4 Juni 2030, Menjelang Fajar
Diatas langit Kalimantan
38 Jam sejak Shotdown
Pesawat Komando Udara AE-7326, salah satu pesawat Intai Elektronik, Peringatan Dini, dan Komando Udara, atau dalam terminologi internasional dikenal dengan istilah Airborne Early Warning and Control (AEWC) aircraft. Pesawat ini dimasukkan dalam satuan Skadron Udara 5 (Intai) yang berlokasi di Lanud Hasanuddin, Makassar.
Di dunia, pesawat ini diberi kode E-7, pesawat yang menggunakan basis pesawat angkut komersil legendaris Boeing 737, karena itulah, walau memiliki designasi yang berbeda, tetapi di TNI-AU, registrasinya tetap menggunakan kode angka 73xx, mewakili varian B737 yang sudah digunakan sejak tahun-tahun sebelumnya.
Di Skadron Udara 5, pesawat ini menggantikan fungsi pesawat intai maritim klasik yang sebelumnya sudah digunakan hampir 40 tahun ketika dipensiunkan total pada tahun 2024, sedangkan penggantinya mulai berdatangan pada tahun 2023, dan 7326 adalah unit terakhir yang datang pada tahun 2024, walaupun pada kenyataannya secara efektif pesawat ini baru dinyatakan layak operasi pada tahun 2026, dengan alasan pemerintah pada saat itu bahwa pesawat mengalami 'system integration flaw'.
Secara umum, unit ini juga sangat mirip dengan E-7 yang dioperasikan oleh Australia (E-7A), Korea Selatan (E-7K), dan Turki (E-7T). Dan juga 6 unit E-7ID yang digunakan Indonesia memiliki suite elektronik yang hampir identik satu-sama-lainnya. Hanya satu yang jarang diketahui dari informasi publik, apabila 5 pesawat yang lain dioperasikan oleh 8 orang crew, 7326 memiliki tambahan kursi untuk 1 orang crew lagi, yaitu Satellite Operator.
AE-7326 satu-satunya pesawat yang memiliki kemampuan direct link dengan Satelit Militer Indonesia. Jadi selain berfungsi utama sebagai salah satu asset pengintaian TNI, 7326 juga memiliki akses ke Ground Control Station (GCS) milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Itulah kenapa ada crew ke-9 didalam pesawat 7326, walaupun sejatinya ia bukanlah prajurit TNI-AU. Namanya adalah Hudaya, Operator Satelit terbaik dari Lapan. Sehari-hari ia berkantor di Parepare, salah satu dari lima lokasi GCS Lapan di Indonesia.
Bagi Hudaya, ini bukanlah penerbangannya bersama 7326 yang pertama kalinya, namun inilah untuk pertama kalinya ia akan bekerja diatas 7326 dan mengoperasikan satelit dari dalam pesawat. Sebelum berangkat dari Makassar, ia menerima amplop berisi otorisasi tugasnya untuk menjadi operator satelit dan menggunakannya dibawah Komando Operasi Udara TNI AU hari ini.
Tugasnya hari ini adalah mengintegrasikan satelit pertahanan Indonesia, yang sebelumnya difungsikan untuk mengamati pergerakan militer negara-negara tetangga, kini satelit ini akan dimanfaatkan untuk mencari hanya satu orang. Agar satelit bisa mendapatkan data yang lebih akurat, orbit satelit harus dipindahkan dari orbit selatan ke orbit utara. Orbit selatan adalah garis imajiner lokasi satelit yang berada diatas garis 8 derajat Lintang Selatan, yang biasanya diposisikan di sebelah utara Lombok dan satelit akan terus bergerak mengikuti putaran bumi untuk mempertahankan posisinya. Apabila satelit dipindahkan ke orbit utara, ia akan menempati posisi 3 derajat Lintang Utara atau berada diatas Laut Sulawesi.
Setelah satelit berada diatas lokasi barunya, Hudaya harus melakukan setting dan kalibrasi kembali tentang akurasi sistem Global Positioning System (GPS) dan Precision Positioning System (PPS) yang tertanam di satelit itu.
Global Positioning System (GPS) dan Precision Positioning System (PPS) menganut cara kerja yang hampir sama, namun memiliki tingkat akurasi penentuan lokasi yang lebih tinggi. Apabila GPS secara umum memiliki tingkat deviasi posisi sekitar 25-200 meter, akurasi PPS mendekati 1-10 meter.
Setelah sistem navigasi-nya selesai, dengan otorisasi yang dilakukan seorang perwira TNI, seluruh asset TNI baik di darat, laut, maupun udara, bisa terhubung secara jaringan. Perlengkapan ketiga matra itu akan memiliki informasi yang sama. Contohnya, apabila sebuah pesawat tempur TNI-AU melihat posisi kapal perang musuh, koordinat posisi kapal musuh itu akan dapat dilihat juga oleh kapal perang TNI-AL terdekat untuk ditindak lanjuti. Atau misal sekelompok pasukan Raider TNI-AD menandai suatu posisi musuh dan meminta dilakukan airstrike, penerbang TNI-AU akan melihat posisi sasarannya dan dapat menembakkan missile atau bom ke sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Tanah Air 2 - Dibalik Konflik...
ActionKonflik terjadi antara dua negara tetangga. Dan Indonesia harus menyiagakan pasukan militernya untuk mengamankan wilayah perbatasan, baik di daratan maupun batas laut. Ketika hampir seluruh prajurit terbaik bangsa ini bertugas, satu musibah terjadi...