Oh! BAD! -10

11.4K 913 7
                                    

Sialan! Benar-benar sialan! Berada di sini benar-benar membuat darah Devan mendidih. Melihat pemandangan sekitarnya membuat Devan benar-benar tidak percaya.

"Woah, liat siapa yang datang. Arily dan pacarnya, Ketua Umum MPK SMA 01 Manuska."

Suara seorang pria dari depan yang seakan menyambut kedatangan mereka itu membuat atensi semua orang yang berada di sana menatap ke arah Devan dan Arily yang baru saja tiba.

Genggaman tangannya di tangan sang kekasih semakin mengerat kala melihat tatapan dari para siswa yang bahkan belum bertukar seragam itu meskipun hari telah malam.

Devan melihat Arily menyapa semua orang yang ada di sini, kemudian membawa Devan untuk duduk di samping seorang pemuda yang meneriaki mereka tadi.

"Hai bang Jeff!"

Pemuda yang dipanggil Jeff itu tersenyum pada Arily lalu menatap Devan menelisik.

"Tumben Lo bawa pawang ke sini, dia gak bakal ngadain razia dadakan kan?" Jeff dan yang lainnya tertawa mendengar guyonan yang dilontarkan oleh Jeff tersebut.

Kesal, tentu saja. Devan marah ketika orang mengatai-nya seperti itu. Tapi usapan lembut di jemarinya oleh Arily membuatnya jauh lebih tenang dan bisa mengontrol emosi.

Untuk saat ini ia bisa menahan, tapi setelah keluar dari sini ia benar-benar akan bertanya kepada kekasih nakalnya ini kenapa ia bisa mengetahui tempat semacam ini. Apakah kekasihnya itu sudah sering pergi ke sini?

"Tenang aja bang, Kak Devan gak akan ngadain razia kok. Justru gue ke sini bareng Kak Devan mau ngajakin Lo kerja sama," ujar Arily.

Mendengar itu Jeff mengernyit. "Kerja sama? Apaan?"

"Itu lho bang, yang gue bilang tadi siang." Seorang pemuda yang tengah merokok di pojokan bersuara.

Mendengar itu Jeff mengangguk kemudian terkekeh. "Jadi Ketua Umum MPK yang terhormat minta tolong sama pacarnya buat nego sama kita? Apa untungnya sih ngajakin kita kerja sama? Dianggap sama sekolah aja enggak."

Semua orang yang ada di sana lagi-lagi tertawa mendengar guyonan Jeff.

Devan berdecak membuat Jeff terkekeh, lalu menatap pada Arily. "Pacar Lo orangnya seram juga ya, betah banget Lo bertahun-tahun sama dia. Padahal kemarin pas denger kabar Lo putus, gue senang banget ngerasa dapetin durian runtuh, eh Lo balikan lagi sama dia."

Oke, sudah cukup. Sekarang Devan benar-benar emosi, harga dirinya cukup terinjak-injak di sini. Ia berdiri menarik kerah seragam Jeff membuat semua orang di sana ikut berdiri.

"Kak." Arily berusaha membuat Devan melepaskan kerah seragam Jeff, tapi kekasihnya itu sama sekali tak bergeming.

Jeff mengangkat kedua tangannya lalu terkekeh menatap Devan remeh. "Gak sabaran, tempramen, posesif, cowok Lo seram banget Ri." Jeff menatap ke arah Arily. "Gue yakin dia cinta banget sama Lo."

Jeff menghempaskan tangan Devan dari kerah seragamnya. "Tenang bro, gue gak akan gangguin cewek Lo. Gue udah punya,-"

-gak tau kalau nanti." Jeff tertawa sedangkan Devan benar-benar telah marah, ingin sekali rasanya melayangkan pukulan pada berandal di depannya ini kalau ia tidak memikirkan resikonya akan dikeroyok massal oleh teman-temannya.

"Bang Jeff, udah deh." Arily sebenarnya cukup jengah melihat tingkah dari pemuda ini.

Jeff terkekeh dan hanya mengacungkan dua jarinya dan lalu keduanya kembali duduk, suasana di sana cukup menegangkan setelah aksi tak terduga dari Devan tadi.

Jeff menyulut rokoknya sebelum berbicara. "Gue sih mau aja bantuin Lo, Ri, tapi Lo tau kan aturannya."

Arily mengangguk, ia sangat paham dengan konsep 'ada uang ada barang' dari anak belakang ini. "Kontaknya Kak Dina."

Jeff memasang tampang berpikir. "Menarik, tapi gue udah ada kontaknya Dina. Gue tau Lo ada penawaran yang lebih menarik dari ini."

Arily menghela napas jengah. "Anak SMA 03 Garuda yang ngambil ceweknya Bang Ronald."

Jeff menatap ke arah pemuda bernama Ronald yang juga tengah menatap ke arahnya. "Gimana Nald? Bukannya Lo penasaran ya siapa cowok kampret itu?"

Ronald mengangguk membuat Jeff kembali mengalihkan pandangannya pada Arily dan Devan. "Oke, gue terima." Jeff menatap Devan. "Suruh anak buah Lo temuin gue di terminal, gue sendiri yang bakalan ngasih keterangan."

Arily tersenyum. "Thanks ya bang. Yaudah kalo gitu karena gak ada yang perlu dibicarakan lagi, gue sama Kak Devan pamit."

Jeff mengangguk. "Bilangin sama cowok Lo, lain kali langsung ke sini aja kalo ada perlu. Masa ke tempat ginian aja gak berani, harus bareng cewek."

Arily hanya terkekeh lalu segera menarik Devan keluar dari sana sebelum emosi pemuda itu benar-benar meledak.

★★★

"Sejak kapan?!"

"Sejak kapan apanya?"

Devan menghembuskan napasnya, mencoba mengendalikan emosi yang akan meledak. Ia menatap sang kekasih dengan tajam.

"Sejak kapan kamu main ke sana, Arily?!"

"Ya sejak sama kakak tadi."

"Arily, kakak serius. Sejak kapan kamu main sama mereka? Mau jadi cewek jagoan kamu hah?!" Devan mencengkeram bahu kekasihnya.

Arily mengangguk. "Aku juga serius kak, tadi itu pertama kalinya aku ke sana, dan bareng kakak." Arily melepaskan cengkeraman Devan pada bahunya. "Kakak udah janji buat gak akan marah lho."

Devan menghela napasnya berusaha menenangkan dirinya yang tengah dilanda amarah dan cemburu.

"Jelasin," ucapnya dingin.

Arily mengangguk. "Tapi gak di sini, kita balik ke rumah."

Devan menggeleng. "Gak, jelasin di sini. Kakak mau denger semuanya sekarang."

Arily menghembuskan napasnya lalu mengangguk.

"Aku temenan sama anak belakang udah lama, mereka baik dan solidaritas mereka kuat banget. Yang tadi itu Bang Jeff, dia udah tinggal kelas tiga kali, jadi dia paling disegani di sana karena emang paling tertua, Bang Jeff emang biang onar sih.

Aku gak pernah ikut mereka main atau nongkrong. Ke sana aja baru pertama kali dan itu bareng kakak. Kalau kakak gak percaya kakak bisa tanya sama mereka. Selain itu, mereka juga gak ngebolehin temen cewek mereka buat main ke tempat nongkrong mereka. Bandel-bandel kayak mereka juga, mereka baik. Gak sama itu sama anak MPK-OSIS yang sombong banget."

Mendengar pernyataan dari Arily membuat Devan menghela napas bersyukur, ia menepuk kepala sang kekasih dengan sayang. Tapi berhenti ketika ia mengingat sesuatu.

"Jangan bilang kalau yang nganterin kamu ke rumah Mita waktu kita putus itu Si Jeff?"

Arily terkekeh pelan lalu mengangguk.

Devan melotot. "Sayang?!"

"Kakak jangan salah paham dulu, Bang Jeff cuma nganter kok gak lebih."

Devan menatap kesal. "Ya tetap aja, kamu dianterin cowok!"

Arily terkekeh. "Yaudah, pulang?"

Devan mengangguk. Lalu keduanya berjalan ke arah motor Devan terparkir.

★★★


Revisi, 5 Februari 2023.
With, So Am I by Ava Max

Oh! BAD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang