"Ta, Arily bilang almet gue ada sama Lo."
Mita yang sedang beristirahat di sebuah ruangan yang ditunjukkan oleh Arily membuka matanya tiba-tiba ketika mendengar suara yang sangat ia kenal itu.
Tanpa melihat Zaki, gadis itu mengambilkan almamater milik Zaki yang tadi ia simpan di dalam tasnya.
Zaki menerima almamater dongkernya itu sembari tersenyum. Ia tak langsung pergi, tapi memilih duduk di sebelah Mita membuat suasana sangat canggung.
"Apa kabar Ta?" Zaki memulai obrolan.
"Baik kok kak," jawab gadis itu seadanya.
"Ke sini diajak sama Arily?" Pertanyaan Zaki hanya dibalas anggukan oleh Mita.
Zaki mengulum senyum. "Gimana Manuska?"
"Bagus kok kak, fasilitasnya lengkap."
"Gak ada niatan pindah ke sini?"
Mita menggigit pipi dalamnya, sepertinya Zaki benar-benar berniat memperdalam topik obrolan mereka. Sebelum semuanya berlarut-larut, Mita segera bangkit, mengambil tasnya berencana untuk pergi dari sana sebelum Zaki mencekal pergelangan tangannya.
Keduanya saling tatap. "Bisa jangan ngehindar lagi? Kita perlu bicara."
★★★
Arily menghampiri Devan yang tengah berkumpul bersama anggota band-nya yang lain di ruang istirahat yang telah disediakan.
Devan tersenyum melihat kekasihnya itu mendekat, meraih minumannya dan segera bangkit.
"Rob, Va, Yad, Lan, gue pergi dulu ya." Pamitnya.
"Lho, acaranya belum kelar Van," ucap Anva.
"Gue mau mojok, lagian jadwal gue kerja cuma pagi doang pas persiapan tadi, sisanya dihandle sama Zaki," jawabnya membuat keempat pemuda itu hanya ber-oh ria.
Setelah dirasa tidak ada yang akan diobrolkan lagi, Devan segera menggenggam tangan Arily membawanya pergi dari sana.
"Kita mau kemana Kak? Kakak masih capek lho," ucap Arily, gadis itu memilih menghapus keringat yang berada di dahi Devan.
Devan terkekeh. "Emang yang ngajakin kamu pergi jauh siapa? Kita cuma mau mojok di ruang OSIS."
Arily menghembuskan napas kesal mendengar ucapan Devan. "Emang susah pacaran sama orang gak peka."
Devan tertawa, ia mengelus kening Arily pelan.
"Kalau kakak peka ntar kamu salting," ujarnya.
Arily hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan dari Devan.
Keduanya memasuki ruangan OSIS dan menemukan Gabriel dan Meka yang tengah mojok duluan, Devan hanya menggelengkan kepalanya lalu menarik Arily ke ruangan Ketua Umum MPK.
Seperti anak muda yang tengah kasmaran kebanyakan, Devan meletakkan kepalanya di paha Arily, sedangkan Arily memilih memainkan ponselnya seraya tangan sebelahnya mengusap surai hitam sang kekasih.
Keduanya larut dalam kegiatan masing-masing diselingi obrolan-obrolan ringan yang sebenarnya tidak bermutu. Memperdebatkan beberapa hal yang tidak penting sama sekali.
Arily menghentikan usapan tangannya pada surai Devan ketika membaca pesan yang baru saja dikirimkan oleh Mita, sahabatnya itu mengatakan bahwa ia pulang terlebih dahulu karena lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! BAD!
Teen Fiction"Nih anak bikin masalah mulu, lama-lama gue rantai juga lo." "Rantainya di ranjang tapi." "Astagfirullah itu mulutnya ukhti!" "Sama kakak doang kok mulutnya begini." Bagaimana tidak naik darah jika mempunyai kekasih seajaib Arily? Tapi lebih ajai...