🥀__🥀
Bukannya mereda, sakit dikepala Javio malah semakin menjadi. Setelah bisikan Hasya tadi, keduanya sama-sama diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing, Javio yang mengutuk dirinya karena punya ingatan seburuk itu dan Hasya yang merasa kalau sekarang bukan waktunya untuk mengatakan semuanya.
"Sya—" Javio baru saja hendak meminta penjelasan yang lebih kepada Hasya tapi langsung diinterupsi dengan dering telfon gadis itu.
"Bentar Jav, aku angkat telfon dulu" Hasya bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon. Javio menunggu dengan sabar, masih ada banyak pertanyaan yang harus ia tanyakan kepada Hasya. Entahlah, semuanya terasa berantakan diotak Javio, ia hanya ingin merapikannya kembali.
Tapi sepertinya, semua pertanyaan Javio harus ditelan karena Hasya masuk lagi kedalam kamar dengan ekspresi yang panik.
"Javio, sorry. Kita ngobrolnya nanti malam aja gimana? Aku ada urusan sebentar"
Dengan cepat Javio menahan tangan Hasya, "Urusan apa?"
"Urusan kantor, Jav please ini urgent!!" Jawaban Hasya membuat Javio mengernyit.
"Kalau urusan pekerjaan, kamu gak akan sepanik ini Sya. Perpustakaan gak punya hal yang semendesak ini"
"Bukan perpustakaan!!" Jawab Hasya cepat, "Kamu anter aja aku kalau memang kamu pikir aku cuma mau kabur" Javio mengangguk, itu adalah opsi terbaik.
Javio merasa tidak asing dengan jalan yang diarahkan oleh Hasya, jalan ini sama seperti jalan kantornya tapi Javio tidak berani berkomentar karena raut wajah Hasya yang terlampau serius.
"Masuk lewat situ aja" Hasya menunjuk salah satu pintu masuk mobil, saat mendekati pos penjagaan gadis itu menunjukkan kartu yang biasanya memang dipunya oleh pegawai yang bekerja di kantor tersebut.
"Sya, kamu gak bohongin aku kan??" Javio jelas terkejut, gedung ini hanya berjarak beberapa ratus meter dari gedung kantornya dan Javio jelas tahu perusahaan ini.
"Jav aku beneran harus meeting sekarang" Hasya menunjukkan ponselnya, Javio tidak membaca pesan tersebut karena Hasya hanya menunjukkannya selama beberapa detik. "Abis rapat ya?? Abis rapat aku jelasin semuanya. Maaf" Sebelum benar-benar keluar dari dalam mobil, Hasya menyempatkan untuk mengecup bibir Javio.
Hasya meninggalkan Javio sendirian dengan perasaannya yang kosong. Punggung gadis itu perlahan menghilang ditelan gedung. Hal itu membuat Javio menghela nafas berat.
"PT.Nohae Media Internasional. Sya, kenapa aku gak tahu apa-apa tentang kamu sih" Javio mengerang frustasi dan mengacak rambutnya. Javio saat ini benar-benar kehilangan arah.
🥀__🥀
"Mas udah tahu kalau Jingga bukan adek kandung kita?" Javio yang melemparkan pertanyaan tapi ia juga yang mengangguk. Menurut Javio, ekspresi Mas Jeffery dan kak Tania saat ini sudah bisa menjawab pertanyaannya. "Artinya cuma aku yang gak tahu ya??" Tanyanya lagi, kali ini lebih lirih.
"Tahu dan gak tahu apa bedanya sih Vio, toh kamu gimana pun Jingga akan tetap jadi adik kita. Gak akan ada yang berubah Javio, kita saudara" Javio mengangguk, ia harusnya memang tidak perlu khawatir karena selamanya Jingga akan menjadi adiknya. Mereka adalah saudara.
"Kenapa? Kamu kecewa sama apa?" Tania menyerahkan bayinya untuk dipangku Jeffrey sedangkan dirinya mendekati Javio.
Tania merangkul Javio, mengusap pelan bahu pemuda itu. "Kakak gak yakin kamu belum denger kalimat ini, tapi Javio. Jingga akan selalu jadi bagian dari kalian, soal kalian yang berbeda orangtua itu gak akan merubah apa yang udah kalian jalanin dari kalian masih kecil. Jingga udah sama kalian dari dia bayi, dan kita semua memperlakukan Jingga dengan baik. Percaya kakak, kalaupun dia tahu fakta ini dia gak akan bisa pergi. Karena kalian keluarganya, Jingga gak akan ninggalin keluarganya Vio"
Tangis Javio yang tadi sempat reda ketika bersama Hasya sekarang turun lagi. Hari ini, hati Javio seperti dipermainkan. Ia tidak menyangka kalau banyak hal yang tidak ia ketahui disekitarnya.
"Jangan nyalahin diri sendiri karena memang gak ada yang salah disini. Kamu jangan diemin mami, kasihan Vio. Nanti kalau pulang kerumah, kamu omongin juga baik-baik sama Hasya ya, mau gimana pun Hasya juga sudah bagian dari kita"
"Hasya udah tahu, jauh dari sebelum aku tahu"
Tania mengernyit, "Kok bisa??"
"Hasya dari panti yang sama, sama Jingga" Tania menutup mulutnya tidak percaya. Kenapa dunia sempit sekali??
"Hari ini aku ngerasa diriku kayak badut, fakta tentang adekku aja masih belum bisa ku cerna, belum lagi tentang janji ku ke Hasya waktu kami kecil dan lebih parahnya lagi aku gak tahu istriku sendiri kerja dimana"
"Di NH kah??"
Javio melotot, "Kok lo tahu juga mas masalah itu??"
Jeffery dan Tania saling pandang dan mengernyit bingung.
"Kan Hasya emang direktur di NH?? Tuh dia yang handle Pangsuma, masa kamu suaminya gak tahu???"
🥀__🥀
Javio si paling gak tahu apa-apa