13

1.8K 245 12
                                    


🥀__🥀

Dulu sekali, ketika mereka masih kecil, Hasya paling malas kalau diajak main lari-larian. Selain karena fisiknya yang tidak mampu, lari itu hanya akan membuat tubuhnya penuh keringat saja menurut Hasya. Jadi ketika sore datang, waktu untuk mereka anak-anak panti bermain di alam terbuka Hasya hanya akan duduk dibangku sendirian melihat teman-temannya yang tertawa sambil berlari. Meskipun kelihatannya menyenangkan, tapi tawa mereka sama sekali tidak dapat merubah pikiran Hasya.

Sampai besar pun Hasya masih begitu, dibanding jogging ia lebih memilih berjalan kaki tiga puluh menit setiap harinya untuk kardio saat ia sedang defisit kalori. Tapi sepertinya hari ini adalah pengecualian. Hasya bahkan berlari lebih kencang daripada Jasmine dilorong rumah sakit itu. Diujung sana ada Zidane yang menunggu mereka.
Selain Jasmine, Hasya punya satu teman lagi, yaitu Zidane. Hasya, Jasmine dan Zidane tidak pernah berpisah kecuali ketika Hasya serta Jasmine memilih untuk keluar dari panti dan hidup mandiri. Zidane tetap disana, menggantikan peran beberapa orang dewasa yang hilang untuk mengurus anak-anak malang dipanti.


"Jangan larii" Zidane cepat menangkap Jasmine saat salah satu heels gadis itu patah. Gadis itu sedang dikantor ketika Zidane memberitahunya tentang kondisi ibu.

"Ibu, Dan?? Ibu manaa" Hasya sempat melirik kearah Jasmine sebelum bertanya, memastikan dulu tidak ada orang yang sakit disekitarnya.

"Kan aku udah bilang, kesininya santai aja. Meskipun kondisi ibu gak baik, tapi kalau kalian ugal-ugalan kayak tadi, kalian bakal ikut kenapa-kenapa juga!" Sebagai satu-satunya lelaki diantara mereka. Zidane memang selalu melakukan tugasnya dengan baik. Memastikan Jasmine dan Hasya baik-baik saja.

"Ibu dimana Zidane!!!" Jasmine menarik ujung kemeja Zidane. Mau tidak mau Zidane pun menghela nafas dan menarik tangan keduanya berjalan menuju ruangan tempat ibu dirawat.

"Ibu divonis tumor, aku juga ga ngerti. Awalnya ibu cuma batuk-batuk aja, tapi batuknya gak sembuh-sembuh dan tubuhnya juga makin hari makin kurus. Aku udah ngerasa ada yang gak beres, tapi ibu gak pernah mau dibawa kerumah sakit"

"Kenapa baru bilang sih Zidane!!" Jasmine menghentikan langkahnya, perasaannya tiba-tiba merasa bersalah dan ia tidak sanggup untuk bertemu ibu.

"Ibu yang gak mau. Ibu bilang, kalian berdua juga lagi pusing-pusingnya ngurus usaha kalian. Kalian berdua gak pernah absen ngirim uang untuk panti dan ibu ngerasa udah ngerepotin kalian terlalu banyak"

"Tumor harus di operasi kan??" Zidane mengangguk ragu atas pertanyaan Hasya. Kali ini bukan lagi karena Zidane ragu dengan kondisi ibu, tapi pemuda itu tahu apa yang akan Hasya lakukan.

"Kalian duluan aja, biar gue urus administrasi" Tidak menunggu jawaban kedua sahabatnya, Hasya berlalu begitu saja.








🥀__🥀






"Hasya belum pulang Mi?" Mami mengangguk sambil tersenyum, tapi entah kenapa Javio merasa ada beda dari senyuman itu.

"Ibu pantinya langsung di operasi malam ini. Kalau kamu gak capek, nanti susulin istrinya ya nak. Hasya pasti butuh banget kamu disaat kayak gini" Mami mengusap pelan pipi Javio. "Besok mami sama papi baru mau jenguk kesana. Ini, mami bawa keruangan kerja dulu ya??" Mami mengangkat sedikit gelas ditangannya. Javio tidak menjawab. Ia hanya mengangguk mempersilahkan maminya untuk pergi dan setelahnya pun ia langsung berlalu menuju kamar. Mami benar, Hasya mungkin saja membutuhkan dirinya saat ini.


'Clek


Papi menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Kalau biasanya papi memilih abai, tapi kali ini ia tidak bisa berbuat hal yang sama karena ketika ia pulang kerja sore tadi, ia sudah merasakan ada yang berbeda dengan istrinya.

"Mami bawain teh buat papi, jangan lembur terlalu malam ya" Mami meletakkan gelas yang tadi dibawanya disamping komputer papi. Kemudian wanita itu menarik kursi yang biasanya memang ia pakai untuk menemani suaminya bekerja.


"Kamu tahu kan mi kalau kita hidup bersama gak satu dua tahun??" Mami mengangguk, mereka sudah terlalu mengenal satu sama lain hingga tidak perlu untuk menyatakan keresahan pasti langsung terasa.


"Aku takutt" Mami berbisik pelan, tangannya mulai menggenggam tangan papi. Menyalurkan seluruh kekhawatiran yang ia punya.

"Apapun yang kamu takutkan, gak akan pernah terjadi mami, sudah ya?? Gak baik begini apalagi kita posisinya mertua Hasya. Kita gak boleh menghindar Mi"


"Ibu panti..... Masih ingat kita gak ya Pi??"






🥀__🥀






Sebenernya aku tadi bisa update lebih awal, tapi adekku malah ngajak jajan wkwkwkkw. Selamat malam Mingguku💝

Marriage contractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang