Ketika melihat Jennie menangis, disitulah Taehyung merasa gagal. Dia yang dulu ingin membuat Jennie bahagia, dia yang dulu mengatakan tak akan membuat Jennie mengeluarkan air mata. Namun sekarang, apa nyatanya? Dia lah alasan dibalik jatuhnya air mata Jennie.
Jennie juga wanita biasa, hatinya mudah terluka. Terlalu munafik apabila ia bersikap biasa saja. Lagi pula siapa yang tidak akan marah jika suami sendiri melupakan janjinya demi menunaikan janji pada wanita lain?
"Jennie! Biarkan aku berbicara sebentar!" teriak Taehyung mencoba mengejar.
Jennie pun berbalik dengan tatapan penuh amarah. "Untuk apa? Apa yang ingin kau katakan? Kau hanya akan mengeluarkan kata-kata klise, mencoba memberi pembelaan dan mengakhiri semuanya dengan kata ma'af! Do you think that's enough?" bentak Jennie.
"Aku menunggumu disini dari jam 6 sore! Aku mencoba menghubungi beberapa kali tapi apa kau angkat? Kau bisa ingat dengan janji yang kau buat 5 tahun yang lalu, tetapi mengapa kau tak bisa ingat dengan janjimu 5 jam yang lalu?!"
"Tadi sore aku ingin datang. Aku sudah bersiap-siap untuk menjemputmu. Tetapi kemudian, pihak rumah sakit menghubungiku. Mereka bilang bahwa Elenna pendarahan, jadi-"
"Jadi yang lebih penting adalah Elenna. Itu kan, inti dari penjelasanmu?!" potong Jennie dengan nada sedikit meninggi.
Taehyung menarik rambutnya frustasi. "Dengarkan aku dulu, jangan memotong pembicaraanku! Aku terpaksa datang ke sana karena tidak ada yang mengurus biaya administrasinya. Elenna itu hidup sebatang kara, dan dia tidak punya kerabat atau keluarga!"
"Kalau begitu kenapa kau tidak memberitahuku? Kau pikir menunggu berjam-jam itu enak?!"
"Aku ingin memberitahu.... tapi aku...-"
Jennie tertawa remeh. "Bilang saja diriku tak penting. Mantanmu yang pendarahan, kau yang repot-repot. Istrimu yang menunggu, kau tak perduli. Aku mungkin tidak dalam keadaan sekarat hingga membutuhkan kehadiranmu, tapi meskipun begitu, bukan berarti kau bisa pergi seenaknya menjenguk mantanmu. Apa susahnya memberitahuku, Taehyung? Jika kondisinya memang se-darurat itu, aku akan mengizinkanmu untuk datang membantunya. Tetapi kau... kau berbuat sesuka hatimu tanpa mengingat bahwa ada orang lain yang perlu kau hargai didalam hubungan ini!!!"
"Jane... Aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak dihargai. Bagiku kau juga penting. Tetapi mengabaikannya, aku juga tak bisa. Masih ada rasa bersalah dihatiku karena belum mendapatkan ma'af darinya. Aku sudah berusaha untuk mengupayakan yang terbaik. Tapi kalian berdua membuatku terjebak dikeadaan yang terlalu sulit untukku pilih."
Jennie menarik napasnya dalam-dalam. Ia berusaha untuk menenangkan dirinya.
"Padahal pilihannya cuman dua. Sesulit itukah? Kalau aku ada artinya bagimu, kau akan memilihku. Tetapi kenyataannya, kau memilih dia."
Jennie pun menyeka air matanya sembari menunjukkan seulas senyum. "Kalau dengan bersamaku kau merasa ragu, tak ada gunanya kita melanjutkan pernikahan ini. Kalau dengan bersamanya kau lebih bahagia, aku takkan keberatan untuk melepasmu. Hari apa kau ingin digugat cerai?"
"Aku tidak ingin bercerai!" jawab Taehyung dengan lantang.
"Kenapa? Apa kau masih berkeinginan untuk menyakitiku? You don't even love me, why should we stay together?" tanya Jennie dengan raut wajah yang heran.
"Beri aku waktu. Beri aku waktu untuk memastikan bagaimana perasaanku."
Jennie terdiam cukup lama. Lagi-lagi Taehyung membuatnya terpaksa menunggu.
"Lalu setelah itu? Bagaimana jika hatimu tak juga untukku?"
"Aku setuju kita berpisah."
"Baiklah," angguk Jennie tanpa membantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐊𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐓𝐔𝐒 || 𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐔𝐬 ✓ [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[18+] "Nona, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?" "Aku tak suka berbasa-basi. Jadilah kekasihku, akan aku fasilitasi hidup dan kebutuhanmu. Apa 850 juta won cukup untuk jajanmu selama satu bulan, tuan Kim?"