🥀__🥀
Meskipun sudah resmi menggantikan jabatan Papinya dan mempunyai penghasilan sendiri, Javio masih belum diizinkan untuk tinggal memisahkan diri. Dulu Jeffry pun begitu, baru diizinkan tinggal dirumah sendiri saat sudah berkeluarga. Jadi, apapun yang dilakukan Javio pasti masih dalam pengawasan sang Mami, tidak perduli berapa umurnya kalau masih tinggal sama orangtua ya itu artinya memang masih harus dalam pengawasan orangtua. Seperti saat ini, Mami serta Jingga menatap horor kearah Javio yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Kenapa sih??" Tanyanya, rasanya Javio tidak melakukan kesalahan apapun kemarin. Dan lagi pula, mengapa adiknya itu masih ada dirumah jam segini?? Apakah bocah SMA itu tidak sekolah??
"Kamu kenapa pake baju itu??"
Pertanyaan Mami membuat Javio mengernyit, pemuda itu menurunkan pandangannya untuk melihat apa yang ia kenakan, tapi rasanya tidak ada yang salah(?) Yang Javio kenakan saat ini adalah style yang sama dengan hari biasanya. "Ya kan aku mau kerja Mami?? Emang harus pakai baju kayak gimana??"
"Dih, sarap nih anak" Jingga nyeletuk yang berhasil membuat Javio melotot.
"Heh anak kecil!! Yang sopan sedikit lu!" Javio melotot tapi tidak seram sama sekali.
"Javio!! Kamu masa lupa? Hari inikan nikahan sepupu kamu Viooo!! Kamu mau kerja?? Mau kamu dijulitin tante Ita selama tujuh keturunan??"
Ah— Shit!!
Bagaimana Javio bisa lupa!! Hari ini adalah hari pernikahan sepupunya. Dan benar kata Mami, kalau ia tidak datang bisa-bisa ia akan dijuliti setiap acara pertemuan keluarga. Bukannya takut, hanya saja Javio malas.
"Kamu ganti baju gih!! Mami tadi udah telfon Hasya. Kamu jemput dia abis ganti baju, Mami Papi sama adek berangkat duluan. Jangan terlalu lama ya Javio!!" Mami berlalu dengan tatapan mengancamnya, dibelakang Mami ada Jingga yang memasang wajah menyebalkan.
Aagghhh;
Menjemput Hasya?? Bagaimana ini?? Bahkan gadis itu sama sekali belum membalas pesannya sejak kemarin!
🥀__🥀
Sesuai ekspektasi Javio, pesta pernikahan sepupunya ini digelar dengan sangat meriah. Tamunya pun sepertinya lebih dari seribu undangan, untungnya mereka memakai sistem kelas. Jadi keluarga inti semuanya ada di bagian VIP. Setelah pemberkatan dan photo keluarga, mereka makan bersama kecuali kedua mempelai yang harus tetap duduk dipelaminan menyambut para tamu.
Dibawah meja sana, tangan Javio sepertinya sudah sangat merah karena diremas oleh Hasya. Jujur saja, gadis itu merasa gugup. Tatapan seluruh keluarga Javio begitu menusuk ketika dirinya diperkenalkan sebagai pacar Javio.
"Siapa tadi namanya??"
"Hasya tante" Hasya tertawa didalam hati, sejak kapan ia punya suara sehalus sutera seperti yang baru ia keluarkan sekarang?? Seingat Hasya, ia hanya memiliki suara cempreng.
"Kalian berdua sudah berapa lama pacaran??"
"Udah lama banget tante, sampe kita gak sempat ngitung. Lagian dihitung atau engga, sama sekali ga ngaruh buat hubungan kita" Kali ini Javio yang menjawab meskipun pertanyaan itu bukan untuk dirinya. Karena tangannya diremas oleh Hasya, Javio bisa ikut merasakan emosi yang gadis itu rasakan.
"Pacaran lama-lama itu gak baik Vio, mumpung ada calonnya kenapa gak nikah aja?? Nikah enak loh padahal. Eh, apa kamu kerja Hasya?? Nanti kalau nikah sedia ga ngelepasin kerjaannya?? Dikeluarga ini yang perempuan itu gak maklum loh kerja"
Javio geram, Tante Ita kalau sudah mengeluarkan pertanyaan suka memancing emosi. Benar-benar tipikal tante yang mudah ditemui karena sifat jeleknya itu.
"Tante—"
"Tante udah berpengalaman nikah bertahun-tahun, tentunya Tante faham dong apa aja yang harus disiapkan sebelum nikah. Aku sama Javio ada kok pikiran buat kesana tapi kan sebelum benar-benar jadi satu, kita juga harus mikirin partikel-partikel kecil yang bisa dukung kita buat jadi semakin kuat. Masalah pekerjaan, aku gak tahu sama tradisi keluarga ini tapi selama suami aku nanti, alias Javio ngizinin aku untuk kerja maka aku akan kerja Tante. Tante gak usah khawatir, aku sama Javio udah ada rencana buat kesana kok, semuanya udah dibantu sama Mami. Iyakan Mami??"
"Iya dong" Mami Javio menyahut dengan cepat meskipun sempat terkejut dengan panggilan Hasya. "Semuanya udah aku sama Tania yang bantu urus Ita, nanti kamu dan keluarga yang lain tau beres aja. Tenang".
Tante Ita mencibir didalam hati, ia tidak terima berikan jawaban selantang itu tapi ia juga tidak bisa melawan pada keluarga Javio. Sedangkan disisi lain, Javio yang tadinya mulutnya masih menganga karena kalimatnya dipotong oleh Hasya langsung tersenyum bangga. Bahkan Hasya tanpa sadar sudah melepaskan genggaman tangannya dengan Javio.
Javio sedikit merapatkan tubuhnya dengan Jeffry hanya untuk membisikkan, "That's my girl".
🥀__🥀