5. Simple is Not Always The Easiest

22K 637 0
                                    

Pertama kali aku mencoba minum alkohol adalah saat ayah ku menyuruh ku, saat itu, aku masih berumur 6 tahun, bayangkan seberapa kecilnya diri ku saat pertama merasakan rasa pahitnya beer. Aku ingat, saat itu ayah ku berkata kalau lebih baik aku dan kakak ku mencobanya pertama kali dengan ayah ku daripada dengan teman-teman, aku juga ingat bagaimana ibuku marah pada ayah ku karena memberikan anak berumur 6 tahun alkohol yang dengan mudahnya diabaikan oleh ayah ku

Kedua kalinya adalah saat aku berumur 11, saat itu kakak ku baru saja menginjakkan kaki di umur 21, batas legal untuk pembelian alkohol. Aku ingat saat itu, ibu ku sedang pergi keluar kota dan memaksa kakak ku untuk kembali dan menjaga ku. Untuk merayakan ulang tahunnya, kakak ku dan teman-teman lamanya membeli 3 pak 6 kaleng bir. Saat itu hari masih sore dan aku baru saja pulang dari sekolah saat aku melihat kakak ku dan teman-temannya di rumah. Satu-satunya yang aku tidak ingat dari hari itu sampai saat ini adalah bagaimana cara aku tiba-tiba berakhir dengan 1 kaleng bir di tangan ku. Di hari itu jugalah aku mencoba rokok pertama ku

Sejak saat itu, aku tidak lagi menghitung dan mengingat setiap detail yang terjadi sejak itu terjadi terlalu sering saat aku bertemu dengan Chloe, seorang gadis seumuran dengan ku yang sangat bebas dan familiar dengan dua hal yang aku lakukan di umur kita saat itu. Tidak, keluarga Chloe tidak rusak seperti ku, malah sebenarnya, keluarganya sangat bahagia, ia melakukannya karena orang tuanya terlalu memanjakannya karena ia adalah anak satu-satunya. Chloe adalah teman pertama ku yang tidak menilai ku karena kebiasaan di luar wajar ku, tapi setelah diingat lagi, ia adalah satu-satunya teman yang pernah tahu tentang kebiasaan ku dan juga melakukannya. Jadi ia tidak bisa menilai ku. Tapi selain itu, ada alasan lain lagi mengapa aku paling menyukainya dari semua, ia tidak pernah bertanya pada ku tentang hal personal seperti yang lain lakukan

Chloe bukan lah pengaruh buruk untuk ku, ya ia memang minum dan merokok, tapi ia juga tahu batasan wajar, dia akan memberhentikan dirinya, dan diri ku, kalau sudah sampai batas berlebihan. Ia adalah pengaruh buruk yang baik untuk ku.

"Apa kau sudah puas bersenang-senang?" Ucap Lyander dekat telinga ku, mengembalikan ku ke saat ini

"Jangan kau menjadi buzzkill" balas ku datar

"Untuk seseorang seukuran mu, kau memiliki toleransi alkohol yang tinggi" ucapnya "tapi itu bukan berarti kau bisa menambah lagi" lanjutnya mengambil gelas dari tangan ku "bagaimana kau sampai disini?"

"Jalan kaki" balas ku santai

"Dari asrama?!" Tanyanya terkejut

"Yeah" ucap ku mengangkat bahu "aku suka berjalan, sangat menyehatkan tubuh"

"Kau gila" gumamnya menggeleng

"Aku bosan di kamar mungkin lebih tepat" ucap ku tertawa "sekarang aku mengerti kenapa kau jarang kembali ke asrama, disini jauh lebih seru"

"Yeah, dan sekarang sudah waktunya kau kembali ke kamar asrama" ucapnya tegas

"Tapi itu tidak adil, kau boleh tetap disini, mengapa aku harus kembali?" Protes ku tidak bergerak dari posisi ku

"Karena aku tinggal disini, dan kau tidak" balasnya malas

"Tapi.. kau teman sekamar ku, dan kau tidak terlihat seperti anggota kelompok persaudraan kampus" ucap ku bingung

"Jangan menilai seseorang dari sampulnya saja, aku rasa kau cukup mengerti hal itu"

Satu hal lain untuk ditambah kan di bawah nama Lyander setelah menyebalkan, bajingan, pemaksa, dan rumit, dia membingungkan.

Ini adalah kedua kalinya aku mendapati diri ku terbangun terlalu pagi saat teman sekamar ku sedang berganti baju, tapi bedanya kali ini adalah, ia tidak cepat-cepat memakai kaos seperti sebelumnya, ia memegang kaos tersebut di tangannya dan berjal...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah kedua kalinya aku mendapati diri ku terbangun terlalu pagi saat teman sekamar ku sedang berganti baju, tapi bedanya kali ini adalah, ia tidak cepat-cepat memakai kaos seperti sebelumnya, ia memegang kaos tersebut di tangannya dan berjalan ke arah ku. Bagaimana tepatnya ia tahu aku sudah terbangun?

"Tidak kah aku pernah meminta mu untuk berhenti menatap ku?" ucapnya datar

"Aku baru saja bangun" ucap ku serak "dan lagi, kau ada di jalur pandang ku"

"Lihat kearah lain" balasnya singkat

"Memangnya kenapa kalau aku menatap mu?" Tantang ku berani. Aku pernah meninjunya, jadi menantangnya saja bukan apa-apa "apa kau malu?"

"Malu itu merendahkan" balasnya tersenyum "aku tidak suka ditatap" ucap seseorang yang selalu mendapat perhatian setiap ia berjalan di satu ruangan

"Bohong" ucap ku bergerak menatap tembok "puas?" Tambah ku sarkastis

"Kurang lebih" ucapnya santai dan aku mendengar langkahnya menjauh dan nunggu suara pintu terbuka dan kembali tertutup, tapi setelah beberapa saat, suara itu tidak pernah datang. Saat aku berbalik dari posisi ku, aku menemukan Lyander tertidur di kasurnya. Sungguh aku tidak mengerti mengapa pihak asrama membiarkan lawan jenis berada di kamar yang sama, bukankah hal itu semacam melanggar aturan?

Aku penasaran bagaimana teman sekamar yang seharusnya tinggal disini bersama ku. Siapa namanya kemarin? Rogers.. Tansee Rogers? Apa kah itu namanya? Kertas yang tertulis nama dia sudah tidak tahu hilang dimana, aku juga sebenarnya sudah tidak peduli dimana juga sampai saat ini

"Hai, apa yang bisa aku bantu, sweetheart? Kita masih belum memiliki tempat kosong" sapa wanita yang sama seperti kemarin

"Oh, tidak, aku tidak di sini untuk itu. Aku hanya ingin bertanya dimana kamar Tansee, gadis yang seharusnya satu kamar dengan ku?" Jelas ku ramah

"Oh, itu bisa aku bantu" ia mengangguk "nama belakang?"

"Rogers, Tansee Rogers, kalau tidak salah" ucap ku ragu

"Uh.. Kamar 323" ucap si wanita tersenyum pada ku melihat daftar

"Terima kasih banyak" ucap ku ringan

"Senang bisa membantu" ia mengangguk

Sangat tidak adil! Aku setiap hari harus menaiki 5 lantai saat dia bisa hanya 3 lantai? Kenapa asrama tidak membuat lift saja? Itu akan menjadi jauh lebih mudah daripada tangga, dan cepat.

Okay, 323. Di mana kah kau? 319, 321, 323, ah ini dia. aku baru saja akan mengetuk saat pintu teratur terbuka menunjukkan seorang gadis mungil dengan kaca mata, dia terlihat anak baru sama seperti ku

"Bisa di bantu?" Tapi sikapnya jelas tidak mungil

"Aku mencari Tansee?" Apakah ia Tansee?

"Dia masih dikamar" ucap si gadis ini terlihat jijik "dia adalah teman sekamar terburuk yang pernah ada" lanjutnya bergidik jijik "jarang mandi, dan rambutnya.. ugh" lalu terdiam seperti baru sadar akan sesuatu "apa kau temannya atau keluarganya?"

"Tidak dua-duanya" balas ku menggeleng

"Well, sungguh beruntung" ucapnya, lalu tanpa kata-kata lain, ia pun pergi

Apa Tansee seburuk itu? Haruskah aku mengintip? Gadis tadi lupa mengunci pintunya, atau mungkin memang sengaja? Aku harus melihatnya, rasa penasaran ku terlalu tinggi. Sebelum aku membuka pintunya, aku melihat papan pesan yang ada di depan setiap pintu. Disana tertulis "Tansee | Labelle" di bawah nama Tansee, sangat penuh dengan tulisan yang sepertinya milik anak-anak hippie, sementara di bawah Labelle, ada beberapa tulisan pesan yang sangat rapi. Anak sembrono dan anak teladan berada di kamar yang sama, dan itu berarti bencana

Aku membuka pintunya perlahan, dan secara instan mata ku langsung menangkap seseorang tertidur di kasur dengan rambut pirang yang.. Berantakan mungkin kurang mendeskripsikannya. Aku membawa badan ku masuk tapi mengganjal pintunya dengan pensil jaga-jaga kalau aku harus cepat kabur. Jadi ini yang namanya Tansee, huh? Okay, aku sudah cukup melihat, dan aku juga bersyukur aku tidak sekamar dengannya. Maaf Labelle, tapi apakah kau lebih memilih seorang pria menjadi teman sekamar mu?

The Secret Life of The Perfect Daughter (The Secret Life Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang