Clara diam setelah mendengar perkataan dari Liam, dia tau ini akan terjadi cepat atau lambat. Karena pada kenyataan nya seberapa besar usaha Clara melepaskan nama Wijaya dibelakang nya pasti akan sulit selama kakek dan nenek nya masih hidup.
Karena meskipun pernikahan kedua orang tuanya tanpa restu, kakek nenek nya itu tidak pernah bersikap kasar pada Clara. Mereka tau setelah perpisahan kedua orang tua nya maka Clara yang akan menjadi korban, kedua nya juga mengerti kesibukan ayah Clara maka dari itu meskipun secara tidak langsung mereka tetap mengirim penjaga ke rumah Clara, dan juga setiap akhir semester saat sekolah mereka akan menyuruh pengasuh Clara untuk mewakili nya. Clara tau itu semua sebelum dirinya berangkat untuk melanjutkan kuliah, dan yang memberi tau nya adalah pengasuh nya.
Mungkin banyak orang akan berfikir jika apa yang di lakukan kakek dan nenek Wijaya adalah hal yang baik karena tetap peduli kepada cucunya meskipun dia tidak menyukai hubungan orang tua Clara. Tapi maaf di mata Clara tidak seperti itu, Dimata Clara mereka tetap lah penyebab kedua orang tua nya berpisah dan Clara tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tua.
"Hei, bagaimana? Jika memang kamu belum siap, nggak masalah kok. Kita pulang malam ini, aku hubungi pilot nya dulu" kata Liam lagi menyadarkan Clara dari lamunan nya, sambil mengambil ponsel di saku lalu berjalan melewati Clara menuju balkon untuk menelfon sang pilot.
Tapi belum juga Liam benar benar melewati Clara tangan nya lebih dulu di tahan oleh sang wanita, Liam menghentikan langkah nya lalu menatap Clara dengan pandangan bertanya.
"Kita temuin mereka, lagian kan tujuan kita Dateng kesini buat menyelesaikan masalah. Bukan nambahin masalah" kata Clara pada akhirnya. Dia sudah bertekad akan bertemu dengan kakek nenek nya dan mendengar langsung alasan dua orang paruh baya itu melakukan hal kekanakan seperti ini itu apa? Lagi pula Clara tidak bisa selama nya bersembunyi dari salah satu keluarga nya, karena cepat atau lambat pasti dirinya akan bertemu dengan salah satu nya, hanya tinggal menunggu siapa yang lebih dulu saja. Dan sepertinya nenek dan kakek nya yang akan pertama bertemu.
"Kamu yakin?" Tanya Liam tidak yakin dengan perkataan Clara, karena dari cerita yang dia dengar dari Clara sendiri sumber masalah keluarga nya adalah kedua orang ini. Dan menurut Liam kalau Clara tidak ingin bertemu dengan mereka adalah hal yang wajar karena dirinya yakin, apa yang Clara alami sejak kecil ini menimbulkan trauma yang cukup dalam.
"Iya aku yakin, dan menurut aku nggak ada guna nya juga menghindar. Disini aku ketemu sama mereka, di Indonesia aku akan ketemu sama papah. Kakak nggak lupa kan kalau perusahaan papah sama perusahaan kakak itu kerja sama? Apa lagi ada masalah ini, nggak menutup kemungkinan dia bakalan Dateng nemuin kakak buat membicarakan sesuatu" kata Clara.
"Kamu benar" kata Liam, karena apa yang dikatakan clara memang benar adanya jika ayah wanita itu cepat atau lambat akan menemui nya atau papih nya untuk membicarakan masalah ini.
"Yaudah kalo gitu jawab ke Leo kalo kita ketemuan nanti siang waktu jam makan siang di salah satu restoran yang alamat nya nanti aku kirim ke kamu" kata Liam lagi. Clara menganggu lalu memfokuskan dirinya kepada ponsel untuk menjawab pesan dari Leo dan memberi tau kan tentang apa yang di katakan Liam tadi.
Liam sendiri yang melihat Clara sibuk dengan ponsel nya hanya tersenyum kecil, dia harap Clara bisa segera berdamai dengan keluarga nya. Karena Liam sudah ingin menjalin hubungan yang benar-benar serius dengan wanita itu, dan yang harus dia taklukan pertama adalah keluarga Clara terutama pihak ayah.
Apa yang di sangka kan Liam benar benar terjadi bukan? Keluarga Wijaya mau melakukan apa yang dia minta tapi dengan syarat dia bertemu langsung dengan Liam, yang artinya Clara juga harus ikut. Dan jika Liam tidak salah menyimpulkan tujuan masalah ini di buat hanya untuk mempermudah mereka menemui Clara.
.
.
.
"Sesuai dengan apa yang kami katakan, setelah ini kami akan membuat klarifikasi dan permintaan maaf secara langsung dan lewat media" kata David Wijaya yang mana dia adalah kakek dari Clara.
Mereka sudah berkumpul di restoran yang di tentukan oleh Liam, di jam makan siang. Dan tentu saja makan siang sudah selesai di lakukan, semenjak mereka bertemu tadi sampai selesai makan tidak ada yang membuka pembicaraan selain menawari makan lebih dulu sebelum membahas masalah diantara keduanya.
"Baik sesuai dengan perjanjian juga jika permintaan maaf dan klarifikasi sudah resmi maka tuntutan akan segera di cabut" kata Liam sambil menatap David yang juga menatap nya. Lalu tatapan David tertuju pada Clara yang memang sejak tadi hanya diam saja mendengarkan, sama dengan tatapan Grace Wijaya nenek Clara yang sejak datang selalu menatap Clara secara intens.
"Nak..." Panggil Grace memberanikan diri kepada Clara yang sejak tadi memilih menunduk dan tidak menatap kedua kakek dan nenek nya. Sejujurnya Clara sedang merasakan debaran jantung yang tidak terkira karena gugup, dia juga sempat merasakan sulit bernafas tadi ketika pertama kali melihat kakek dan nenek nya hanya saja Clara lebih bisa mengendalikan nya.
Pandangan Clara tertuju kepada Grace yang memanggilnya, Clara hanya menatap dalam diam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun karena dia juga tidak tau harus mengatakan apa.
"Bagaimana kabar mu?" Tanya Grace lagi, baik Grace dan David sangat yakin jika Clara tau kalau kedua nya adalah kakek dan nenek wanita itu. Semua terbukti dari Clara yang tidak mau menatap mereka sejak awal, meskipun mereka tidak pernah bertemu sebelum nya.
"Baik" jawab Clara berusaha menormalkan suara nya, sedangkan Liam hanya diam mendengarkan percakapan antara keluarga itu yang sangat canggung menurut nya.
"Ada banyak hal yang ingin kami bicarakan dengan mu, hanya dengan mu. Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat, kakek harap kamu punya waktu untuk bicara dengan kita" kata David saat tau sang istri pasti sulit mengatakan tujuan mereka ingin bertemu dengan Clara.
"Ini waktu yang tepat, bicara saja sekarang" kata Clara langsung karena dia berharap setelah hari ini masalah ini akan selesai.
"Nak..."
"Aku memiliki pekerjaan di Indonesia. Dan waktu ku di London tidak banyak, katakan sekarang atau mungkin lain kali saja?"
Grace dan David yang mendengar perkataan Clara punya terdiam sebentar, nada yang digunakan Clara memang cukup kasar. Hanya saja mereka mencoba memahami hal itu karena mereka tau Clara tidak pernah sekalipun bertemu dengan mereka yang pasti akan membuat wanita itu bingung harus bersikap seperti apa.
"Begini, kakek dan nenek memutuskan untuk memberikan perusahaan kami kepadamu sebagai ahli waris dan bukan ayah mu. Tapi sebagai syarat kau harus melanjutkan pendidikan S2 mu di London dan tinggal disini bersama dengan kami" kata David yang membuat Liam dan Clara terdiam karena tidak menyangka dengan apa yang dikatakan pria tua di hadapan mereka ini.
"Iya nak, kami berdua sudah memutuskan ini. Dan menurut nenek kamu lebih baik tinggal bersama kami di London dari pada harus di Indonesia seorang diri"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy [M] (On Going)
Romantizm⚠️ WARNING!!!⚠️ HARAM UNTUK ANAK KECIL Clara Wijaya namanya, dia adalah seorang anak keluarga kaya raya namun bukan keluarga yang harmonis, atau bisa di katakan juga broken home. Dalam hidup Clara belum pernah sekalipun merasakan yang namanya kasih...