- 𝐒𝐄𝐏𝐀𝐑𝐀𝐓𝐄𝐃 -
Dia menatap sekitarannya dengan bingung, sementara wanita di sampingnya memapah dirinya hingga sampai ke ranjang. Membantunya untuk merebahkan tubuh, serta menyelimuti sebagian tubuhnya. Satu kecupan lamat mendarat sempurna di keningnya, ia memejamkan mata merasakan kecupan tersebut. Wanita itu membelai wajahnya dengan penuh kasih sayang, memandanginya dalam sekali.
"Ini kamarmu."
"Ah, begitu rupanya."
"Jika kamu membutuhkan sesuatu, panggil saja Ibu, mengerti?"
"Ya."
Jisoo tersenyum setelah dirasa Sinb menemukan posisi nyamannya, ia berbalik dan mendapati suami beserta putrinya berdiri di sana.
"Tinggalkan dia sendiri, biarkan dia beristirahat terlebih dahulu," pesan Jisoo.
"Ibu," panggil Chaeyoung.
"Apa?"
"Bisa aku menemani Sinb? Biarkan aku menemaninya beristirahat, aku tidak akan mengganggunya, sungguhan."
Jisoo mengangguk. "Baiklah."
"Terima kasih, Bu."
"Jangan mengatakan hal yang bisa melukainya, ingatlah bahwa adikmu harus memulihkan dirinya," tutur Jisoo. "Kamu tidak mau adikmu kesakitan, 'kan?"
"Iya Ibu."
"Baiklah," kata Jisoo. "Sayang, sepertinya kamu harus ikut keluar bersamaku. Biarkan Chaeng saja yang menjaga Sinb."
"Ya."
Sepeninggal Jinyoung dan Jisoo dari kamar tersebut, Chaeyoung merangkak naik ke ranjang adiknya. Ia ikut merebahkan tubuhnya di samping Sinb, menoleh memandangi Sinb-nya yang nampak bingung dengan situasi saat ini.
"Jangan terlalu memikirkan hal yang tak perlu," ujar Chaeyoung. "Pulihkan saja dirimu."
Sinb menoleh. "Chaeyoung eonnie?"
"Ah, iya itu benar namaku. Kenapa?"
"Apa yang membuatku sampai seperti ini?"
"Sinb yya," panggil Chaeyoung. "Beristirahatlah, setelah waktunya tiba Eonnie akan menceritakannya, mengerti?"
Sinb mengangguk patuh, ia lantas memejamkan matanya untuk melanjutkan istirahat setelah tiga hari penuh menghabiskan waktu di rumah sakit. Ia sudah diperbolehkan pulang sekarang, kembali ke rumahnya. Jiwa dan raganya kembali, tapi tidak dengan ingatannya.
Chaeyoung tersenyum pilu, ia membalikan posisi tidurnya menyamping membelakangi Sinb. Sebelah tangannya reflek meremas sprei, betapa dia tidak ingin dilupakan oleh adiknya ini. Sesak, apalagi ketika hari di mana Sinb bertanya-tanya tentang orang-orang di sekitarnya. Chaeyoung tidak mau dilupakan, tapi dia lebih tidak mau ditinggalkan.
Biarlah Sinb melupakannya, ingatan pasti akan kembali suatu hari nanti. Dia lebih bersyukur ketika Sinb masih bisa bersama dengan dirinya.
"Kurasa banyak hal yang ingin aku ceritakan," ujar Chaeyoung.
"Begitukah?" balas Sinb tanpa membuka matanya.
"Ya, dan kurasa akan menghabiskan banyak waktu untuk menceritakannya," jelasnya kemudian.
Sinb mengulum senyuman. "Sepertinya kita punya hubungan yang baik."
"Ya, tentu saja."
"Aku mengantuk sekarang."
"Tentu, tidurlah. Beristirahatlah, pulihkan hati dan pikiranmu, karena fisikmu sudah pasti terluka parah saat ini," tutur Chaeyoung tanpa sedikit pun mengubah posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated
Fanfiction[COMPLETED] Tentang Sinb yang hidup cukup di keluarga sederhana, dan Umji yang hidup berkecukupan di keluarga penuh drama.