4. When Hell Broke Loose

27.5K 750 2
                                    

Ini tidak mungkin.

"Dad.." Shawn terdengar bingung

"Sekarang ini sebuah janji kau tidak akan pernah mendapatkan maaf ku" ucap ku tanpa berpikir lalu berlari sekencang mungkin, jauh dari ayah ku, jauh dari Shawn, jauh dari semua orang yang ku kenal tapi ternyata tidak benar-benar ku kenal

Aku ingin ditelan bumi, satu-satunya teman ku di kampus adalah anak lain ayah ku yang tidak aku tahu-menahu. Aku benar, aku tidak bisa mempercayai siapapun karena dia belum tentu siapa yang dia ceritakan. Siapa yang tahu kalau dunia ini begitu kecil?

"Abigail, berhenti!" Aku mendengar ayah ku berteriak memanggil ku dari belakang, tapi aku tidak akan berhenti, aku tidak akan berhenti sampai--

"Watch out!" Sampai itu terjadi "kau ingin mati atau sesuatu?"

"Abigail"

"Kau memiliki anak lain?!" Jerit ku emosi "bagaimana kau bisa tega?" Lanjut ku dengan volume sama, aku tidak peduli dengan tatapan para pejalan kaki, ini ditakdirkan untuk terjadi di satu saat, dan sepertinya, inilah saat itu

"Kau tidak seharusnya mengetahuinya seperti ini, ayah sudah berencana memberi tahu mu, tapi--"

"Bullshit" potong ku "semua yang keluar dari mulut mu hanya omong kosong dan kebohongan"

"Perhatikan kata-kata kata mu, Abigail" desis ayah ku

"Atau apa? Kau akan memukul ku? Aku tidak takut pada mu, ayah" balas ku menekankan pada kata 'ayah'

"Siapa kau? Ayah tidak membesarkan gadis pembangkang" ucap ayah ku lagi

"You got that right!" Sindir ku yakin "karena kau tidak ada disana, kau berlari saat masalah datang, ingat? Meninggalkan keluarga mu!" Lanjut ku "oh, tunggu, kau punya dua, atau mungkin lebih, sebaiknya aku menjelaskan keluarga yang mana" tambah ku sarkastis "kau meninggalkan ku, Avelysa, dan bunda"

"Abigail, ayah bilang perhatikan kata-kata mu, jangan buat ayah mengulangnya"

"Aku tidak sedikitpun peduli dengan apa yang kau katakan, bajingan!" Oh, sial, aku tidak baru saja memanggil ayah ku bajingan, bukan? Oh.. Dari sorot matanya, sepertinya aku memang memanggilnya itu. Tapi aku harus mengeluarkannya sekali untuk selamanya "kau bukan ayah ku, ayah ku sudah mati sejak lama yang lalu, kau hanya seorang pria yang terlihat sepertinya" lanjut ku bergetar menahan tangis

"Durhaka sekali kamu jadi anak, Abigail!" Hardik ayah ku lantang

"Oh, jangan kau mulai berbicara dosa dengan ku, kau meninggalkan tanggungan mu, dan walaupun kau tidak, kau melewatkan 2 dari berapapun tanggungan mu di dunia ini" ucap ku yakin "aku bisa melanjutkan ini terus sampai puas" lanjut ku tersenyum nyinyir "pergilah dan urus keluarga mu yang lain, kita baik-baik saja tanpa campur tangan mu" tambah ku mengangkat bahu "oh, satu lagi, berhentilah mengirimi ku kartu ucapan selamat ulang tahun kalau kau tidak niat mengirimkannya"

Jujur, aku tidak sadar seberapa banyak penonton yang telah ku tarik di jalanan dari permasalahan keluarga ku ini, aku juga tidak sadar kalau selama konfrontasi ku dan ayah ku, seseorang menahan ku di tempat. Kenapa ia selalu ada di tempat dan waktu yang tepat? Apa ia mengharapkan hal kasar lainnya? Karena itu sangat-sangat tidak benar

"Lepaskan aku" ucap ku datar "kenapa kau ada di sini?" lanjut ku setelah ia melepaskan ku

"Kampus ada di arah sana" balasnya datar menunjuk ke belakang ku "dan asrama ada di arah sana" lanjutnya menunjuk ke belakangnya "ini, adalah jalanan yang menghubungkan dua tempat itu" ucapnya menunjuk ke aspal

"Aku tahu itu, yang aku tanya, kenapa kau ada disini?" Ulang ku memberi penekanan pada kata 'kenapa'

"Kau bertanya terlalu banyak" ucapnya "terima kasih saja sudah cukup" lanjutnya sebelum pergi melanjutkan perjalanannya entah kemana. Argh!

The Secret Life of The Perfect Daughter (The Secret Life Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang