Kim's House, No. 23
Hannam The Hill Yongsan-gu, Seoul.Jennie hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihat deretan foto pria yang baru saja perlihatkan Ibundanya. Rata-rata tidak ada yang tampan. Kalau pun ada, Jennie sama sekali tidak menaruh minat. Tampaknya, setelah putus dari Lee Taeyong, Jennie mematok standar pasangan yang lebih tinggi dari spec Dewa.
Ya, habisnya bagaimana lagi? Ia tidak ingin menerima pria baru yang belum bisa menandingi ketampanan pria masalalunya.
"Eomma, aku dijodoh-jodohkan seperti ini untuk apa? Pernikahan itu tidak menjamin datangnya kebahagiaan. Lagipula, menikah tidak menikah, apa berpengaruh pada kekayaan kita? Tidak, kan? C'mon, I don't need them!"
Wanita itu tampak memberikan kembali iPad nya pada sang Ibu, lalu ia bergegas berlari diatas treadmill untuk melanjutkan kegiatan olahraganya.
Tiffany Kim, itu nama Ibundanya. Wanita paruh bayah itu tampak melipatkan tangan di dada sembari menatap putri semata wayangnya yang terkadang susah diatur dan keras kepala.
"See? You've been a badgirl since breaking up with that bastard! Kau marah kepada Taeyong karena dia seorang player. Tapi setelah putus darinya, kau justru menjadi seorang player juga, Jennie Kim. Apa kau pikir, Eomma tidak tahu kalau kau suka tidur dengan pria selama ini?"
Tiffany pun mematikan mesin treadmill Jennie sembari berkata, "You're my expensive one. Harusnya wanita mahal sepertimu tidak tidur sembarangan dengan pria murahan!"
"Eomma!" Jennie merasa kesal dengan pernyataan Ibunya barusan.
"Berhenti bersikap kekanak-kanakan. Kakekmu ingin segera melihatmu menikah."
"Aku-Tidak-Ingin-Menikah." Jennie pun mengambil handuk kecil miliknya, lalu ia berjalan pergi meninggalkan Tiffany.
"Kenapa tidak ingin? Malam ini Kakekmu akan datang ke rumah kita. Dia juga sudah terlanjur melihatmu di Televisi bersama Taehyung. Jika kau sungguh-sungguh mencintai pria itu, maka bawa lah dia kesini, dan katakan pada Kakekmu bahwa kau ingin menikahinya."
"Eomma, tapi aku dengan Taehyung hanya-"
"Hanya main-main? Jika begitu, berarti malam ini Kakek akan membawa salah satu pria yang fotonya telah kau lihat di dalam iPad ini. Setuju atau tidak setuju, kau akan tetap dijodohkan dengan pria pilihannya itu."
Lutut Jennie mendadak lemas. Jika Kakeknya sudah ikut campur, Jennie akan susah untuk melawan. Ini bukan pertama kalinya Jennie ingin dijodohkan. Sebelum-sebelumnya juga pernah. Namun Jennie selalu berhasil menolak karena Kakeknya belum turun tangan.
Jennie bisa memiliki garis keturunan konglomerat berkat Johannes Kim. Beliau merupakan kakeknya dari pihak ayah. Dari kecil, Jennie memang dimanjakan dengan kemewahan. Segala yang ia minta akan di turuti tanpa syarat. Kendati demikian, bukan berarti Jennie selalu bisa melakukan hal yang dia inginkan. Sebab, sebagian kendali dari hidupnya masih dipegang oleh Johannes.
"Pilihannya ada ditanganmu, Jennie. Kau ingin memilih jodohmu sendiri atau kau ingin kami yang memilihkannya untukmu." Tiffany pun berlalu pergi setelah selesai mengusap kepala Jennie.
Jennie tampak mendudukkan bokongnya disebuah kursi. Ia tertunduk memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari masalah perjodohan ini.
Jennie bukanlah wanita yang mudah luluh ketika diiming-imingi janji manis atau dirayu-rayu dengan gombalan klasik. Dia sangat sulit untuk jatuh cinta. Meskipun deretan pria yang ingin dijodohkan bersamanya memiliki jabatan-jabatan tinggi, namun dengan teramat sungguh Jennie menegaskan bahwa ia sama sekali tidak tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐊𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐓𝐔𝐒 || 𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐔𝐬 ✓ [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[18+] "Nona, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?" "Aku tak suka berbasa-basi. Jadilah kekasihku, akan aku fasilitasi hidup dan kebutuhanmu. Apa 850 juta won cukup untuk jajanmu selama satu bulan, tuan Kim?"