apa, dia merasa lebih senang saat mengetahui ada makna lain dari larangan tersebut. Sinb kembali menempati kursi meja belajarnya, memandangi formulir berisi pendaftaran peserta murid baru itu.

"Mungkin aku tidak bisa ke sekolah itu," gumam Sinb dengan sisa harapannya. "Ah, padahal aku sudah bermimpi memakai seragam sekolah itu, menunjukan bakatku, berteman dengan orang-orang di sana."

"Sinb yya! Eonnie membawakan camilan untuk kamu~"

Sinb membalikan formulir itu dengan segera, ia menoleh ke sumber suara dan tersenyum sumringah mendapati Chaeyoung membawa nampan berisi segelas susu beserta camilan.

"Mau dimakan di mana?" tanya Chaeyoung.

"Kita pergi ke teras depan, yuk!" ajak Sinb. "Kurasa udara siang ini menyegarkan."

"Ayo!"

Tidak pernah ada momen yang tak hangat ketika bersama Chaeyoung, Sinb bisa menjamin semua itu. Dia selalu mendapatkan banyak hal menenangkan ketika bersama-sama dengan Chaeyoung. Dibuat nyaman oleh sifatnya yang ceria, dibuat hangat oleh sikapnya yang perhatian.

SeparatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang