8. Ratu Bullying Kalah?!

14 6 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tak berselang lama, ada gerombolan perempuan yang menghampiri mejanya.

Brak

Salah satu dari mereka menggebrak meja yang sedang ia tempati sekarang.

"HE! JELEK!" Bentak orang berambut cat berwarna hijau. Orang yang menggebrak meja tadi.

"Lu tuh gak tau diri ya, gak ngaca banget. Orang jelek tuh tempatnya bukan di sekolah ternama ini. Sana lu minggir dari meja ini!" lanjutnya dengan mata yang ia lebarkan seolah ingin keluar dari tempatnya. Padahal matanya sipit, tapi ia melebarkan matanya seperti ingin dicolok.

"Pfft... HA HA HA," Ara tak kuasa menahan tawanya melihat nenek sihir dihadapannya. Bayangkan, perempuan di hadapan Ara berdandan menor, baju yang ketat dan rok yang pendek serta rambut yang sengaja di cat berwarna hijau. Mau sekolah, atau ngejalang?

Tawa Ara tentu saja menjadi tontonan bagi murid-murid lain.

"Murahan," satu Ara setelah menyelesaikan tawanya.

"APA LU BILANG?!" tanya Ririn si perempuan berambut hijau, ketua dari gerombolan itu.

"Gua bilang, lu murahan. Mending gua jelek tapi masih berkelas kemana-mana, daripada lu dari cara lu berpenampilan aja udah keliatan, kalau lu itu murahan." jawab Ara dengan tenang namun tetap bermuka datar.

"Grrhhh..." Ririn mulai tersulut emosi. Amarah mulai menguasai dirinya.

"Bahkan anak kecil pun tau yang mana yang berkelas dan murahan." Ara melanjutkan ucapannya tanpa menghiraukan keadaan sekitar yang menatapnya takjub karena berani melawan si ratu bullying.


Ririn menggenggam erat kerah baju sekolah Ara, dan Ara pun mau tak mau berdiri dari duduknya. Ririn yang emosi pun akan mmelayangkantangan kanannya untuk menampar pipi Ara. Bukan Ara namanya kalau ia menunjukkan sisi lemahnya di hadapan orang lain. Ara menahan tangan yang melayang di udara itu.

"Siapa lu yang berhak nampar gua?! Orang tua gua pun menjaga gua dengan baik dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka berhasil mendidik anaknya seperti gua yang pintar ini. Muka gua mungkin biasa dan gak cantik seperti orang lain, tapi kecantikan belum tentu bisa mengalahkan kepintaran. Lu cantik tapi kalau otak lu kosong, siapa yang akan tulus mau sama lu? Apalagi dengan lu yang berpenampilan seperti tante-tante ini, coba gua tanya ada gak cowok yang nempel sama lu?! Gak kan?! Satu lagi, cover cantik belum tentu dalamnya juga cantik. Sama seperti lu." Ara melenggang pergi meninggalkan kantin yang sunyi itu akibat perdebatan mereka. Tak sedikit orang yang membenarkan ucapan Ara, dan mereka berbisik-bisik betapa buruknya Ririn.

"Sampah akan tetap jadi sampah." geram Ririn.

Seorang lelaki dari kejauhan menatap perdebatan itu dengan seringaian, gadis kecilnya telah tumbuh dewasa. Ia pun pergi meninggalkan tempat itu.

Di sisi lain, Ara mendumel tak hentinya. "Emang ya sekarang itu mandangnya fisik doang, gak ada yang tulus nerima orang berparas biasa aja. Kalau gak fisik ya paling duit. Cih, liat aja kalian. Orang yang kalian ejek ini akan membuat kalian bertekuk lutut di hadapanku."

Ara pun bergegas ke kelas karena bel akan segera berbunyi tanda waktu istirahat telah usai.



-‐-‐-‐-TBC -‐-‐-‐-

Next gak?

Jangan lupa bintangnya.

PiovereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang