🥀__🥀
"Makan Sya"
"Gak mau Javioo, Huekkkkkkll" Hasya berlari ke toilet untuk mengeluarkan isi perutnya, tapi tidak ada yang keluar selain air.
"Gak bakal ada muntahannya" Javio muncul dan langsung mengusap punggung Hasya. "Kamu gak akan enakan kalau gak muntah Sya"
"Ini aku udah huek huek dari tadi!!!! Kenapa masih gak enakan" Hasya terduduk dilantai, badannya sudah lemas sekali.
"Ya gak bakal enakan karna yang dimuntahin tuh air, tuh liat airnya aja sampe yang hijau itu. Kebayang ga sayang lambung kamu berusaha biar ada yang keluar itu gimana" Javio berjongkok, bersiap untuk membantu Hasya berjalan.
"Makan ya?? Sesuap ajaaa"
Dengan berat hati Hasya mengangguk, Javio mulai mengambil piring nasi Hasya. Sengaja tidak dibelikan bubur karena Hasya punya asam lambung yang akan semakin naik kalau Hasya makan bubur. Jadi Hasya lebih baik makan nasi saja.
Semua yang Javio ucapkan itu benar, padahal Hasya baru menerima dua suapan dari Javio, tapi perutnya kembali bergejolak minta apa yang barusan masuk untuk keluar lagi. Hasya berlari cepat menuju toilet, dua suap yang ia telan tadi sekarang sudah berpindah tempat seluruhnya. Anehnya, setelah memuntahkan apa yang ia makan Hasya langsung berkeringat. Kepalanya sudah tidak terlalu sakit dan perasaannya membaik.
"Enakan??"
Hasya mengangguk, meskipun masih lemas tapi setidaknya ia tidak lagi pusing dan mual-mual.
"Mau makan lagi sayang??" Hasya menggeleng, meskipun perasaannya sudah membaik tapi ia merasa kalau perutnya belum mampu menerima apapun lagi.
"Shhh, kan aku tadi malem udah bilang berkali-kali kalau kita—"
"Stttt diam! Tau aku salah tapi kalimatnya jangan diulang mulu. Aku jadi ngerasa kayak anak kecil!!"
"Yakan kamu memang masih anak kecil, bayi nih bayiiii" Javio menekan dua pipi Hasya.
"Mana ada bayi yang bisa bikin bayi!"
"Heh!!!!!!"
🥀__🥀
Jasmine mendesah pasrah, ini hari terakhir ia menginap dipanti. Selama seharian kemarin, Zidane benar-benar tidak ada menegurnya. Lelaki itu benar-benar menganggapnya seperti makhluk gaib.
"Sialan emang Hasya, dia tahu kapan harus kabur!" Sumpah untuk Hasya pun tidak berhenti disana, paling tidak sampai Jasmine pulang dan sampai di apartemennya nanti.
"Mba Yass, gamau pulang bareng mbaa Aya aja?" Anak kecil yang tadi fokus menggambar disamping Jasmine mendongak, mba Yas dan mba Aya itu tidak sering main ke panti, dan sekalinya main tidak lama. Tapi anak-anak itu tidak pernah menunjukkan protesnya langsung seperti sekarang ini karena kata ibu, semua kenikmatan mereka sekarang itu hasil kerja mba Yas dan mba Aya.
"Mba Aya nya lagi kerja jauh sayang, nanti kalau mba Aya udah pulang lagi kita kesini kokk pasti, kan mau anterin pesenan kalian"
"Bener ya mba Yas??" Jasmine mengangguk, lalu mengusap kepala anak itu. Beruntung sekali. Dulu ketika ia sekecil anak itu, Jasmine, Hasya dan Zidane benar-benar tidak puny tempat untuk bersandar. Waktu itu pengurus panti jauh dari kata banyak.
Ibu muncul dari dalam bersama Zidane dibelakangnya, pemuda itu berusaha untuk tidak melihat kearah Jasmine.
"Ibu, aku mau pulang" Jasmine berdiri, dan memeluk ibu. "Ibu kalau ada apa-apa pokoknya kabari aku sama Aya ya ibu. Jangan ragu karena sesibuk apapun kita, kita pasti punya waktu buat ibu" Ibu mengangguk, balas memelul Jasmine.
"Hati-hati dijalan sayang, Sabtu depan jangan lupa. Dan, anter Jasmine sampe ke mobilnya sana" Ibu mendorong pelan Zidane. Sebenarnya Jasmine sudah tidak berharap apa-apa karena Zidane masih diam selama mereka dijalan menuju mobil Jasmine.
Gerakan Jasmine yang hendak membuka pintu mobil itu ditahan oleh manusia yang sedari tadi mendiaminya. Zidane memandang serius Jasmine, membuat Jasmine mengerut.
"The girl who you ask, it's you Yasss"
🥀__🥀
PUSING BANGET!!!!!
Trakteer nya ada di bio ya, bagian reward.
Buat yang ga punya trakteer boleh DM Twitter aku biar aku kasi linknya. Tapi kemungkinan aku bales besok yachhh.