11. Academy Langit

11 7 4
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kini Ara dan keempat kakak laki-lakinya berada di hadapan pintu gerbang academy. Mereka memandang takjub sekolah sihir itu, bangunan yang begitu megah bak istana tetapi modern. Di halaman istana yang begitu luas itu terdapat air mancur berbentuk lingkaran yang di tengahnya  memiliki patung begitu besar yakni dua pasang manusia yang menggenggam tongkat sihir berhiaskan berlian. Dan hebatnya lagi, sekolah ini tak memiliki tanah. Tetapi hanya bermodalkan awan, awan yang dapat dipijak oleh siapapun.

Ara adalah seseorang yang takut ketinggian, jika ia melihat ke bawah  saja sudah merasakan mual. Dan sekarang ia berada di atas langit? Mengapa tidak mual? Tentu saja karena awannya tidaklah transparan.

Dua orang penjaga menghampiri mereka yang berada di luar gerbang, “Kalian siapa?” ujar lelaki berambut perak.

“Ka­—kami” Ara bingung harus menjawab apa.

“Kami bisa menunjukkan identitas kami,” ujar Alfanzy membantu Ara yang kebingungan. Lalu ia mengeluarkan tongkat yang serupa dengan yang dimiliki oleh Ara, yang berbeda adalah warna dari tongkat itu. Tongkat mereka berempat berwarna hitam bercampur ungu yang menandakan tongkat peramal.


“Baiklah, bagaimana dengan gadis mungil ini? Jika ia tak mengeluarkan tongkatnya maka tak bisa kami izinkan masuk ke dalam,” ujar lelaki berambut hitam bercampur merah.

Ara menoleh pada kakak-kakaknya, dan dibalas dengan anggukan sebagai tanda persetujuan. Kemudian Ara mengeluarkan tongkatnya. Lama penjaga itu menatap lekat tongkat sihir milik Ara.

Tak lama kemudian, “Cepat kalian masuk!”


Seolah mengerti, kakak-kakak Ara mendorong dirinya agar bergegas masuk.


Lelaki berambut perak menutup pintu gerbang menggunakan tongkat sihirnya, yang anehnya pintu gerbang itu tertutup secepat kilat disbanding saat membukanya.


Tak lama kemudian, dua orang lelaki itu merapalkan mantra yang hanya mereka sendiri yang tahu, tongkat sihir mereka bersinar berwarna keemasan. Mereka seolah menyatukan kekuatan mereka.


Sinar keemasan yang keluar dari tongkat mereka ternyata membentuk sebuah pelindung yang kokoh tetapi treansparan dan tak ada seorangpun yang bisa memecahkannya.


“Ikuti kami,” Dua orang lelaki itu bergegas menuju suatu tempat. Ara beserta kakaknya hanya mengikuti mereka. Hingga mereka sampai di dalam, mereka melihat lorong dari gedung itu yang begitu mewah. Seperti tak ada tandingannya di dunia ini. Semua terbuat dari emas. Lorong yang begitu mewah itu nampak sepi, mungkin sudah waktunya jam masuk pelajaran sihir.






—‐—‐—‐—TBC —‐—‐—‐—

Next gak?

Jangan lupa bintangnya.

PiovereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang