12

1.8K 243 11
                                    

🥀__🥀





"Nanti kalau kita besar kita bisa punya keluarga tahu!!" Anak gadis yang sibuk bermain dengan boneka barunya itu menoleh.

"Keluarga itu kayak gimana kakak??"

"Gini.." Yang dipanggil kakak langsung mengambil tiga boneka berbeda ukuran. "Yang cokelat ini ayahnya, nah yang pink ini ibu nya. Kalo yang kecil ini, kamu tahu gak siapanya??"

"Boneka" Jawaban polos dari gadis kecil itu membuat si kakak tertawa. Tidak bisa, ini terlalu menggemaskan.

"Iya, kakak tahu ini boneka. Tapi kan kakak lagi bikin perandaian. Kalau ada ayah dan ibu, maka yang kecil ini anaknya. Kayak kakak, cuma itu tuh ayah dan ibu kakak" Anak lelaki berusia sepuluh tahun itu menunjuk dimana orangtuanya sedang berbicara tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Setiap orang punya keluarga kak??"

"Pasti punya dong cantikk"

"Kok aku gak punya ya??" Si anak terdiam. Ia sudah cukup faham dengan situasi anak yang lebih muda lima tahun darinya ini, tapi anak itu belum tentu paham dengan kondisinya.


"Punya kok, nanti kamu bakal punya keluarga. Bareng kakak, kita bikin keluarga bahagia versi——"






"Syaa??! HASYA!!!" Javio kaget bukan main ketika melihat Hasya menangis meraung dalam keadaan tidur. Ini malam keduanya tidur bersama Hasya, karena malam sebelum pemberkatan itu, Hasya kabur dari Jasmine dan malah melipir kekamar Javio.


Javio yang masih panik berusaha membangunkan Hasya dengan cara langsung mendudukan gadis itu. Javio pernah dengar, kalau ada orang yang menangis atau ngigau ketika tidur, maka harus segera dibangunkan atau orang itu tidak akan pernah bangun lagi. Javio tidak tahu kebenarannya seperti apa, Javio hanya khawatir saat ini.


"Kamu kenapa??" Tangan Javio terulur untuk mengelap keringat dikening Hasya, rambut depan gadis itu sudah lepek entah karena keringat atau karena air mata. Yang jelas, kondisi Hasya sangat berantakan saat ini.

"A-aku hiks. Javvvvv—" Nyatanya, Hasya tidak sanggup untuk mengatakan apa yang dialaminya. Sama seperti Javio, ia pun sedang ketakutan saat ini. Karena tangis Hasya yang semakin menjadi, Javio pun menarik gadis itu kedalam pelukannya.


"It's okay, it's okayyyy. Kamu tenang dulu yaa, everything will be okay.." Bisik Javio sepelan mungkin. Sebisa mungkin ia ingin menciptakan kenyamanan untuk Hasya, agar gadis itu merasa tidak sendirian dan terlindungi.


"Kamu kalau ada apa-apa, bilang aku Sya. Kita gak kenal cukup lama tapi lihat kamu kayak gini bikin hati aku sakit" Javio mengecup kening Hasya lama. Entah akan sampai jam berapa posisi mereka akan seperti ini, Javio menikmatinya.






🥀__🥀





Karena pernikahan mereka cukup dadakan, jadi dalam waktu terdekat keduanya sepakat untuk tidak ada honeymoon. Karena sebenarnya pun, kalau honeymoon mereka harus apa dan bagaimana?? Suasananya pasti akan sangat canggung karena hanya ada mereka berdua. Hasya pun sudah resmi tinggal dirumah orangtua Javio. Javio sudah memiliki rumah yang ia beli untuk tinggal bersama Hasya nanti. Tapi Maminya meminta mereka untuk tinggal bersama selama tiga bulan, hitung-hitung memberi waktu tambahan untuk tukang yang sedang merenovasi rumah Javio dan Hasya.


"Vio itu sukanya—"

"Cumi asam manis sama udang tumis sambel ijo. Udangnya harus seger karena Javio paling gabisa makan udang yang rasanya udah gak segar apalagi udang busuk. Tapi, Javio itu gak pemilih"

Mami tersenyum lebar meskipun Hasya memotong omongannya. Ada orang lain yang perhatian kepada selera anaknya entah mengapa selalu membuat Mami terharu, dulu Tania juga sama seperti Hasya.


"Mami seneng banget. Mami kita Vio akan selamanya makan masakan Mami"

"Kadang, aku bekelin Vio sih Mi buat makan siangnya. Soalnya dia kalau jam makan siang lebih milih review kerjaan biar malemnya gak perlu lembur"

"Iya, gak tau deh. Papimu, Mas mu, sama Javio mu itu sama. Ambisnya gak ketulungan. Untung Mami punya Jingga, dia tuh yang bener-bener mirip Mami"

"Maksud Mami, aku males gitu??" Jingga masuk kedalam dapur dengan seragamnya yang masih lengkap. Padahal ini masih jam sebelas tapi kenapa Jingga sudah ada dirumah??

"Iya. Kamu pemalas. Kenapa jam segini udah pulang??!" Mami meletakkan pisaunya yang tadi dipakai untuk memotong semangka dan langsung menatap Jingga garang.


"Dih, orang aku pulang cepet karna lagi KKG. Please deh Mi, anak mu ini gak pemalas. Tanya aja tuh mbak Aya. Iya kan mbak??"

"Males Mi dia, orang kerjaannya kabur ke perpustakaan Mulu apalagi pas tau aku pacaran sama abangnya, suka-suka dia aja tuh!"


"Mbak Aya?!! Kok kamu gitu sih??!" Hasya baru saja ingin meledakkan tawanya karena berhasil menggoda Jingga tapi tidak jadi karena panggilan yang sedari tadi sudah ia coba tolak terus menerus masuk.


Hasya menjauh dari Mami dan Jingga yang sudah bercerita normal lagi agar dua orang itu tidak bisa mendengar apa yang ia bicarakan.


"Kamu bisa gak sih gak nelfon dulu, aku—"


"Aya, ibu sakit"






🥀__🥀

Marriage contractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang