Part 1

1K 43 4
                                    

Matahari bersinar terik tepat di kepala gadis manis bernama Nayla Pramata, sesekali bulir keringat mengalir deras di pelipisnya. Name tag berbentuk bibir menggantung manis di lehernya. Ia tak dapat berbuat apa-apa, sedangkan dahaga terus ia rasakan.

Gadis bernama Nayla itu dihukum menghormati bendera saat ini, karena tidak membawa topi yang dibuat dari koran. Ia sudah berusaha menjelaskan pada kakak OSIS itu bahwa ia bukan tidak membawanya, melainkan topinya rusak karena gerimis pagi tadi, tapi nampaknya kakak OSIS itu tak peduli sama sekali.

"Panas ya?" tanya seseorang di depannya.

Anak OSIS, pikir Nayla. Karena hanya anak OSIS yang mengenakan name tag dan pita kuning di pergelangan tangan kanannya, menandakan mereka adalah panitia. Dan hanya anak OSIS-lah yang masih berkeliaran tak menentu di saat anak lainnya sedang di kelas untuk belajar.

Nayla hanya menjawab dengan senyum kecut.

"Udah masuk aja, gabung sama yang lain." kata anak OSIS itu. Nayla memandangnya, seolah tak percaya. Ia perhatikan setiap lekuk tubuh anak OSIS itu, sebagai pertahanan bahwa dia yang menyuruhnya bergabung dengan anak-anak MOS lainnya.

Wajahnya seperti oriental, sedikit chubby, mata sipit dan senyum sumringah.

"Masih minat panas-panasan-" tanyanya sambil tersenyum, membuat matanya seakan tenggelam dalam pipinya.

"Nayla?" lanjutnya setelah ia melihat name tag milik Nayla. Tapi Nayla tak terlalu menghiraukan kakak kelasnya itu, lantas ia pergi setengah berlari darinya menuju gerombolan teman-temannya yang mengikuti MOS.

***

Jeremy memperhatikan anak bernama Nayla itu sejak pagi tadi. Entah mengapa, tapi ia senang sewaktu tau bahwa satu atribut perlengkapan Nayla rusak akibat gerimis.

Topi itu bukan atribut yang penting. Percayalah!

Nayla bahkan bisa membuatnya lagi dengan koran yang ada di kantor OSIS, jika mendapat izin dari Je (panggilan Jeremy, si ketua OSIS). Hanya saja, Je tidak mendapat permintaan itu. Lagipula jangan harap ia akan memberikan izin sekalipun Nayla memintanya. Ia sengaja membuka jalan perkenalan dengan Nayla.

'Pahamkah kamu?' Je membatin sewaktu Nayla setengah berlari kembali ke teman-temannya.

***

Hari ini, hari terakhir MOS.

'Semoga saja hari ini akan jauh lebih baik dari hari kemarin.' Batin Nayla.

Harapannya adalah agar semua barang yang diminta kakak-kakak OSIS itu telah ia bawa tanpa ada yang kurang satupun.

Terkabul.

Salah satu anak OSIS menyebutkan barang bawaan yang diminta untuk dibawa pada hari ini.

"Lampu taman tahan lama?"

"Teletubbies bertato?"

"Coklat nabrak meja?"

Satu per satu barang yang diminta-pun ia keluarkan. Hari MOS terakhir memang jauh lebih baik dari MOS di hari sebelumnya.

Dua hari masa orientasi terlihat sangat sebentar? Ugh jangan salah! Kami lelah! Pekik Nayla dalam hati saat setiap temannya menggerutu menghadapi masa orientasi selama tiga atau bahkan satu minggu, sedangkan Nayla hanya dua hari.

Bahkan sekalipun hanya dua hari, Nayla sudah dihukum untuk hari pertamanya.

"Tumben ngga dihukum hari ini."

Kata-kata itu seakan meluncur tepat untuk Nayla. Ia menoleh, anak laki-laki dengan wajah oriental, mata sipit, dan senyum sumringah.

Anak OSIS yang kemarin!

Nayla hanya melempar senyum seadanya, lalu kembali melihat mading yang ada di hadapannya. Sama sekali tidak tertarik berurusan dengan anak-anak popular seperti Je.

Tidak lama, handphone-nya berdering. Anak OSIS bernama Je itu sedikit menjauh dari Nayla.

"Ya? Gue masih di sekolah."

"........"

"Lo mau kesini?"

"........"

"Oke gue tunggu!" katanya di telpon. Ia lalu kembali membaca deretan mading.

"Sepupuku, dia mau datang menjemput." katanya, dengan senyum khas miliknya.

"Aku bahkan tidak bertanya." Nayla menjawab sedikit ketus.

Nayla berlalu, meninggalkan Je sendiri di lobby sekolah. "Hati-hati, Nayla!" Nayla menoleh ke belakang, senyum sumringah Je tetap ada sekalipun selama ini gadis itu terkesan bersikap ketus padanya.

***

Hari ini, Nayla resmi sebagai seorang siswa Sekolah Menengah Atas. Masa-masa orientasi dan perkenalan bagi anak baru sudah berakhir. Nayla menggenggam segelas jus mangga di tangannya, saat itu juga ada suara memanggil namanya, "Nayla!"

Sesaat itu pula Nayla mengubah haluan jalannya, dan..........

BYUR!

Jus mangga milik Nayla tumpah dan berpindah ke lantai dan seragam........ kakak kelas.

"Maaf maaf aku ngga sengaja!" kata Nayla sembari mengeluarkan saputangannya dari dalam saku rok abu-abu.

"Nay, kenapa?" Ah ternyata kakak kelas kemarin yang memanggil gadis manis ini dan menyebabkan tragedi ini terjadi.

'Habislah aku sekarang.' pikir Nayla.

"Ini temen lo Je? Untung aja dia temen lo! Liat nih, masa dia numpahin minumannya ke gue?!" sembari kakak kelas perempuan itu memperhatikan anak bernama Nayla dari atas hingga bawah, "Anak baru ya? Anak baru aja udah belagu!" omelnya panjang lebar.

Nayla hanya bisa menunduk dan terus berucap maaf.

"Udahlah, dia kan ngga sengaja." Terdengar suara berdecak dari anak perempuan di depan Nayla, "Yaudahlah." katanya. Dia lalu berlalu pergi sambil mengambil kasar saputangan yang Nayla genggam. Ada raut wajah kesal dan tak terima terukir di wajahnya.

Nayla masih saja menunduk. "Hey, it's okay. Dia emang kaya gitu." kata anak yang dipanggil 'Je' itu.

"Jus mangga satu ya bu!" dia kembali mengulang pesanan Nayla. Jus mangga kembali ada di genggamannya.

"Thank's" jawabnya, kaku.

"Jeremy." katanya mengulurkan tangan.

Nayla tersenyum, kali ini tulus, "Nayla."

"Ah, jangan Jeremy. Just call me Je. Okay?" Je menaik-turunkan alisnya, menghapus rasa canggung pada Nayla.

Anggukan dari Nayla pun membuat senyum terukir di sudut bibir Je.

***

Part satu bu, gimana?.....

Btw yang namanya Jeremy a.k.a Je ada di media ya hoho sumringah aned kan senyumnya XD

Jeremy Hugo Enrico Lumban Tobing (JHELT) a.k.a Je.

Dunia Bersamamu // TOVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang