5 Juni 2030, 12.00 GMT+8
Lanud ANB, Tarakan
72 Jam sejak Shotdown
Deru mesin turbofan LEAP-1C yang mentenagai Boeing E-7ID bernomor ekor AE-7326 itu mendorongnya mencapai kecepatan 150 knot dan pesawat itupun airborne. Sebagaimana misi yang sudah diberikan, AE-7326 yang memiliki callsign Camar-26 terbang beberapa jam lebih awal, untuk mendapatkan gambaran data lapangan terakhir, sekaligus membuka channel komunikasi dengan tiga negara lainnya.
Sejak pesawat ini pertama kali dioperasikan lebih dari setahun yang lalu, inilah kali pertama sistem komunikasi pesawat ini diintegrasikan untuk beroperasi dengan sistem komunikasi militer negara lain. Sekaligus, pesawat yang dikomandani Kolonel Penerbang Arif Yuwono ini yang akan perdana menjalani peran sebagai pemandu operasi multinasional.
Camar-26 akan terbang berputar sekira 50 kilometer di selatan area perbatasan Indonesia dan Malaysia di Sabah. Daya jangkau radar dan segala perlengkapan elektroniknya yang bisa menyapu area hingga 500 kilometer, membuatnya tidak perlu berada terlalu dekat dengan zona bahaya, dimana potensi rudal darat ke udara maupun rudal dari pesawat tempur masih sangat tinggi.
Lagipula, beberapa saat sebelum keberangkatan mereka, Firefly-Six-pun sudah diberangkatkan kembali menggantikan posisi sebagai patroli paling depan di lapangan.
Komunikasi dengan Flyboy sejak kemarin benar-benar terputus, namun sensor elektronik dari Firefly masih mengidentifikasi titik biru itu. Namun yang sulit untuk dikonfirmasi adalah keberadaan sebuah sosok manusia yang tidak tertandai biru ataupun merah, yang selalu dekat dengan posisi Flyboy. Dan beberapa orang di TOC juga masih ragu-ragu untuk menandai tanda-tanda ada dua manusia lainnya pada jarak sekitar dua kilometer dari posisi Flyboy. Anehnya dua manusia ini tidak bergerak sama sekali.
Hal ini menjadikan TOC lebih waspada untuk mengirimkan tim penyelamat lagi ke lokasi. Namun informasi dari panglima tertinggi mereka, Presiden Republik Indonesia, bahwa tiga negara tetangga mereka akan melakukan operasi bersama untuk menggempur posisi terakhir musuh yang sudah diketahui itu, menjadi pertimbangan bagi TOC untuk melaksanakan operasi penyelamatan lagi pada saat yang bersamaan.
Hudaya, operator satelit dari Lapan yang diperbantukan di Camar-26, duduk terikat harness di kursi station-nya, tangan dan matanya berkoordinasi dengan baik untuk mengolah berbagai informasi dan perintah pada layar monitornya.
Ia sudah kembali terhubung dengan sistem satelit Sekara, dan tugas berikutnya, bekerja sama dengan operator komunikasi, adalah menyebarkan citra video, baik satelit maupun hasil dari UAV kepada anggota koalisi mereka, tetapi cukup bagian yang kita mau berikan.
Dan satu-satunya daerah yang mereka share akses video-nya kepada para anggota koalisi, adalah sebuah lokasi yang mereka curigai merupakan pos terakhir pasukan tak dikenal itu, tidak lebih dari dua kilometer saja dari posisi Flyboy dan Extraction point mereka.
"Kalau memang kita sudah tahu posisi camp mereka, kenapa tidak kita hajar dengan UAV saja sih?", tanya Hudaya kepada operator lainnya yang merupakan anggota TNI-AU.
"Pertama, sayang Bang. Rudal 150.000 dollar sebijinya. Dua, biar tetangga kita adem lah, punya mainan bersama"
"Gak ngerti deh apa yang dimau orang-orang diatas sana", Hudaya menggeleng-geleng setelah mendengar jawaban dari operator terdekatnya tadi.
Sebuah indikator menyala di konsol milik Hudaya, lantas dengan trackball-nya, ia memeriksa statusnya lalu meng-input beberapa baris perintah lagi kedalam sistem-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Tanah Air 2 - Dibalik Konflik...
ActionKonflik terjadi antara dua negara tetangga. Dan Indonesia harus menyiagakan pasukan militernya untuk mengamankan wilayah perbatasan, baik di daratan maupun batas laut. Ketika hampir seluruh prajurit terbaik bangsa ini bertugas, satu musibah terjadi...