Prolog

6.8K 368 32
                                    


🥀__🥀





"Jadi gimana Jav?? Engga, mami gak maksa kamu buat nikah cepet kok. Mami cuma ya, mungkin sedikit kasihan sama kamu?? Gantiin posisi Papi itu ga mudah, udah gitu biasanya banyak acara formal yang didalamnya kamu perlu pasangan. Iya, Mami tahu kok kamu punya sekretaris tapi ini beda loh Jav, kamu juga bisa jadiin istri kamu solusi nanti kalau seandainya kamu dan investor ada cekcok sedikit" Pemuda yang dalam hitungan hari akan menginjak usia tiga puluhan itu menghela nafas sepelan mungkin, meskipun kesal ia tidak akan membuat maminya tersinggung. Maminya bicara seolah pernikahan itu adalah yang terbaik untuk Javio, padahal Javio tahu betul kalau pernikahannya paling ditunggu oleh sang mami.

"Calonnya Jav belum siap Mi, dia masih mau kerja katanya"

Jawaban singkat Javio tidak membuat kerutan kening Mami menghilang, malah sekarang alisnya menyatu. "Ya kan Mami gak akan ngelarang pacar kamu kerja Jav. Apa selama ini jangan-jangan kamu bohongin Mami ya?? Kamu bilang kalau kamu punya pacar cuma buat pengalihan biar Mami ga nyariin kamu pacar?? Iya??"

"Dih, apaan??!" Javio menyahut dengan cepat, "Aku beneran punya pacar Mami. Ngapain aku bohong, gak ada—"

"Yaudah, kalau gitu weekend nanti ajak kerumah. Kamu libur, dan pacar kamu yang sibuk itu juga libur. Kalau kalian gak dateng, Mami anggap kamu bohongin Mami dan Mami akan cariin kamu calon istri, tanpa protes!!" Wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu langsung bangun dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya, berbicara dengan semua anak laki-lakinya memang akan selalu menguras banyak emosi.

Kalau emosi Mami terkuras, maka disisi lain ada Javio yang panik. Pikirannya bercabang, mulai dari investor-investor baru, hingga kemana ia akan mendapatkan pacar dalam kurung waktu dua hari??!








🥀__🥀





Bar, atau night club itu identik dengan minuman beralkohol serta musik yang berderu kencang. Benar-benar tempat khusus untuk siapapun yang ingin having fun tanpa memikirkan persoalan yang mereka hadapi seharian sebelum akhirnya memutuskan mengunjungi tempat itu. Dari banyak bangku berjejer didekat barista, yang paling pojoklah yang paling menonjol.

Bukan karena seorang yang tengah mengisinya itu meracau tidak jelas, bukan. Melainkan gadis dengan rambut sebahu itu duduk merenung dengan jus orange didepannya. Bayangkan!! Di night club, memakai baju sopan dan minum orange juice. Meskipun orang-orang didalam sana banyak yang menerapkan "mind your own business" tapi tetap saja, gadis itu terlalu sayang untuk dilewatkan.

Meskipun beberapa orang tengah menatapnya dengan tatapan sedikit heran, tapi Hasya tidak perduli. Ia tetap fokus menatap dinding dihadapannya. Musik yang mengalun kencang pun tidak bisa membawanya untuk kembali ke dunia, pikirannya melayang bertebaran entah kemana.

"Hasya?? Eh lo Hasya temennya Jasmine kan?" Hasya menoleh, mendapati Javio duduk disampingnya. Ia ingat Javio meskipun mereka baru bertemu sekali, itupun tidak bisa dihitung sampai lima menit karena begitu jabatan tangan mereka terlepas usai berkenalan, Jasmine langsung menarik Hasya untuk berkeliling.

"Hai Jav" Hasya mengangkat tangannya untuk menyapa. Hanya itu, hanya sapaan biasa. Hasya sedang tidak dalam mood yang bagus karena kepalanya benar-benar sakit memikirkan segala sesuatu yang harus ditanggungnya.

Awalnya Javio tidak ambil pusing dengan kelakuan Hasya, tapi ia jadi ikut pusing ketika melihat rincian angka dilayar ponsel Hasya.

"Hasya astaga!!" Javio refleks, bahkan pemuda itu tidak lagi memedulikan apa yang ia lakukan itu sudah melanggar privacy. "Itu duit sebanyak itu lo dapet darimana?? Lo ngutang apaan sampe sebanyak itu??!"

Hasya menoleh, matanya yang memang sudah tergenang air mata langsung berjatuhan begitu saja. "Javio hueeeeeeeee" tangis Hasya pecah saat itu juga.









🥀__🥀







Aku ga perlu perkenalan deh ya, karna aku yakin kalian udh tau 100% cast nya :)

Marriage contractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang