08. Separated : Makan Malam Bersama

229 51 41
                                    

- 𝐒𝐄𝐏𝐀𝐑𝐀𝐓𝐄𝐃 -

"Silakan masuk."

"Ya."

Begitu turun dari mobil yang menjemputnya, ia berdecak kagum atas bangunan di depan matanya. Bangunan megah dengan pekarangan rumah yang luas. Bunga-bunga bermekaran, rerumputan begitu hijau. Bertahun-tahun tinggal di rumah yang padat penduduk, tentu membuatnya terkejut melihat pemandangan di depan matanya saat ini.

Park Sinb menerima undangan makan malam dari tn. Hwang Minhyun. Dia bahkan dijemput oleh mobil suruhan, sampai tak sempat pulang ke rumah.

"Tuan menunggu Anda," ucap Kepala Pelayan Jung begitu membukakan pintu. "Silakan, lewat sini."

"Ya."

Sinb mengikuti langkah seorang wanita yang diketahui sebagai kepala pelayan sekaligus orang kepercayaan keluarga kecil Hwang ini. Ekor mata Sinb terus bergerak memperhatikan segala hal yang ada di depan matanya saat ini, sungguh megah dan menakjubkan.

"Tuan akan segera datang, silakan duduk di sini," ujar Kepala Pelayan Jung. "Semoga makan malam Anda nyaman."

"Terima kasih."

Sinb tidak percaya bahwa dari gerbang hingga ke sini benar-benar jauh, dia merasakan lututnya lemas karena saking jauhnya ia melangkah.

"Selamat datang, Sinb ssi."

Sinb kontan beranjak, ia membungkuk menyapa tn. Hwang Minhyun yang menyapa dirinya. Pria itu mempersilakan kepada Sinb untuk duduk lagi, kemudian tak beberapa lama dua orang perempuan datang dan menempati kursi masing-masing.

"Apakah hari ini menyenangkan?" tanya Minhyun memulai.

"Ya, tentu saja."

"Baiklah, sebelum kita berbicara, alangkah baiknya kita makan malam bersama. Sinb ssi, makan apapun yang kamu inginkan, jangan sungkan," tutur Minhyun dengan senyuman ramahnya.

"Terima kasih karena sudah datang, ya," ungkap Sowon.

Umji berdehem membasahi tenggorokannya yang mengering, ia beberapa kali berdehem sehingga Minhyun mengangkat sebelah tangannya saat menyadari dua orang pelayan hampir masuk ke ruang makan.

"Ayah." Umji merajuk.

Minhyun menghela napas berat. "Makanlah."

"Tapi aku—"

"Makanlah!" tandas Minhyun tegas dan lugas.

Umji beranjak dari duduknya tak menerima, ketika ia hendak meninggalkan makan malam itu, ia diancam oleh tatapan penuh arti Hwang Minhyun. Maka dia kembali mendudukan dirinya, kemudian Sowon meraih tangannya untuk digenggam menenangkan.

"Ibu akan menyuapi kamu," ucap Sowon.

"Tidak usah!" ketus Umji. "Aku bisa makan sendiri."

Minhyun tertawa kecil. "Ayo, silakan makan."

Makan malam dimulai, hilang sudah percakapan yang semula memenuhi ruang makan tersebut, berganti dengan dentingan sendok serta garpu. Di sela menikmati makan malam itu, Sowon tak hentinya melirik Sinb yang terlihat nyaman dengan makan malam ini.

Seusai dengan makanan mereka, para pelayan berdatangan dan mengambil piring kotor untuk segera dijauhkan dari pandangan. Kini yang tersisa di meja adalah piring-piring berisi buah saja.

"Suara kamu membuat orang-orang terkagum," ujar Minhyun. "Jika boleh tahu, di mana kamu mengikuti lesnya?"

"Sejujurnya, aku hanya asal bernyanyi," jawab Sinb. "Itu bawaan, aku sering bernyanyi dengan Eonnie-ku."

SeparatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang