7. Sekolah

10 6 1
                                    

Pagi yang cerah secerah hati Ara hari ini, ia mulai berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki,  karena rumah nya juga tak begitu jauh dengan sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah secerah hati Ara hari ini, ia mulai berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki,  karena rumah nya juga tak begitu jauh dengan sekolahnya. Jadi ia memutuskan berjalan kaki di bandingkan memiliki kendaraan, hitung-hitung olahraga agar badannya tetap sehat.

Sesampainya di sekolah, Ara melihat banyak orang meliriknya tak suka. Namun Ara tetaplah Ara, ia orang yang tidak mengeluarkan kelemahannya dihadapan musuhnya. Ia tak menghiraukannya.

“Lihatlah, kakak-kakaknya sangatlah rupawan. Mengapa dirinya seperti upik abu?”

“Malang sekali mereka harus memiliki saudari seperti dirinya,”

“Gak tahu malu,”

Bisik-bisik itu terdengar olehnya. Salah, bukan bisik-bisik melainkan pembicaraan yang lantang dan lancang.

Sekali lagi, Ara tak mempedulikannya sama sekali.

Kini Ara telah sampai depan kelas, belpun telah berbunyi bertepatan dengan Ara yang mendudukan dirinya di atas kursi.

Murid-murid di dalam kelas itu  sudah duduk di atas bangku masing-masing, menanti kehadiran sang guru.

Tap… Tap…

 

Suara hentakan sepatu memenuhi indra pendengaran mereka. Seseorang memasuki kelas itu, “Selamat pagi anak-anak.”

“Pagi bu!” serentak murid-murid.

Gurupun memulai pembelajaran sejarahnya, kebanyakan murid dalam kelas itu menahan kantuknya, karena sejarah terasa membosankan bagi mereka. Namun, tidak dengan seorang gadis bernana Arabella. Ia begitu menyukai sejarah, sejarah apapun atau dari manapun akan ia baca. Baginya buku sejarah bagaikan novel fiksi yang menarik namun bedanya buku sejarah adalah nyata ceritanya namun novel fiksi tidaklah nyata.

Waktu berlalu dengan cepat, kini Ara berada di kantin sekolah dan mulai memesan makanannya. Setelah memesan makanan yang ia inginkan, ia mencari tempat duduk kosong di kantin iitu. Ia melihat tempat duduk itu berada di pojokan. Ara bergegas menuju kesana. Ia pun mendudukan dirinya dan mulai memakan bakso yang ia pesan tadi.




—‐—‐—‐—TBC —‐—‐—‐—

Next gak?

Jangan lupa bintangnya.

PiovereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang