Oh! BAD! -6

13.9K 914 35
                                    

Semua orang menatap satu sama lain, beberapa dari mereka masih berwajah bantal dengan sesekali menguap. Mereka seperti orang bodoh yang dikumpulkan dalam satu ruangan padahal mereka semua adalah orang-orang berpangkat di sekolah.

Mereka semua berjumlah tujuh puluh lima orang, berkumpul di ruangan yang sangat besar tempat biasa mereka bekerja. Apalagi kalau bukan ruang OSIS.

Para anggota gabungan OSIS dan MPK berkumpul pagi-pagi sekali di hari Minggu memenuhi panggilan dari atasan mereka yang meminta semuanya untuk berkumpul. Bisa dilihat bahkan banyak di antara mereka yang masih memakai baju tidur, semua pria di sana bahkan serempak memakai Hoodie dengan celana pendek. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang membawa kain sarung.

"Lo ngapain Bay? Mau ngeronda?" Adinda, yang merupakan Sekretaris MPK menertawakan Bayu yang memakai sarung.

"Lah Lo sendiri ngapain? Mau nge-reog?" Bayu terkekeh melihat wajah Adinda yang bahkan masih memakai masker wajah.

"Kita ngapain di sini sih?"

"Gatau, bagi sembako mungkin."

"Ekhem!"

Suara riuh dari hampir seratus orang di sana mendadak berhenti ketika suara deheman dari orang yang berada di depan mereka.

"Emmm semuanya, kalian pasti bertanya-tanya kenapa kita ngumpulin kalian pagi-pagi kayak gini ke sekolah." Dara memulai bicara.

"Emangnya kenapa sih Dar? Semalem gue habis begadang eh paginya malah disuruh ngumpul. Gabisa sorean apa?"

Semua orang mengiyakan ucapan pemuda yang baru saja berbicara.

"Sebenarnya saya juga gak tau pasti kenapa kita tiba-tiba disuruh ngumpul. Karena itu Devan bakal jelasin," jelas Dara mempersilahkan Devan berbicara.

Mungkin Devan bisa saja berbicara lebih dahulu tadi, tapi itulah adab. Apapun acaranya, harus dari pihak OSIS yang berbicara terlebih dahulu sebagai bentuk rasa hormat kepada atasan mereka, pihak MPK.

Sebelum memulai pembicaraan, Devan terlebih dahulu memerintahkan Rere untuk membagikan sebuah kertas yang berisi topik yang akan mereka bicarakan kepada tiap-tiap orang. Semua orang tampak membacanya dengan saksama mempelajari apa yang ada di dalam kertas tersebut.

"Ini udah gue usulin dari dulu Van, kenapa baru pas ada kasusnya Arily baru dibuat kayak gini?" Chandra, seorang anggota MPK menatap Devan sedikit sinis.

"Kalo gue sih setuju sama ini, setuju banget malah. Bener kata Chandra, harusnya dari dulu aja kita buat ini," ucap Melanie, salah satu anggota MPK juga.

"Kalo perlu kita bakar ban!" teriak yang lain.

"Eh jangan anarkis!"

Keadaan yang semula tentram tiba-tiba berisik ketika beberapa orang menyampaikan pendapat mereka. Hingga Zaki mengetuk meja yang membuat perhatian semua orang kembali pada meja inti MPK.

"Bisa minta perhatiannya sebentar rekan-rekan? Saya akan menjelaskan detailnya," ucap Zaki.

Setelah dirasa semuanya tenang, Zaki berdiri. "Sebelumnya saya mau berterimakasih atas kehadiran dari rekan-rekan semua, kenapa kami meminta rekan-rekan untuk datang di pagi hari? Karena ini merupakan pemberontakan, guru akan tahu jika kita melakukannya di siang atau sore hari.

Seperti yang tertulis di kertas rekan-rekan, kita akan melakukan tindakan yang lebih serius terhadap apa yang terjadi di sekolah kita ini selama beberapa tahun belakangan.

Dan untuk pertanyaan dari rekan Chandra, kenapa ini tidak dilakukan dari dulu. Karena kita, MPK bekerja sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh OSIS. Selama ini OSIS tidak pernah mengajukan hal ini dan saya telah mengkonfirmasi-nya dengan Dara juga Gabriel bahwa memang tidak ada yang siswa yang melaporkan hal ini kepada OSIS.

Oh! BAD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang