Je sedang berjalan santai, menapaki kakinya keluar dari gerbang sekolah bersamaan dengan bel pulang sekolah yang sudah berdering sesaat sebelumnya.
"Je."
"Jeremy!" panggilan kedua itu sukses membuat Je dengan sigap menoleh ke arah samping, tepat dimana Nissan X-Trail hitam berada. Didapati kepala salah satu sepupunya, Mikha, ada di balik jendela dengan kaca jendela yang terbuka setengah.
"Naik Je! Kita jamming bareng di rumah!" seru Mikha antusias dari jendela mobil yang kacanya sudah terbuka penuh. "Kasian si Ugi, sampe lapuk di rumah kaya kayu yang dimakan rayap. Ckck." Ucap Mikha dengan gaya yang dibuat se-memprihatinkan mungkin. Tanpa sadar, wajah Je sampai melongo mendengar perkataan adik sepupunya itu.
"Lebay lo, Mik!" Mada memandang Mikha dengan tatapan tajamnya.
'Sepertinya mood Mada lagi ngga bagus nih. Jangan sampe—'
"Buruan naik Je! Macet nanti!"
'Nah kan, belum juga selesai doa yang gue buat, udah kena semprot aja!' gerutu Je dalam hati.
Tanpa pikir panjang lagi, Je lekas membuat pintu mobil dan masuk ke dalamnya.
"Besok-besok kalo mau mikir di dalem mobil aja. Pusing gue denger klakson sana-sini." ucap Mada sembari mengembalikan fokusnya pada jalanan dan kendaraan di sekitarnya.
"Okay boss! Sorry, my fault." Jawab Je dengan santai. "So, Ugi kenapa?"
"Ugi? Ngga kenapa-kenapa. He's good." Ucap Mikha polos, sementara tangannya bergerak memasukkan CD Muse.
"Tadi lo bilang..." Je sengaja menggantungkan kalimatnya.
"Oh.." Mikha menaikkan kedua bola matanya untuk berpikir, lalu tak lama kemudian bola matanya terbuka lebar seperti telah berhasil mengingat sesuatu hal.
"Ngga apa-apa. Cuma kasian aja. Kayanya dia bosen gitu di rumah." Setelah Jeremy ber-oh ria, suasana mobil hanya terisi dengan suara Matthew Bellamy beserta rekan-rekannya di Muse, ditambah dengan suara senandung-senandung kecil dari Mada, Mikha, atau Je.
Suara deru mobil yang mulai masuk ke pelataran rumah tidak begitu Reuben hiraukan, kecuali Leo, anjing peliharaan keluarga Brahmantyo, yang langsung berlari menuju garasi untuk menemui majikan kesayangannya, Mikha.
"Leo!!" ucap Mikha girang setelah menutup pintu mobil dan mendapati Leo berada di depannya dengan ekor yang bergoyang ke kanan dan ke kiri dengan tempo cepat. Dalam beberapa detik kemudian, Leo sudah berada dalam pelukan Mikha.
Je yang melihat itu semua hanya bisa menggelengkan kepala sambil melanjutkan jalannya ke dalam rumah. Sedangkan Mada, dia bahkan sudah masuk ke rumah sejak tadi.
"Lo ngga mau nyambut gue, Gi? Masa gue kalah sama Leo?" ucap Je dengan wajah tidak percaya. Reuben terkekeh sebentar sebelum menjawab pertanyaan sepupunya itu, "Lo mau disamain sama Leo?" sementara Reuben tertawa, Mada yang telah berganti pakaian, setengah berlari menghampiri sepupu dan adiknya.
"Ayo naik ke studio!" ucapnya dengan mata berbinar. Mada melangkah lebih dulu, diikuti Reuben dan Jeremy di belakangnya, sementara Mikha, "MIK BURUAN!" lalu terdengar derap langkah cepat ke arah studio musik yang ada di dalam rumah tersebut.
Pintu studio terbuka dan menampakan wajah Mikha yang masih menggendong tasnya. "Sorry, keasikan main sama Leo. Hehe." Mikha cukup paham dengan situasi, sebelum ditelan hidup-hidup oleh kakak sulungnya, Mada. Ditambah saat melihat Mada yang sudah siap duduk di belakang drum, Reuben yang sudah siap dengan gitarnya, begitu pun Je dengan bass-nya. Mikha bergegas mengambil gitarnya dan bersiap-siap pula dengan microphone-nya. He is vocalist!
'Hey hey
little heart inside me
don't be angry
when you're just worried
Hey hey
fire inside me
don't burn my body
and their's too
ye heah pitchforks and torches
get away from my head and my mind, too
ye yeah think things they're gorgeous
and let them stay in my soul and my heart, too
Whoa there
my thoughts betray me
this is insanity
get back to reality'
Pitchforks and Torches - TheOvertunes
"Stop, stop!" Reuben memberhentikan permainan band yang tercipta dengan apik di studio musik rumahnya tersebut. Semua mata kemudian tertuju pada Reuben, "Lo kenapa Je? Kok mainnya berantakan banget?" Je mengusap tengkuknya lalu tersenyum masam.
"Gue pulang dulu deh ya." Mikha membayangi Je dengan mata yang menuntut jawaban, tapi tidak dihiraukan oleh Je.
"Besok sabtu Je!" "Tapi gue lagi ribet banget nih urusan sekolah." "Sekolah libur di hari sabtu Je. Ada apaan sih?" Mikha mulai gemas dengan jawaban yang diberikan Jeremy. "OSIS?" tanya Mada sedangkan Je hanya menjawab dengan anggukan.
"Acara pensi, tapi gue mau yang beda. You know, something new. Sesuatu yang belum pernah gitu. Tapi apa ya?" semua nampak berpikir, sampai Mada memukul salah satu bagian drumnya, menimbulkan suara nyaring. "Apaan sih lo Mad?!" seru Mikha kaget. Mada mengacungkan jari telunjuk berbarengan dengan jari tengahnya, membentuk angka dua pada Mikha, "Peace man!" "Untung gue ngga latah!" gerutu Mikha sembari mengelus dada, sedangkan semua terkekeh melihat tingkahnya.
Mada mulai melanjutkan kata-katanya. "Kenapa lo ngga nyanyi aja Je?" Je memandang Mada dengan tatapan tidak setuju, lalu diikuti dengan menggelengkan kepala kuat-kuat. "Bercanda lo, GA!" tolak Je mentah-mentah.
"Katanya mau yang beda?" Je nampak berpikir sebentar. "Kalo ngga mau sendiri, ya duet aja." saran Reuben.
"Sama cewe lebih bagus! Ah! Sama gebetan lo aja Je!" "Pake lagu romantis!" "Oh atau lo nyanyi sendiri, trus nanti lo tarik dia buat nyanyi bareng?" "Oh oh! Atau kalo lo nyanyi sendiri, nanti di awal lagu lo bilang lagu ini spesial buat dia!" "Atau....." ucapan Mikha yang sedang berpikir terpotong oleh salah satu kakaknya.
"Gaya lo Mik! Kaya udah punya gandengan aja!" ucap Mada yang dibarengi gelak tawa Reuben dan Jeremy. "Bawel lo Mad! Gue kan cuma kasih saran. Kaya kalo anak-anak cewe di sekolah gue yang bisa heboh cuma gara-gara baca novel atau film yang kaya gitu itu!" Mikha cemberut.
"Okay man, saran lo gue tampung dulu semua." Je menepuk pundak Mikha, masih dengan mata menyipit, sisa-sisa tawanya masih melekat di sana.
"Cewe itu, siapa Je?" tanya Reuben tiba-tiba saat semua sudah menyelesaikan tawanya. "Iya, katanya lo mau cerita?" tanya Mada setengah menuntut agar Je bercerita. "Hmm, mirip sama someone special lo Gi." Reuben yang sedang memetik gitar langsung menghentikan kegiatannya tersebut dan menatap Je dengan pandangan yang tidak bisa diartikan begitu saja. "Maksud lo?" Reuben kemudian teringat pertemuannya dengan Je dan....... Nayla di minimarket waktu itu. Bibir Reuben mulai memutih.
"Sama-sama adik kelas!" ucap Je dengan senyum yang terulas di bibirnya. Entah Reuben harus merasa seperti apa. Ia hanya berharap kalau adik kelas Je dengan Nayla....... Berbeda.
'Pasti beda. Bukan, pasti bukan Nayla.'
***
Whoa, gimana? Voment ya, aku butuh :')
Itu yang di media lagu yang di atas ya, Pitchforks and Torches - TheOvertunes
Btw terimakasih yang udah baca, vote, komen, sama follow <3 terima kasih banyak! Semoga suka sama ceritanya. Kalo ada yang gasuka, atau ada yang gimana-gimana gitu, bisa komen disini atau ke twitter atau ask.fm ku juga gapapa :) di [at] ideteel ya!
Oh ya, mau ingetin aja kalo Ugi itu nama panggilan dari Reuben. Jadi, mereka satu orang. thankyou!
xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Bersamamu // TOV
Fanfiction"Inilah duniaku, untuk bersamamu." Cover by : Jessica Ayu Eka Pramudita