OPERASI - part 1

420 29 4
                                    

5 Juni 2030, 10.00 GMT+8

Bintulu, Serawak, Malaysia

70 Jam sejak Shotdown

Nama Bintulu memang tidak terlalu populer dibanding kota-kota lain di Malaysia, terlebih yang terletak di Malaya. Mungkin begitulah nasib kota-kota yang terletak di kawasan Sabah maupun Serawak, kecuali sejumlah kota yang terkenal sebagai destinasi wisata.

Padahal, sebuah kota dengan mayoritas penduduk beretnis Tionghoa ini sehari-harinya merupakan kota industri Migas dengan sebuah LNG Plant beroperasi di kota ini sejak awal tahun 1970-an. Selain itu, sejumlah pembangkit listrik skala besar juga terdapat di Bintulu ini, sehingga kota ini pernah dikenal sebagai 'Kota Energi Serawak'. Namun sebagai kota pesisir, kehidupan nelayan masih terlihat di kota ini.

Dan sesuai doktrin pertahanan Malaysia, setiap kota-kota strategis dipersiapkan untuk menjadi pangkalan militer terdepan apabila terjadi konflik di tanah Malaysia. Dan efek dari jatuhnya Lahad Datu, serta lumpuhnya pangkalan RMAF Labuan, serta Sabah yang hampir setengahnya menjadi daerah konflik, maka fungsi Bintulu sebagai pangkalan udara terdepan-pun segera diaktifkan.


Salah satu satuan tempur elite yang berada di Bintulu saat ini adalah 10 Briged Para, satuan tempur yang sejatinya merupakan pasukan lintas udara dan mobilitas udara. Satu kompi dari satuan setingkat brigade ini sudah ditempatkan di Bintulu ini selama 20 hari. Sisa pasukan mereka masih disiagakan di garrison mereka di Malaka.

Pada awalnya mereka ditugaskan sebagai satuan pemukul untuk menghambat pergerakan pasukan penyerang. Namun baru satu hari penempatan tugas mereka, pasukan mereka dibombardir habis-habisan oleh pasukan musuh. Bahkan camp yang belum selesai mereka dirikan, hancur luluh dihajar mortir kaliber besar, dan memberikan korban jiwa yang tidak sedikit.


Husin, seorang berpangkat Sarjan (setara Sersan Satu), semestinya hanyalah seorang Non-Commissioned Officer alias bintara pimpinan di regu 4, satu diantara 4 regu di Kompi A, Batalyon 3, 10 Briged Para

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Husin, seorang berpangkat Sarjan (setara Sersan Satu), semestinya hanyalah seorang Non-Commissioned Officer alias bintara pimpinan di regu 4, satu diantara 4 regu di Kompi A, Batalyon 3, 10 Briged Para. Permasalahannya, Leftenan Muda (setara Letnan Dua) Ikhsan, komandan Kompi A terluka parah dua pekan sebelumnya, salah satu dari puluhan korban serangan mortir. Dan sejak itu, pimpinan TDM bahkan tidak terpikir sekalipun untuk menempatkan perwira lain untuk menggantikan posisi Leftenan Ikhsan.

Tentunya dua pekan seorang bintara memimpin pasukan, terlebih dalam situasi moril yang sangat rendah, membuat kepercayaan diri dari jajaran komando, bahkan pasukan itu sendiri, ada di titik terendahnya.

Sarjan Husin bahkan terpikir bahwa pasukannya sudah bersedia tetap di garis depan seperti inipun, sudah dibilang prestasi membanggakan.

Sejak dua pekan yang lalu itu, Kompi A sudah beberapa kali mendapat penugasan ke garis depan lagi, namun alih-alih sebagai front-line combatant seperti seharusnya unit ini bertindak, penugasan mereka lebih banyak untuk keperluan pengamanan perbatasan.

Sayap Tanah Air 2 - Dibalik Konflik...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang