Sebulan setelah peristiwa viral itu terjadi, semuanya kembali pada tempatnya. Seperti kasus viral biasanya, semuanya ada jangka waktu dan sepertinya sekarang sudah tidak ada yang membahas tentang SMA 01 Manuska lagi.
Kepala sekolah baru telah datang dua hari setelah Pak Septo ditangkap, kepala sekolah yang kali ini sangat tegas dan bijaksana. Membuat semua penghuni Manuska sekarang merasakan sejahtera.
Mengenai Pak Ali dan Buk Helmi, mereka tidak dimasukkan ke dalam hotel prodeo, hanya saja mereka dipecat secara tidak hormat. Itu cukup untuk membalas perbuatan mereka yang seenaknya.
Manuska benar-benar telah seperti biasa sekarang, mulai melupakan bahwa sekolah ini viral sebulan yang lalu.
"Kak, kakak kenal Rendito Ikhsan gak?"
Pertanyaan dari Arily benar-benar membuat Devan mengernyit. "Rendi?"
Arily menggeleng. "Gak, namanya Dito."
"Iya, Rendi. Namanya ada dua emang. Kenapa tanya Rendi?" tanya Devan.
Arily menggeleng. "Dia anak MPK?"
"Dia Bendahara MPK, emangnya kenapa sih?"
"Itu, anak kelas aku punya idola baru, Rendito Ikhsan, dia hebat bela diri." Puji Arily membuat Devan berdecih sinis.
"Dia emang atlet bela diri. Kamu suka juga sama dia?" tanya Devan menyelidik membuat Arily terkekeh.
"Gak lah, udah dapet paket sempurna kayak kakak masa mau nyari yang lain sih," ucapnya.
"Oh ya kak, Kak Rendi itu udah taken belum?" tanya Arily lagi.
"Arily, jangan coba-coba ya!" Peringat Devan, ingatnya pemuda itu bahwa Arily benar-benar tertarik pada rekan MPK-nya itu.
Arily berdecak. "Gak kak, anak kelas aku yang nanya. Aku mana berani, tau kok tabiat kakak," sindirnya membuat Devan menghela napas.
"Rendi udah tunangan." Jawaban singkat itu mampu membuat Arily menganga lebar tak percaya.
"Lah kakak kapan?" Hampir saja Devan tercekik makanan yang sedang ia nikmati, bukan itu jawaban yang dikira Devan akan keluar dari mulut kekasihnya itu, Devan kira Arily akan bertanya 'kok bisa?'
"Kamu mau tunangan?" tanya Devan membuat Arily terdiam. Sebenarnya ia ingin menikah tanpa pertunangan karena Arily tau pertunangan itu membutuhkan biaya.
Dengan tampang konyolnya Arily menggeleng dengan tertawa cengengesan membuat Devan menghela napas.
"Kirain mau, kalo mau 'kan bisa dibicarain sama orang tua kita," ucap Devan.
"Maunya nikah," ujar Arily membuat Devan menyentil kening kekasihnya itu.
"Masih sekolah udah ngomongin nikah, belajar dulu yang bener!"
"Yaudah, nikahnya Minggu aja, 'kan libur."
Devan tertawa mendengar ucapan ngawur Arily itu. "Yang kaya gini nih susah banget nyarinya, gak bakal dilepas deh."
"Yaiyalah, kalo dilepas di belakang banyak yang bakalan nangkep." Arily memutar bola mata malas membuat Devan terkekeh.
"Lagian gak ada niatan ngelepas juga sih, udah bucin banget ini," ujar Devan membuat keduanya terkekeh.
★★★
Devan menghela napas frustasi ketika Kapten Basket sekolah mendatanginya membawa masalah di ruang OSIS.
Bukan, bukan Aldi. Kapten Basket yang baru pengganti Aldi bernama Dimas, kelas sebelas, sebelumnya dia adalah anggota yang paling menonjol di Klub Basket, itulah sebabnya ia ditunjuk sebagai Kapten Basket menggantikan Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! BAD!
Novela Juvenil"Nih anak bikin masalah mulu, lama-lama gue rantai juga lo." "Rantainya di ranjang tapi." "Astagfirullah itu mulutnya ukhti!" "Sama kakak doang kok mulutnya begini." Bagaimana tidak naik darah jika mempunyai kekasih seajaib Arily? Tapi lebih ajai...