26. Let's Just Say This Is A Gift

5K 187 0
                                    

Gary akhirnya mengucapkan kata itu. Dia mengatakan kalau ia mencintai ku, padahal kita baru 9 bulan bersama, sayangnya aku tidak membalasnya mengatakan hal yang sama, karena dengan berat hati harus ku sadari, dan akui, hati ku sudah dimiliki oleh orang lain. Aku tidak akan membiarkannya melakukan apa yang ia lakukan kalau jauh dalam diri ku masih tidak ada sesuatu untuknya. Jadi, apa yang ku lakukan sekarang?

Walaupun memang aku tidak melakukan apapun yang memberikan harapan palsu pada Lyander, tapi aku masih tetap sepertinya memberikan hal itu. Sungguh hal yang mudah untuk di buktikan, tapi kalau memang itu benar, aku bisa membuat seorang Lyander jatuh cinta pada ku dengan tidak melakukan usaha apapun, yang berarti aku bisa memberikan harapan palsu padanya tanpa aku perlu melakukan apapun, diri ku ada di sana saja sudah termasuk memberikan harapan palsu. Apa ini artinya aku sungguh benar harus menjauhinya? Jadi kita sama-sama tidak tersiksa? Tapi bukankah itu yang akan menyebabkan yang sebaliknya terjadi? Aku sungguh tidak tahu harus apa, aku tidak pernah memilki 2 orang pria yang menginginkan ku di saat yang sama, dan asal kau tahu saja, tidak ada yang istimewa dari hal itu selain memiliki rasa takut kau akan menyakiti salah satu atau malah mereka berdua. Aku sungguh membenci ini, aku ingin semua ini berhenti, dan berikan aku waktu untuk mengatur semuanya secara teratur, tapi sekali lagi, itu tidak akan mungkin, karena ini adalah dunia dan kehidupan, dan di dalam kehidupan, tidak selalu keinginan mu terkabul

Aku sungguh terlalu fokus dengan pikiran ku sampai aku tidak sadar kalau seseorang baru saja mengambil kursi di hadapan ku, dia hanya diam tak berbicara, mungkin ia akhirnya sadar kalau ia sudah terlalu sering mengagetkan ku dan terlalu sering dikagetkan tidak baik untuk kesehatan. Sungguh, akhir-akhir ini, aku merasa sedikit demi sedikit dirinya yang ku kenal kemarin mulai luntur dan digantikan dengan pria lain yang lebih lembek, dan jujur saja, aku tidak terlalu suka dengan pria itu, aku tidak suka dengan pria yang terlalu mudah merubah diri hanya untuk satu hal yang tidak begitu penting, aku tidak suka dengan mereka yang tidak memiliki jati diri. Aku mungkin bodoh karena jatuh hati dengan dirinya yang bajingan, tapi kau tahu? Cinta itu memang membuat mu tolol

"Menguntit ku?" Ucap ku memecah hening

"Bagaimana pernikahan kakak ku kemarin?" Kita belum bertemu selama 1 minggu, dan itu adalah pertanyaan pertamanya? Apa tujuan dia?

"Indah, sangat-sangat indah, dan romantis" balas ku tersenyum kecil mengingat pernikahan Avelysa dan Scott "kenapa kau bertanya?"

"Jadi kau suka pernikahan?" Tanyanya ragu

"Kenapa?"

"Ayah ku, dia akan menikah, dan aku tidak ingin datang sendiri" ucapnya membuang muka "ini tolol, aku tidak ingin datang pula" tidak membiarkan ku merespon, ia kembali pergi

"Lyander, kau harus datang!" Sahut ku ingin mengejarnya tapi barang ku masih berantakan di meja

"Aku tidak menyukai ayah ku atau tunangannya, jadi untuk apa aku datang?" Balasnya bersedekap

"Tunggu, biar aku rapikan barang-barang ku" aku mengangkat satu jari, mengisyaratkannya untuk menunggu

"Kalau itu adalah ayah mu, apa kau akan datang?" Tanyanya berjalan mendekati ku tapi ia tidak membantu ku mengumpulkan barang ku di meja

"Tidak"

"Kalau begitu kau tidak boleh mengkritik ku" ucap Lyander sebelum ia berbalik pergi. Yang bisa aku lakukan hanya membuang nafas, dia ada benarnya

Melupakan membereskan barang ku, aku kembali duduk di kursi ku, lagipula, tidak ada gunanya juga aku merapihkan barang ku sekarang, aku masih memilki waktu untuk tetap duduk di sini sebelum harus kembali ke asrama untuk memenuhi jam malam yang akhir-akhir ini ingin selalu aku ikuti. Sudah waktunya aku meluruskan kehidupan ku yang tidak teratur ini. Aku ingin seperti kakak ku yang memiliki kehidupan yang sungguh teratur yang membuat dia selalu bisa menyisihkan waktu untuk pulang dan bertemu keluarganya setiap liburan, dan untuk melakukan itu, dibutuhkan latihan prioritas. Sejak saat itu, aku selalu mencoba untuk memprioritaskan apa yang memang patut diprioritaskan

