Part 14

262 28 8
                                    

Nayla memainkan pulpen di jemari tangannya, memutarnya dengan lihai tanpa terjatuh. Mata pelajaran di hadapannya, matematika, yang sedang dijelaskan oleh guru di depan tidak dihiraukannya. Tatapan matanya menerawang.

Bagaimana ia bisa tidak tau kalau Je dan Ugi adalah....... sepupu?

Bukankah selama ini Je memberi petunjuk? Ya, walaupun secara tidak langsung.

Sepupunya yang pergi ke Denver waktu kelas 9 karena beasiswa.

Sepupunya yang suka main gitar, terutama lagu River Flow in You-nya Yiruma.

Sepupunya yang dekat dengan adik kelasnya.

Sepupunya yang beberapa waktu lalu baru kembali.

Nayla menghempas nafas kasar dan menghentikan putaran pulpen di jari-jari tangannya.

Semuanya jelas. Seharusnya ia tau sejak awal bahwa yang Jeremy ceritakan adalah Ugi!

"Pssstt!" Nayla menoleh ke arah Ellen yang menyenggol pelan lengannya. "Bantu aku kerjain nomor empat belas ya?" pinta Ellen dengan senyum memelas. "Ayolah, kamu kan absen dua puluh enam. Ngga mungkin kamu kebagian jawab soal. Paling juga keburu istirahat." Lanjutnya dengan mengedip-ngedipkan matanya, puppy eyes.

Nayla mengambil buku dari hadapannya, mulai berpikir. "Kamu ngga mau coba dulu, Len? Ini....." ucapan Nayla terhenti.

"Ini gampang loh. Kamu pasti bisa!"

Kata-kata yang sama seperti, Ugi. Nayla berhenti saat menyadari bahwa kata-kata itu yang selalu Ugi katakan padanya saat ia membawa tugas matematikanya dulu pada lelaki yang tidak lain adalah kakak kelasnya itu.

"Apa Nay? Ini kenapa?" tanya Ellen.

"Ini.. ini sulit. Aku ngga ngerti. Sorry, aku ke toilet dulu." lalu Nayla meminta izin pada gurunya dan berlalu keluar kelas hingga bel berdering menandakan waktunya istirahat. Lalu kakinya melangkah ke perpustakaan.

'Paling tidak disana tenang untuk dua puluh menit ke depan.'

***

"Hey! Kamu kemana tadi pas istirahat?" tanya Ellen saat Nayla sudah duduk kembali di sebelahnya.

"Perpus, kenapa?" jawab Nayla sembari mengeluarkan buku untuk pelajaran terakhir.

"Dicari Kak Jeremy. Pusing deh, dari kemarin-kemarin dia nyari kamu terus, Nay." cerita Ellen sedikit berbisik agar tidak diketahui guru yang mulai memasuki kelas.

"Sorry." jawab Nayla tak enak hati.

"Lagian kamu kenapa tumben banget beberapa hari ini ngga sama Kak Jeremy. Marahan?"

"Em, ngga. Lagi sibuk ngerjain ini." Jawab Nayla sambil menunjukkan hasil desain cover untuk majalah edar.

"Nanti juga ketemu kok." Kata Nayla meyakinkan Ellen, juga mungkin dirinya sendiri.

***

Tok.

Tok.

"Misi.." ucap Nayla sembari membuka pintu ruang kesenian.

Dan jeng jeng......

Yang ada hanya sosok Jeremy yang sedang memeluk gitar di balik meja.

"Sorry, cuma mau kasih ini." lalu Nayla meletakkan desain cover miliknya dan berjalan pergi.

"Mau sampai kapan, Nay?" ucapan Jeremy membuat Nayla berhenti, namun tidak berbalik. Ada yang berbeda dari nada bicaranya.

Tidak ada keceriaan.

Tidak ada kehangatan.

Je melangkah pelan ke arah Nayla, memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dan menatap wajahnya. "Sampai kapan kamu mau ngehindar dari aku?" kali ini ada nada sedih untuk setiap kata yang dilontarkan Jeremy.

Tak ada jawaban. Suasana hening untuk beberapa waktu.

"Sorry, Je." Hanya itu dan Nayla berlalu.

Je mengacak rambutnya. Ia tidak tau apa yang harus dilakukannya

Lalu apa salah bila Jeremy dan Reuben adalah saudara sepupu? Saudara sepupu yang kebetulan jatuh hati pada satu gadis bernama, Nayla.

***

Vote sama komentar dong T-T

Semangatin aku dong T-T

Cek media. Itu Jeremy ngapa lucu banget dah T-T


Dunia Bersamamu // TOVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang