Oh! BAD! -26

7.3K 613 3
                                    

"Lho Kak Devan? Pasti nyari Kak Arily ya?"

Devan yang baru saja turun dari motornya langsung saja dihampiri oleh seorang anak kecil. Devan melihat anak itu, bajunya basah kuyup dengan peralatan memandikan burung di tangannya.

"Iya Raf. Kamu habis mandiin burung ya?" tanya Devan basa basi.

Rafa mengangguk. "Dikasih sama Om Tio."

Ucapan bocah itu membuat Devan mengernyit bingung.

"Papa ada di rumah?" tanyanya. Kenapa ia tidak tahu kalau Ayah Arily ada di rumah? Perasaan baru saja pria itu pulang beberapa hari yang lalu, kenapa kembali begitu cepat?

Rafa mengangguk. "Om Tio baru aja sampe tadi sore."

Mendengar itu, Devan segera memasuki kediaman Arily, tetapi sebelum itu anak kecil itu melanjutkan ucapannya lagi. "Tapi Om Tio udah pergi lagi, cuma sebentar katanya cuma ngambil barang."

Langkah Devan terhenti, ia berbalik ke belakang menghampiri Rafa kembali. "Kak Arily-nya ada di rumah kan?"

Rafa menggeleng. "Tadi waktu pulang sekolah tadi Kak Arily dianterin cowok, gak lama Kak Arily pergi lagi setelah ganti baju."

Devan mengernyit. "Sama cowok itu perginya?"

Rafa menggeleng. "Sama Kak Mita, tapi wajah Kak Arily jutek banget, pas Rafa tanya mau kemana dia malah bilang bukan urusan Rafa, kan jadi kesel Rafa-nya."

Devan mengangguk-angguk paham, beruntung kekasihnya tidak pergi bersama pemuda tadi. Devan meraih dompet di celana abu-abunya itu lalu mengeluarkan beberapa permen.

"Maaf ya Kak Arily jutek sama kamu, ini permen. Ntar kalo ada apa-apa sama Kak Arily jangan lupa kabarin kakak ya, kamu masih nyimpen kontak kakak kan?" Devan memberikan permen itu kepada Rafa.

Bocah itu mengangguk lalu membuat gerakan hormat. "Siap laksanakan komandan!"

Devan terkekeh, setelah mengucapkan terimakasih kepada Rafa ia segera pergi mencari Arily ke toko buku yang merupakan tujuan awal mereka malam ini. Setelah sebelumnya menghubungi Arily tetapi kekasihnya itu tak kunjung mengangkatnya, Devan segera meluncur ke toko buku tujuan Arily.

Di tengah perjalanan, Devan tiba-tiba mengerem mendadak motornya ketika melihat sesuatu dari kejauhan yang sepertinya sebuah kecelakaan.

Dengan tergesa-gesa, Devan memarkirkan motornya sembarangan dan segera menghampiri kerumunan orang tersebut. Matanya melotot ketika melihat Mita dengan lengan yang berlumuran darah tengah dipapah ke pinggir jalan oleh warga.

"Astaga Mit, kok bisa gini?" Devan menghampiri Mita yang tengah menangis menahan sakit.

"Mas kenal mbaknya?" tanya seorang warga yang baru saja memapah Mita tadi.

Devan mengangguk. "Dia teman saya Pak."

Devan kembali mengalihkan atensinya kepada Mita. "Gue anterin ke rumah sakit Mit. A-Arily, cewek gue mana Mit?!"

Devan benar-benar cemas sekarang, jelas-jelas Rafa mengatakan kalau Arily pergi bersama Mita, itu artinya ... Ah! Rasanya ia ingin menangis saja sekarang saking cemasnya, jantungnya telah bertalu-talu sedari tadi saking takutnya dengan pemikiran yang ada di otaknya, ia bahkan tidak melihat kekasihnya itu sedari tadi.

Mita tidak bisa menjawab karena menahan sakit, membuat Devan benar-benar tidak bisa menahan pemikiran buruknya sedari tadi.

"Mas, pacarnya cewek yang sama mbak ini ya? Dia dibawa ke warung itu Mas, lukanya gak parah jadi diobatin di sana. Kalo Mas mau ngeliat mbak itu, biar saya aja yang nganterin mbak ini, kebetulan saya bawa mobil," ujar salah seorang bapak-bapak di sana.

Oh! BAD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang