15. Separated : Ternyata

233 56 53
                                    

- 𝐒𝐄𝐏𝐀𝐑𝐀𝐓𝐄𝐃 -

"Hyung."

Jinyoung menatap pria Hwang yang akhirnya berpapasan dengan dirinya. Pria yang berusia satu tahun lebih muda darinya itu menyapa dengan penuh hormat, bersikap selayaknya laki-laki terhormat.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Minhyun. "Hyung, mengapa kau bekerja seperti ini?"

Jinyoung menatap Minhyun dari atas hingga ke bawah, ia menilai penampilan pria Hwang yang tidak pernah berubah dari dahulu.

"Istrimu sudah meninggal, ya?" Jinyoung balik bertanya.

Minhyun menghela napas berat. "Begitulah. Dia terlibat dalam kecelakaan, sebuah truk menabrak mobil yang sedang dikendarai olehnya."

"Begitu rupanya," kata Jinyoung mengiakan saja. "Ayo, kamu mau pesan apa, Hyun?"

"Hyung, bisakah kita makan bersama?" tanya Minhyun. "Kita sudah lama tidak bertemu seperti ini. Ayo, aku yang akan mentraktir."

"Tapi aku sedang bekerja di sini," kata Jinyoung.

"Di mana manajernya? Biarkan aku berbicara dengannya," ucap Minhyun dengan berani. "Hyung, kudengar perusahaanmu hancur untuk mengobati kedua putrimu, ya? Hyung, kalau anak penyakitan lebih baik dibuang saja, supaya tidak merepotkan."

Jinyoung tersenyum picik. "Aku masih punya hati, Hyun. Menurutku seorang anak itu penting dalam keseimbangan rumah tangga."

Minhyun geleng-geleng kepala dibuatnya. "Astaga, aku lupa kalau Jinyoung hyung lebih mencintai anak-anak daripada uang."

"Ya begitulah." Jinyoung mengambil posisi duduk di seberang Minhyun. "Kurasa aku harus menerima traktiran ini, takutnya ini menjadi traktiran terakhir."

"Apa?"

"Tidak, aku hanya bercanda." Jinyoung terkekeh setelahnya. "Omong-omong Hyun, bagaimana kabar putrimu? Dia belum bertanya mengenai kakak kembarnya?"

Minhyun terpantau menelan salivanya dengan susah payah, raut wajahnya tampak cemas setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Jinyoung. Pria Hwang menatap sekitaran, ia sedikit menyondongkan wajahnya.

"Istrimu benar-benar membuang anak itu, 'kan?" tanya Minhyun berbisik.

"Kenapa?" tanya Jinyoung sambil menangkup dagu. "Apa kamu takut jika anak itu masih hidup dan membalas dendam?"

Minhyun tertawa, dia tertawa dengan renyah karena tergelitik oleh pertanyaan Jinyoung.

"Tidak, mana mungkin." Minhyun meremehkan. "Bayi penyakitan itu pasti sudah dibuang ke tengah hutan, dia dimakan hewan buas, dan mati."

"Bagaimana jika dia dirawat oleh seekor singa?" tanya Jinyoung. "Wah, kurasa dia bisa menerkam dirimu lebih kejam dari caramu menyuruh istriku membuangnya."

"Hyung, apa maksudmu? Dia pasti sudah mati, selesai."

- 𝐒𝐄𝐏𝐀𝐑𝐀𝐓𝐄𝐃 -

Jisoo memandang Sinb dan Chaeyoung yang sedang berbincang akrab di sana. Dia sih lebih suka menghabiskan waktunya di dapur, membuatkan camilan yang pasti menyenangkan anak-anak. Lalu, Jisoo mengingat suatu hari di masa lalunya.

Kedua bayi itu bersahutan tangis, beberapa menit yang lalu mereka terlahir. Jika salah satu di antara dua bayi itu berwarna merah, yang satunya lagi justru berwarna kebiruan.

"Singkirkan bayi penyakitan itu dari sini. Buang dia ke tengah hutan dan biarkan dia dimakan hewan buas."

Jisoo terperanjat kaget, ia menatap tidak percaya ke arah pria yang begitu datang ke ruangan langsung memberinya sebuah perintah.

SeparatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang