09

1.9K 276 20
                                    



🥀__🥀


Seisi rumah menatap Mami dengan tatapan sedikit horor. Bukan tanpa alasan, selama wanita itu membantu Javio dan Hasya mempersiapkan pernikahan mereka, setiap pulang kerumah Mami pasti akan mengomel panjang lebar. Tapi malam ini sedikit berbeda, wanita itu malah bersenandung kecil sambil menyuapi cucu yang masih satu-satunya buah apel.

"Apa besok aku harus bantu Mami ngurusin pernikahan Javio ya mas?? Agak ngeri aku lihat Mami kayak gini" Bisik Tania sambil terus memakan makanannya. Karena anak Tania dan Jeffry baru berumur satu tahun lebih dan tidak bisa ditinggalkan sendiri, maka untuk makan mereka harus gantian. Tapi Mami langsung menyuruh Tania untuk duduk dengan manis saja di meja makan, biar ia saja yang mengurus cucunya itu.

"Mau tau gak apa yang bikin mood Mami sebagus ini??" Jingga yang ada diseberang keduanya ikut berbisik juga. Tangan kirinya, memegang ponsel. Anak itu memang tidak ada takut-takutnya, padahal Papi dan Mami jelas melarang anak-anaknya untuk bermain ponsel diatas meja makan.

Tania dan Jeffry serentak mengangkat alis mereka sebelah, pupil mata mereka bergerak mengikuti dagu Jingga yang menunjuk Javio diujung meja. Ada apa? Padahal tidak ada yang berbeda dengan Javio, sama seperti biasanya. Pemuda itu akan pulang sekitar jam tujuh malam bersama Mami, kemudian membersihkan diri dikamar dan langsung bergabung dengan mereka di meja makan.

"Sini kakak lihat" Tania mengulurkan tangannya untuk meminjam ponsel Jingga yang dengan senang hati langsung diberikan oleh anak itu. Mata Tania langsung menelisik gambar yang ada dilayar ponsel itu, tidak ada yang aneh karena itu hanya gambar sepasang kekasiu yang tengah berciuman ditemani sinar— SEBENTAR!!!

Mata Tania melebar ketika menyadari yang ada digambar itu adalau Javio. Pantas saja Jingga cekikikan. Ponsel yang ada ditangan Tania beralih ke Jeffry. Ayah satu anak itu pun ingin tahu apa yang sedang terjadi.


"Woahh" Ucap Jeffry kaget, tidak menyangka kalau Javio adiknya benar-benar punya kekasih sekarang.

"Pi" Ucap Jeffry tiba-tiba setelah sebelumnya mengembalikan ponsel Jingga.

"Apa?"

"Kayaknya Papi harus siap-siap untuk cucu kedua deh"

Javio semakin menunduk, tidak bisa ia bayangkan Semerah apa mukanya saat ini.








🥀__🥀








"He kissed me!!! HE KISSED ME AAAKKK!!!" Hasya memandang bibirnya dari kaca kemudian tangannya bergerak untuk menyentuhnya. Ciuman itu tidak ada unsur paksaan, dan saat pelepasan pun Hasya tahu kalau bukan hanya dirinya yang merasa kosong, tapi Javio juga!

Hasya kembali menatap pantulan dirinya, saat ini gadis itu hanya menggunakan hot pants dan sport bra. Hasya akan seperti ini sekali-kali, ketika ia merasa ada yang harus diperbaiki ditubuhnya. Apalagi tinggal menghitung hari untuk pernikahannya, Hasya harus punya tubuh yang sempurna!

"Apa gue telfon coach Regina lagi ya buat latihan GYM lagi? Hmmm, sama konsultasi diet deh" Tangan Hasya bergerak untuk mengikat rambutnya, tak lama gadis itu kembali tersenyum lebar.

Hasya memang seperti orang gila sekarang, ia akan tersenyum lebar ketika mengingat kembali ciumannya tadi sore.

"Kayaknya gue juga harus lip treatment sih, biar aluss. Makin candu deh nanti Javio" Hasya terkikik sendiri karena kalimatnya barusan. Bisa-bisanya ia berpikiran seperti itu. Bahkan ia saja tidak tahu apakah besok Javio akan menghubunginya atau tidak.

Lelah berdiri didepan cermin, Hasya pindah untuk berbaring. Gadis itu menatap langit-langit kamar kostnya dengan sendu. Memang akan selalu seperti ini, setiap Hasya kerasa bergembira, dibeberapa menit kedepan ia pasti akan kembali teringat dengan masa kelam yang ia miliki.

Hidup dipanti asuhan milik pemerintah tidak menjamin Hasya mendapatkan kasih sayang yang tulus. Hasya kadang sadar kok, kalau orang-orang malas mengurusnya dan Jasmine. Entah apa alasannya, tapi Hasya dan Jasmine selalu dikucilkan, bahkan oleh beberapa pengasuh. Tangan Hasya bergerak meraba pinggiran kasur untuk mengambil ponselnya.

Gadis itu tidak melakukan apa-apa, ia hanya melihat gambar anak kecil yang menjadi lock screennya.

"Kamu yang bilang kan kalau semua orang berhak bahagia, kamu juga yang bilang buat jangan takut memperjuangkan kebahagiaan kita meskipun akan ada orang yang sakit atas perjuangan itu. Dan sekarang aku sudah memutuskan, aku akan balikin kamu yang dulu. Tunggu aku ya"

Hasya membawa ponselnya kedalam pelukan. Berharap kalau anak yang ada dilayar ponselnya itu benar-benar keluar dan ada diperlukannya sekarang.







🥀__🥀





Ngetiknya mendadak, sorry :(
sebenernya aku mau update abis the link, tapi aku udh 3 hari gak update, jadi gaenak

maaf yaaaa

Marriage contractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang