*diketok dalam keadaan mellow, jadi maaf banget kalo hambar😔
🥀__🥀
Hasya menghela nafas pelan, matanya tertuju tepat kearah Javio yang baru tidur beberapa kenit yang lalu. Tatapan bersalah jelas tersirat dimata Hasya, karena ketika ia pulang dari kantor ia menemukan Javio dengan wajah pucat dan suhu tubuh tidak normal. Javio demam.
"Padahal abang jarang sakit loh mbak, biasanya kalau sakit pasti dia ada ngeluh dulu beberapa hari sebelumnya" Jingga yang sedari tadi duduk disamping Hasya ikut memperhatikan. Tadi Mami sudah mengusulkan untuk dibawa ke rumah sakit saja tapi papi menolak. Katanya, rawat dulu dirumah kalau Javio sudah tidak mampu menahan sakitnya baru nanti dibawa kerumah sakit.
"Abang lagi banyak pikiran" Jawab Hasya, tangannya terulur mengelus kepala Javio. "Kamu udah makan??"
Jingga menggeleng pelan, didapur makanan sudah lengkap tersedia tapi orang-orang yang ada didalam rumah ini tidak ada satupun yang makan. Hal itu membuat Jingga ikut kehilangan nafsu makannya.
"Mau mbak pesenin aja? Kalau kamu lagi ga mau makan makanan rumah"
"Mekdi boleh mbak??" Mata Jingga berbinar. Kalau dirumah, pesan makan untuk diri sendiri itu seperti kesalahan besar. Karena makanan selalu tersedia dimeja makan dan didapur pun mami selalu stock jajanan yang menurut beliau aman.
"Boleh, kamu pesen pake hp mu aja ya nanti uangnya mbak transfer"
"Oke, makasih mbak!!" Jingga berdiri dan langsung keluar kamar. Ia tahu kalau Abang dan Mbaknya butuh waktu, meskipun Javio sedang tidur sekarang tapi tetap saja, ia harus memberikan mbak Aya waktu sendiri karena ini adalah pertama kalinya mbak Aya menghadapi bang Javio yang sedang sakit.
Setelah kepergian Jingga, Hasya yang tadinya duduk diujung ranjang langsung pindah untuk berbaring disamping Javio. Tangan kecilnya berusaha untuk memeluk Javio, dengan jarak yang dekat ini Hasya bisa merasakan hangatnya badan Javio.
"Maaf ya, fakta yang kamu terima hari ini banyak banget sampai kamu bingung harus memproses yang mana duluan. Aku juga minta maaf karena aku malah nambah kepusingan kamu" Hasya mengelus pipi Javio. Gadis itu terkejut saat Javio membuka mata, Hasya langsung menarik tangannya dari pipi Javio tapi secepat itu pula Javio menahannya.
"Aku gak butuh penjelasan apa-apa. Yang pengen aku tahu sekarang cuma status pekerjaan kamu dan kenapa kamu mau aku ajak nikah kontrak padahal nyatanya kamu gak terlilit hutang seperti yang aku pikirin?"
Hasya menghela nafasnya pelan, inilah saatnya. Saat yang selalu ia katakan kepada Jasmine. Moment ketika ia akan mengatakan semuanya kepada Javio.
"Aku salah satu direktur di NH. Aku yang dipercaya dibagian venue and hall business. Iya, Pangsuma memang punya NH. Jadi, segala acara yang digelar di NH itu dibawah kuasa aku. Makanya dihari pertama aku ketemu keluarga kamu aku bilang selain jadi penjaga perpustakaan disekolah Jingga aku juga kerja dibagian asuransi. Dan seperti yang kita semua tahu, PT. Nohae Media Internasional itu perusahaan yang bergerak dibagian investasi. Jadi sebenernya aku gak bohong kan??" Javio mengangguk, Dari segi pekerjaan Hasya memang tidak berbohong dari awal. Memang dia nya saja yang bodoh sampai-sampai tidak menyadari hal tersebut.
"Kalau boleh jujur, aku juga sempat lupa sama janji kamu waktu kita masih kecil itu. Tapi, malam pertemuan kita yang diacara gala dinner itu, yang aku nemenin Jasmine, bikin aku inget semuanya. Aku langsung kayak dapet jawaban kenapa aku selama ini selalu nolak semua laki-laki yang dateng ke aku, 'oohh jadi semuanya karena aku cuma maunya Javio' gituuu" Hasya terkekeh sebentar, tidak habis pikir dengan jalan pikirannya saat itu.
"Kalau kerjaan kamu as direktur, otomatis gaji kamu besar dong untuk ukuran orang yang gak punya tanggungan selain panti asuhan yaa. Trus deretan angka yang aku lihat waktu itu?? Itu hutang kan?? Sya, itu gede banget" Suara Javio sangat pelan, entah efek demamnya ia jadi sangat lemah bahkan hanya untuk mengeluarkan suara.
"Itu arisan Javioo, aduhh" Hasya tertawa. Malam dimana Javio panik ketika melihat sederet angka yang harus ia bayar kembali masuk ingatannya. "Itu arisan aku bareng circle nya Jasmine. Kamu tahu ya, kalau circle nya Jasmine itu anak-anak pejabat. Angkanya gede karna kita nerima lima bulan sekali, nah nanti acaranya ganti-ganti negara. Kalau kata aku sih, arisan buang duit yah. Tapi I'm happy kok, income aku jelas jauh diatas angka yang kamu lihat waktu itu soalnya"
"But Sya, seriously! Kenapa kamu mau nikah sama aku?? Ini gak cuma karna janji konyol itu kan??"
Hasya menggeleng pelan, gadis itu mengecup bibir Javio. Hanya mengecup karena ia masih harus menjawab pertanyaan Javio.
"Because I love you. I told you Jav. Banyak laki-laki yang dateng tapi gaada yang bikin aku langsung ngerasa kalau laki-laki ini bisa mengayomi aku. Mungkin menurut kamu ini susah dipercaya, tapi aku benar-benar sejatuh cinta itu sama kamu. Makanya aku nerima ide gila yang kamu tawarin dengan harapan aku bisa bikin kamu jatuh cinta juga sama aku"
"I've already in love with you Sya"
"Hah??" Hasya langsung merasa kalau pendengarannya bermasalah. "Kamu bilang apa Jav??"
Bukan jawaban yang Hasya dapatkan, Melain kecupan pelan dibibirnya. Tapi lima detik kemudian kecupan itu berubah menjadi ciuman lembut.
"I love you too Hasya"
🥀__🥀
Aku lagi sedih, hibur donggggggggg