 Sejak saat itu, aku selalu mencoba untuk memprioritaskan apa yang memang patut diprioritaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu aku bermimpi sesuatu yang aneh. Aku menganggapnya aneh karena untuk pertama kali sejak dia pernah muncul di mimpi ku, dia memakai pakaian lengkap. Okay, mungkin tidak seaneh itu, mungkin lebih tepatnya sesuatu yang baru. Ya, jadi di mimpi itu, aku melihatnya sedang berada di lapangan kampus, wajahnya babak belur penuh dengan darah, hampir sama seperti saat api unggun kemarin, tapi kali ini, saat aku melihat tangannya, aku bisa menebak kalau sesuatu lebih parah terjadi, dan aku pikir ia meretakan tangan dominannya. Karena insting, aku langsung bergerak mendekatinya sesaat aku melihat itu, tapi langsung membeku saat aku melihat tubuh lain yang teronggok di hadapannya, tidak bergerak dengan nafas sudah melemah, tubuh itu adalah Gary. Saat itu juga, dilema luar biasa datang pada ku, pria yang mana yang harus ku datangi terlebih dahulu? Satu sisi diri ku mengatakan pria dengan tangan retak, tapi sisi lain mengatakan pria yang hampir tidak bernafas. Semua ini melebihi kemampuan ku untuk memilih, aku tidak tahu yang mana, lalu saat aku akhirnya aku berjudi dan sudah akan memilih, aku di kejutkan dengan kehadiran baru di sana, seorang gadis, Emily, entah dari mana ia muncul dan mendatangi Lyander, memberikannya sesuatu yang membuat ku ingin membunuh Emily karenanya. Tapi berkat respon yang Lyander lakukan setelah itu, semua pikiran membunuh ku menguap begitu saja. Aku baru saja akan mendatangi Lyander dan bertanya apa yang membuatnya hampir membunuh Gary saat aku melayang tertarik menjauhi tempat itu dengan sangat cepat seperti terlempar, saat aku akhirnya mendarat seperti layaknya orang terpeleset ke belakang, itu adalah saat aku terbangun dengan suara panik dari teman sekamar ku. Oh, Emily.. Aku tidak akan pernah bisa menatap mu dengan cara yang sama lagi mengetahui mimpi itu bisa menjadi nyata suatu hari nanti

Aku membuka mata ku dan sungguh terkejut saat aku menyadari keberadaan ku. Aku tidak lagi berada di kamar seperti saat aku berangkat tidur tadi, tetapi aku saat ini sudah ada di seberang gedung asrama ku, hanya memakai pakaian tidur yang membuat ku bisa merasakan dinginnya tengah malam menjelang dini hari menusuk badan ku

"Oh Tuhan, Abigail!" Emily terlihat pucat "ini dingin, pakai ini" dia mengulurkan selimut yang ku kenali dari kasur ku

"Bagaimana aku sampai di sini?" Tanya ku bingung

"Kau sleepwalking" balasnya singkat "kau membangunkan ku"

"Sungguh?" Aku mempercayainya, karena biarpun aku tidak, buktinya sudah ada.. Aku tidak mungkin diculik karena aku hanya berada di sebrang asrama ku "apa aku mengatakan sesuatu?"

"Tidak" Emily menggelengkan kepalanya "bisa kita kembali ke kamar?"

"Maaf aku membangunkan mu" ucap ku tersenyum padanya. Atau mungkin aku masih bisa menatapnya dengan cara yang sama, setelah dipikir lagi, itu memang hanya sebuah mimpi, tidak akan menjadi nyata kalau kau tidak membuatnya menjadi nyata

"Apa yang kau mimpikan memangnya, Abigail?" Tanya Emily saat kita tengah berjalan kembali ke kamar

"Tidak menakutkan, tapi aku tidak ingin membicarakannya"

"Jadi suatu yang personal kalau begitu" Emily mengangguk-angguk pelan "baiklah, aku tidak akan bertanya lagi" apa yang Emily lakukan memang tidak membuat ku bingung, karena sejak awal, dia memang selalu seperti itu, jarang menekan ku untuk penjelasan lebih banyak saat aku tidak ingin menjelaskannya, tapi sejak mimpi itu, aku takut kalau semua yang ia lakukan di depan ku itu hanya topeng, maksud ku, itu yang aku lakukan di depan semua orang bukan? Apa yang mencegah dia untuk tidak melakukan yang sama? Mungkin itu lah alasan dia ada di mimpi ku, untuk menunjukkan kalau dia memiliki 2 muka dibelakang ku

"Kau akan kemana lagi sekarang, Abigail?" Tanyanya panik saat aku kembali berdiri dari kasur dan mendouble pakaian ku

"Bukan sleepwalking yang jelas" balas ku tersenyum santai padanya. Aku sungguh tidak boleh menghakimi dia seperti itu

The Secret Life of The Perfect Daughter (The Secret Life Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang