RSUP dr Cipto Mangunkusumo
Pada saat bersamaan
"PANGGILAN KEPADA SELURUH DOKTER JAGA, SEKALI LAGI PANGGILAN KEPADA SELURUH DOKTER JAGA, AGAR MENUJU INSTALASI GAWAT DARURAT"
Panggilan yang disampaikan melalui pengeras suara rumah sakit itu serta merta membangunkan Shinta yang sedang beristirahat di ruang istirahat dokter itu. Rasanya baru beberapa menit ia memejamkan mata setelah sesiangan hari ini sibuk dengan perannya sebagai dokter nomor dua di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit rujukan nasional itu.
Selain itu, menjadi salah satu pembimbing untuk para calon-calon dokter yang sedang melaksanakan kegiatan koas disana, dan juga sebagai dokter pendamping di stase bedah. Tentunya cukup menguras fisiknya selama sehari penuh.
Ditambah lagi, akibat berita yang diterimanya semalam, Shinta benar-benar kekurangan waktu istirahat malamnya. Bila tidak menyadari kewajibannya sebagai seorang dokter hari ini, ingin rasanya Shinta meluangkan lebih banyak waktu untuk dapat mencari berita lebih banyak tentang keberadaan Rama setelah peristiwa kemarin sore.
Dan bahkan, saat ini sudah lebih dari 24 jam sejak kejadian, pihak TNI-AU bahkan belum memberinya kabar apapun. Ucapan Panglima TNI tadi pagi bahwa keluarga sudah dikabari, kenyataannya secara resmi tidak pernah terjadi. Andai tidak mempunyai informan dalam seperti Lettu Jenny dan Lettu Wahyu, mungkin saat ini keluarga Rama-pun masih bertanya-tanya soal identitas pilot yang ditembak jatuh itu.
Panggilan melalui pengeras suara RS itu menjadikan tiba-tiba hampir seluruh dokter dan perawat yang sedang lepas tugas, berduyun-duyun bergerak menuju IGD. Termasuk Shinta diantaranya, setelah mengganti pakaiannya dengan baju scrub hijau muda, dan dilapisi Snelli lengan pendeknya.
"Selamat Sore, Saudara-saudara semua", dokter Hidayat, kepala IGD RSCM membuka briefing sore itu, "Kita dikabari pihak Kepolisian, baru saja terjadi tindak, kemungkinan terorisme, terjadi ledakan di Stasiun Manggarai, dimana saat itu stasiun dipadati orang-orang yang sedang pulang kerja. Kerusakan cukup parah, dan diperkirakan belasan orang tewas, ratusan lainnya terluka berat dan ringan", ucap Dokter Hidayat, Kepala Unit IGD RSCM.
Lenguhan keterkejutan terdengar dari hampir semua orang yang mengikuti taklimat darurat ini.
"Sebagai Rumah Sakit utama di Jakarta, bisa dipastikan sebagian besar korban akan dibawa ke Rumah sakit ini, jadi saya harapkan kerjasama dari saudara-saudara semua dalam peristiwa ini. Kalian semua siap?"
"SIAP!!!", jawab para hadirin disitu serempak.
"Dokter Yuni, Dokter Rizal, Dokter Evi, kalian dari Spesialis Bedah, kalian bertanggung jawab untuk pasien di triase merah, posisi kalian di unit resusitasi, dan tiga buah OK (Kamar Operasi) standby untuk kalian, bentuk tim kalian. Sesuai prosedur, penanganan pertama dilakukan di IGD, bila ada yang perlu rujukan langsung ke OK, langsung geser ke OK yang kosong"
"Para Dokter Muda, sekarang bukan saatnya bersikap sebagai Koas lagi, persiapkan diri kalian sebagai seorang dokter sungguhan, segala penilaian kalian atas kondisi pasien menentukan hidup mati pasien. Kalian bersama saya dan Dokter Subali akan bertanggung jawab untuk triase kuning. Kita akan bekerja sama di unit tindakan, dan kami akan mengawasi aktifitas kalian di IGD juga."
"Terakhir, Dokter Shinta dan Perawat Ana, kalian jaga di pintu IGD, lakukan quick assessment terhadap pasien yang berdatangan, kalian yang tentukan triase pasien yang masuk. Hidup mati pasien ditangan kalian. Kalau memang ada yang sangat parah dan menurut kalian tidak bisa diselamatkan lagi, jangan ragu untuk masuk jalur hitam, pisahkan dari IGD. Bila kalian keteteran, panggil dokter atau bidan lain untuk backup kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Tanah Air 2 - Dibalik Konflik...
ActionKonflik terjadi antara dua negara tetangga. Dan Indonesia harus menyiagakan pasukan militernya untuk mengamankan wilayah perbatasan, baik di daratan maupun batas laut. Ketika hampir seluruh prajurit terbaik bangsa ini bertugas, satu musibah terjadi...