Arabella Raina Alesya Ambrose merupakan seorang gadis yang memiliki kelebihan. Seorang gadis bertubuh gemuk dan berkulit kuning langsat. Tapi, apakah itu wujud asli dari seorang Ara?
Ara memiliki sebuah cermin ajaib yang ternyata terdapat seorang l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di rumah yang megah, tepatnya di ruang tamu terdapat sebuah keluarga yang berkumpul demi meminta penjelasan putri satu-satunya di rumah itu.
Keadaan terlalu hening.
“Jadi, putri Papa yang manis bisa tolong jelaskan kepada Papa?” ujar pria yang masih tergolong muda di usianya.
“Pa —” lagi-lagi ucapannya terpotong.
“Biar saya saja yang menjelaskannya,” potong Aaron sebelum Ara berbicara.
“Sebelumnya apa kalian tau cermin yang kalian beri pada Ara?” lanjut Aaron dengan sebuah pertanyaan.
“Iya, lantas apa hubungannya dengan cermin itu?” tanya Alfanzy kakak pertama Ara. Ia berusaha menahan amarah yang sedari tadi ia tahan begitu mendengar ada seorang lelaki yang ada di dalam kamar adik bungsunya.
“Itulah saya,” ujar Aaron singkat.
Hening…
Semua orang menampilkan raut muka keheranan. Kecuali Ara.
“Bego, mending lu gak usah jelasin kalau jawaban lu singkat gitu,” ujar Alzero dalam hati, ia merupakan kakak kedua Ara.
“Sudah ku duga,” gumam Ara.
“Menarik.” ujar Alvaro membatin. Alvaro kakak ketiga Ara yang bisa dibilang agak dingin.
“Cih, gak jelas.” ujar Alvin dengan pelan. Ia merupakan kakak keempat sekaligus terakhir dari Ara.
“Ia adalah Aaron Alfred Dario Garfield sebuah cermin pemberian dari kalian berubah menjadi sesosok lelaki yang kalian lihat sekarang. Aaron berkata jika ia terkena kutukan dan siapapun yang telah membebaskannya maka ia adalah cinta sejatinya.” jelas Ara dengan singkat.
Semua terdiam. Mencerna apa yang dikatakan oleh Ara.
“Benar yang dikatakan putri kalian. Saya tahu ini tidak masuk akal bagi kalian, akan saya jelaskan lebih detail dipertemuan kita selanjutnya. Untuk sekarang, izinkan saya pergi ke Kerajaan terlebih dahulu.” Aaron pun mengakhiri perkataannya, dan beranjak dari duduknya.
Semua terdiam menyaksikan apa yang akan Aaron lakukan. Tak lama berselang, ketika Aaron telah selesai merapalkan sebuah mantra, muncullah sebuah portal berwarna biru di hadapannya.
“Saya pamit dahulu, jika nanti ada sebuah surat bacalah dan lakukan apa yang ada disurat itu,” tegas Aaron.
Aaron menoleh kepada Ara dan menampilkan senyuman mautnya lalu berkata, “Untuk Ara yang manis, saya akan datang menghampirimu ketika hujan tiba.”
“Sampai jumpa kembali manis, jangan kangen ya.” Lelaki tampan itu tersenyjm dan mengedipkan matanya sebelum akhirnya benar-benar memasuki portal.
Deg… Deg… Deg
Ada kesan tak rela ketika Aaron meninggalkannya. Degup jantungnya berdetak kencang secara tiba-tiba.