4 Juni 2030, 13.00 WIB GMT+7
Jalan Senen Raya, depan RSPAD Gatot Subroto
48 Jam sejak Shotdown
Panser Anoa dari Yonifmek 201 kini tidak sendiri berjaga di jalan akses depan RSPAD Gatot Subroto, setelah semalam mendapat bantuan dari Kavaleri Marinir yang berasal dari Makormar Kwitang. Belasan tentara baik dari TNI-AD maupun Marinir TNI-AL sudah bergabung dan berjaga bersama untuk ruas jalan yang sejak kemarin sore ditutup untuk umum itu.
Hanya sepertiga dari jumlah personil yang sedang bersiaga saat itu. Sisanya memang bergantian untuk istirahat. Terlebih sejak kemarin sore mereka sudah berkedudukan disitu.
"Siapa disitu? HOI! BERHENTI!", salah satu prajurit tiba-tiba berteriak.
Letda Arifin yang sedang bersantai dibalik panser Anoa-nya, melongokkan kepala untuk melihat kejadian apa yang membuat salah satu personil itu berteriak.
Letda Arifin melihat sendiri, ketika empat orang berpakaian preman, dengan topi dan syal yang menutupi wajah, pada jarak 50-an meter dan terus bergerak mendekati posisi para tentara yang sedang berjaga itu.
"BERHENTI! ATAU SAYA TEMBAK!", ujar si prajurit yang sedang berjaga tadi kepada orang-orang yang mendekati posisinya.
"NDan!", panggil si prajurit tadi. Letda Arifin beserta seorang Lettu dari Marinir mendekati posisi si prajurit itu, dan melihat tidak ada gerakan dari mereka yang mengindikasikan mereka akan berhenti.
"tembakan peringatan ke udara", perintah Letda Arifin.
DOR!
Satu tembakan peringatan dikeluarkan, namun orang-orang tadi tidak terlihat akan menghentikan langkah mereka.
"Semua personil waspada", Letda Arifin berbicara melalui radio komunikasi antar anggota tim.
"Tembakan peringatan kedua", ujar Letda Arifin lagi, dan sekali lagi, prajurit tadi menembak ke udara.
Masih tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan berhenti bergerak.
"Tembakan peringatan ke tanah", perintah Letda Arifin lagi, dan kini si prajurit itu butuh waktu agak lama untuk membidik, sebelum akhirnya menembak ke tanah.
Dan tiba-tiba, keempat orang yang bergerak mendekat itu mengeluarkan sesuatu dari tas yang mereka bawa. Letda Arifin melihat tangan mereka mendekat lalu membuat gerakan menarik, lantas tangan kanan mereka terayun ke-belakang, dan
"GRANAT! hentikan mereka!", teriak Letda Arifin, seraya mengarahkan SS2-V5-nya dan mulai menembak.
Empat buah granat sudah dilemparkan, dan para tentara memilih untuk menghindar dulu. Beruntung mungkin karena para pelemparnya bukan orang-orang yang terlatih, empat buah granat itu jatuh dengan tersebar pada jarak yang berbeda-beda. Hanya satu granat yang bisa mendekati posisi barikade panser.
Setelah granat-granat itu mereka lemparkan, ternyata masing-masing mereka mengeluarkan satu buah benda lagi, sepucuk pistol mitraliur setara SMG MP5, dan mereka berempat mulai menghamburkan isi peluru 9mm dari laras mitraliur mereka.
Keempat granat itu meledak di tempat jatuhnya masing-masing, tanpa menimbulkan kerusakan yang besar, terlebih terhadap body panser disana. Dan setelah itu, para tentara langsung membalas tembakan terarah kepada keempat orang tadi dengan tembakan-tembakan non-lethal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Tanah Air 2 - Dibalik Konflik...
AkcjaKonflik terjadi antara dua negara tetangga. Dan Indonesia harus menyiagakan pasukan militernya untuk mengamankan wilayah perbatasan, baik di daratan maupun batas laut. Ketika hampir seluruh prajurit terbaik bangsa ini bertugas, satu musibah terjadi...