Suasana di dalam ruang kepengurusan MPK-OSIS itu benar-benar sangat menegangkan. Terlihat jelas bahwa ada aura kelam yang menguar dari Ketua Umum MPK yang berdiri di depan sana.
Bisik-bisik mulai terdengar dan hampir dari semua orang di sana menebak bahwa ini pasti ada hubungannya dengan pertengkaran yang terjadi antara Adinda dan Vina pada jam istirahat pertama tadi.
Devan berdehem. "Semuanya udah dateng?"
Semua orang mulai melihat satu sama lain, mengabsen orang-orang yang mereka kenal. Lalu salah satu dari mereka mengangguk. "Semuanya udah di sini, Van."
Devan mengangguk.
"Gue gak mau basa basi, kalian dikumpulin di sini karena masalah Dinda sama Vina tadi."
Semua orang terdiam mendengar Devan berbicara, sedikit takut sebenarnya karena mereka semua sudah sangat paham bagaimana tabiat Ketua Umum MPK Manuska itu ketika marah. Mereka ingat sekali tahun lalu ketika seorang pemuda hampir saja menyakiti Arily, Devan waktu itu benar-benar kalut. Bahkan menggemparkan satu sekolah karena Ketua Umum MPK yang terkenal sangat ramah itu bisa membuat seorang siswa babak belur.
Meskipun berakhir damai, mereka semua tidak akan pernah melupakan kejadian tersebut. Itu adalah kali pertama dan terakhirnya semua orang melihat sisi lain dari si ramah Devan.
"Gue benar-benar gak nyangka kalau kejadian dua tahun lalu terjadi lagi di masa kepemimpinan gue. Gue yang susah payah supaya kedua organisasi selalu damai, malah anggota gue sendiri yang ngehancurin usaha gue."
Devan menatap tajam ke arah anggota MPK di sana.
"Kalian semua, gue ngasih kalian kesempatan untuk menjadi bagian dari MPK agar kalian semua bertanggung jawab, ngerti apa itu MPK dan apa tugas dari MPK itu sendiri. Bukan sok-sok berkuasa ngerasa diri paling tinggi dari orang lain.
Kalian ngerasa sombong karena make almamater dongker itu? Belum jadi inti, tapi sikap kalian udah kayak gini."
Semua orang benar-benar terdiam ketika Devan memarahi seluruh anggotanya. Sebagai siswa dengan jabatan tertinggi di sekolah, jujur saja Devan merasa malu kepada Inti OSIS karena kelakuan anggotanya yang kurang wawasan ini.
"Sekarang gue tanya sama kalian semua, bener Dinda biang dari semua ini?"
Semua anggota MPK menunduk, mereka tidak berani menjawab. Entah karena takut memberi jawaban atau takut melihat amarah dari Devan.
"JAWAB! KALIAN BUDEK HAH?!" Semuanya terkejut ketika Devan berteriak.
"Eh yang lagi berdiri di depan kalian ini atasan kalian lho, jangan kira kita gak bisa ngeluarin kalian dari keanggotaan MPK tanpa persetujuan pembina. MPK gak kayak OSIS, kita bekerja sendiri dan Devan punya hak penuh untuk memberhentikan kalian," ujar Rendi.
"Iya Van, Dinda awal semua masalah ini," ujar salah satu anggota MPK laki-laki di sana.
"Eh Lang, Lo jangan sembarangan ngasih jawaban dong!" Dinda baru saja ingin berdiri protes sebelum ia ditarik duduk oleh Zaki.
"Lo diam aja Din, gue gak lagi bicara sama Lo," ujar Devan.
"Lo gak bisa ngelak Din, kita semua tau kalo Lo yang paling sok berkuasa di sini. Lo sama temen-temen Lo itu bukan cuma bikin anggota MPK yang lain muak, tapi OSIS juga ngerasa hal yang sama. Bertindak kayak pahlawan, ngerjain tugas OSIS, terus kalo OSIS kerja gak becus malah dimarahin, padahal kalian yang bikin OSIS kerjanya gak becus," ujar pemuda itu kembali.
Devan menghela napas menahan amarah. "Sekarang, gue minta seluruh anggota MPK dan OSIS yang terlibat sama Adinda angkat tangan dengan suka rela."
Awalnya mereka hanya diam, lama-lama membuat Zaki yang sedari tadi diam kesal juga dibuatnya. "Kalian ini manusia bukan sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! BAD!
Teen Fiction"Nih anak bikin masalah mulu, lama-lama gue rantai juga lo." "Rantainya di ranjang tapi." "Astagfirullah itu mulutnya ukhti!" "Sama kakak doang kok mulutnya begini." Bagaimana tidak naik darah jika mempunyai kekasih seajaib Arily? Tapi lebih ajai...