Dewa, anak mading waktu itu, mulai mencari kemana Nayla sejak dua hari lalu. Kakinya tak henti mencari sosok perempuan yang biasanya mengikat rambut menjadi satu seperti ekor kuda itu di seluruh penjuru sekolah. Hingga hari ini, hari ketiga ia mencari.
'Itu dia!' Seru Dewa dalam hati saat menemukan Nayla yang sedang berjalan keluar dari kamar mandi anak perempuan di lantai dua.
"Nayla!"
"Haduh! Lo dicari susah amat sih, dari kemaren gue muter-muter sekolah tau ngga sih?" Ujar Dewa di tengah usahanya mengatur nafas.
"Ngapain sih? Kaya ngga ada orang lain aja." Nayla memandang Dewa acuh tak acuh, lalu mulai melangkah pergi meninggalkan Dewa.
"Eh astaga, Nay!" Dewa menepuk pelan kepala Nayla dengan benda yang sedari kemarin ia bawa kesana-kemari.
"Aw! Apaan sih?!" Nayla berhenti dan menatap Dewa kesal.
"Nih." Dewa memberikan satu majalah edar sekolah dengan Jeremy sebagai covernya.
"Janji lo kan mau ngasih ke Je? Nih lo kasih. Udah ya, tugas gue udah selesai nih. Jangan lupa dikasih!" Lalu sosok Dewa hilang di belokan koridor.
Nayla memandang cover majalah di tangannya. Setidaknya, mungkin ini cara untuk mengucapkan salam perpisahan pada Jeremy.
***
Seperti biasa, di hari sabtu pagi, Je dan ketiga sepupunya berolahraga di lapangan komplek. Berlari ke sana kemari menendang bola berwarna putih hitam. Je ikut bermain, walau sebentar, agar jumlah tim seimbang. Satu tim MadJe dan satu lainnya MikBen. Dua tim bertanding memperebutkan satu bola sepak.
Mereka terus bermain hingga saatnya selesai, mereka membasuh keringat mereka dan meneguk masing-masing air mineral dalam botol minuman mereka.
"Lama juga kita ngga main kaya tadi." Ujar Mikha setelah mengelap keringatnya yang bercucuran di dahi.
"Besok-besok lagi deh, yuk!" Tambah Je.
"Atur jadwal aja mending, haha!" Jawab Mada membuat semua terkekeh, karena mereka menyadari mau bicara tentang rencana apapun biasanya akan terhalang oleh padatnya jadwal masing-masing.
Lalu percakapan demi percakapan terlontar begitu saja tanpa bisa dihindari. Mereka saling tertawa melepas gundah. Tertawa melupakan rasa sedih, melupakan hal tertentu yang sebaiknya mungkin tidak diingat, setidaknya mungkin itu berlaku bagi Jeremy saat ini.
Tepukan hangat di bahu Jeremy membuat dua orang di hadapannya, Mada dan Mikha, melihat dengan senyuman maklum. Je memutar arah, membalikkan badannya, saat melihat ekspresi dari kedua orang di hadapannya. Begitu pula dengan Reuben.
Je terkejut, tak elak Reuben pun begitu. Namun Reuben dengan cepat mengembalikan raut wajah kagetnya menjadi kembali tenang seperti semula.
"Nayla?"
"Hai!" Jawab Nayla dengan senyum kaku dan tangan yang melambai di udara, seakan memberi salam.
"Aku boleh pinjem Je sebentar?" Lalu Mada mulai menjawab saat diyakini tak ada yang membalas selain saling melempar tatapan bingung, "Je." Hanya itu kata Mada sembari menunjuk Nayla dengan dagunya, memberi izin.
Je mengangguk sebentar, lalu entah bagaimana suasana menjadi canggung.
Je berlalu bersama Nayla dan meninggalkan tiga orang bersaudara dalam diam. Sampai Mikha mulai membuka suara, "Woy? Gi?" Ia melambaikan tangan di depan wajah Reuben saat melihat tatapan salah satu kakaknya itu hanya turun menatap ke tanah.
"Eh? Iya kenapa Mik?" Seakan Reuben tersadar dari dunianya, ia menjawab dengan hambar. Mada tertawa pada tingkah adiknya sembari sesekali memainkan bola sepak di kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Bersamamu // TOV
Fanfiction"Inilah duniaku, untuk bersamamu." Cover by : Jessica Ayu Eka Pramudita