Winda membanting pensil kayunya keatas meja. Diatas mejanya terdapat setumpuk printout gambar teknik pada kertas berukuran A2, memenuhi wilayah meja kerjanya yang hanya berukuran setengah biro saja. Ia menunduk sambil menggunakan kedua tangannya memegangi kedua sisi kepalanya.
"Win, kenapa Kamu?", tegur seseorang dari balik pembatas cubicle kerjanya.
"Pusing, Mas Har", jawab Winda sekenanya, "gambar desain prototype ini kan belum kukuasai sepenuhnya. Mas Har juga kan semestinya yang lebih paham. Kenapa Prof. Samsi nurunin ini ke aku sih?"
Orang yang dipanggil Mas Har, yang hanya terdengar suaranya dibalik pembatas cubicles tertawa terkikik, "Aku udah tua, Win. Percuma Prof. Samsi ngajarin aku, ga lama lagi aku pensiun. Ya paling pas dikasih ke Kamu lah, jadi kamu masih bisa ngawal project ini 3-4 tahun kedepan. Walau aku sebenarnya heran. Ini sudah tahun 2030, semua sudah digital, kok Kamu malah masih oret-oret pakai kertas dan potlot begitu"
"Yeee, enakan coret-coret pakai kertas kali, Mas! Dan soal pernyataan pertama, Aku kan perempuan, Mas", protes Winda, "kalau misal tiba-tiba aku dilamar dan suamiku bilang nggak ngizinin aku lanjut kerja begini, gimana?"
Terdengar dengusan dari lawan bicaranya, "Win... satu... sampai satu-dua tahun kedepan, alasanmu tidak akan terwujud. Gak mungkin Kamu menikah sebelum Abangmu, kan? Dan kedua, gimana mungkin kamu ngomong menikah, tiap ada cowok ngedeketin kamu aja langsung ditolak mentah-mentah. Apa jangan-jangan..."
DRRRRRRRRTTTTTTT.... DRRRRRRRRRRTTTTTTTT...
"Bentar Mas!", potong Winda ketika merasakan smartphone-nya bergetar.
"Assalamu 'alaikum, Mas", ucapnya kepada lawan bicara di teleponnya
"Waalaikum salam. Dik Winda. Cuma mengabarkan aja, Mas Rama sudah ditemukan keberadaannya"
"Alhamdulillah!!!", seru Winda girang, "jadi Mas Rama sudah kembali ke Indonesia, Mas?"
"Belum. Semalam sudah dilakukan usaha penyelamatan, tetapi masih ada gangguan dari pasukan tak dikenal, sehingga operasi akhirnya dibatalkan. Tapi hari ini, usaha penyelamatan akan dilaksanakan kembali. Semoga operasi penyelamatan bisa terlaksana dengan baik"
"Oh", ucap Winda agak kecewa, ia sungguh berharap berita bahwa kakak kandungnya sudah ditemukan dan sudah kembali ke Indonesia dalam keadaan selamat. Namun dari kabar barusan, setidaknya ia yakin kakaknya masih hidup.
"Dik Winda sabar, dan tolong kabari keluarga dirumah agar terus mendoakan yang terbaik bagi Mas Rama"
"Iya, Mas", jawab Winda, "terima kasih atas kabarnya ya. Nanti sekalian aku kabari Shinta juga"
"OK, Dik, jaga kesehatan, dan tetap semangat ya. Sampai nanti, Assalamu 'alaikum"
"Waalaikum Salam, Mas", jawab Winda menutup sambungan telepon
"Ehem" terdengar suara lagi dari balik cubicles, "pantesan pada ditolak, sudah ada ternyata"
Lawan bicaranya mungkin tidak mengetahui, tetapi Winda merasa hawa panas merambat di pipinya. Mungkin saat ini wajahnya sudah cukup berwarna merah.
"Udah deh, Mas Har... Nggak usah iseng! Winda mau coba fokus kerja lagi. Gambar ini nggak kumengerti sama sekali!"
"Iya... iya...", jawab Mas Har, "makanya buruan jadiin kapalnya, biar Abangmu itu bisa terbang dari situ"
"Udah ya Mas... aku butuh konsentrasi dulu", ucap Winda menutup obrolan itu. Tangannya lalu meraih kembali smartphone-nya, lalu membuat sebuah text-message dan menyebarkan informasi yang baru diterimanya dari Lettu Wahyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Tanah Air 2 - Dibalik Konflik...
ActionKonflik terjadi antara dua negara tetangga. Dan Indonesia harus menyiagakan pasukan militernya untuk mengamankan wilayah perbatasan, baik di daratan maupun batas laut. Ketika hampir seluruh prajurit terbaik bangsa ini bertugas, satu musibah terjadi...