32. Malapetaka

1 1 0
                                    

Aku tidak banyak mengingat apa yang pernah terjadi kembali, semuanya terasa begitu jauh di belakang sana, aku sudah tidak bisa kembali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak banyak mengingat apa yang pernah terjadi kembali, semuanya terasa begitu jauh di belakang sana, aku sudah tidak bisa kembali lagi.

Aku hanya ingin kehidupan yang tenang, damai, tentram, rukun, dan memiliki orang-orang yang saling mendukung, mereka yang baik untuk kesehatan mentalku.

Memang aneh jika ku utarakan ini.. karena di usia ku saat ini, aku hanya tertarik dengan kesetiaan, rasa saling menghargai, stabilitas, dan konsistensi.

Jalanan ini jadi semakin berat jika ku biarkan gelas itu penuh sendirian dan terisi dengan hal-hal yang tidak pernah ku inginkan; cemburu sosial, kekurangan uang, segala hal yang tidak pernah ku pedulikan rasanya sering datang mendadak tanpa diminta.

Apa aku masih belum sembuh juga?

Terkadang mereka tidak ingin menolong bukan karena tidak ingin atau jahat, tetapi terlibat masalah rasanya akan lebih sulit keluar saat duduk persoalannya tidak benar-benar diketahui.

Mungkin itu mengapa terlalu banyak orang yang diam saat yang lain menderita. Alasan-alasan klasik untuk membela diri, meskipun benar, keadilan tidak pernah benah-benar ada di bumi.

Rasa kasih sayang itu palsu karena layar handphone lebih laku daripada tabloid. Alasan yang sama untuk dianggap baik, ada kamera di mana-mana, kita selalu siap untuk itu.

Apa aku masih tetap duduk bersama dengan kegilaan ini?

Aku hanya ingin bebas dan lepas dari semua hal yang tidak pernah benar-benar ku inginkan, seperti mem-bully diri sendiri karena tidak secantik selebriti di balik layar Instagram atau memiliki suami yang sempurna seperti yang ditayangkan di YouTube.

Kadang aku melupakan cerita yang tidak seindah di negeri dongeng meskipun kita semua tahu dunia dongeng tidak pernah benar-benar ada.

Dia yang tercantik yang pernah lahir ke dunia katanya, hidup seperti cerita Cinderella, memiliki semua hal yang tidak kita punya dan semua orang cemburu dengan belian dan permata yang tersemat di tubuh sakitnya.

Kita sering lupa... dia menderita depresi pasca melahirkan lalu suaminya berselingkuh dengan cinta lamanya, tidak pernah mencintainya, istana seperti neraka, dan seluruh dunia memperhatikannya dari arah mana saja.

Dia bukan Cinderella, kita lupa dia darah bangsawan juga. Kita semua lupa, kecantikannya tertutupi mata birunya, kita semua selalu begitu.. pura-pura tidak tahu, bukannya benar-benar lupa.

Apa kalian masih di sini untuk terus membaca?

Ini dia krisis mentalku.. dan aku selalu melewatinya begitu. Sendirian, tidak berkawan dan hanya duduk di depan kertas, pena, laptop, atau papan ketikan.

Aku tidak bisa lagi menipu diri sendiri, aku tidak butuh itu semua, aku hanya butuh diriku, dia yang selama ini ku cari di seluruh hidupku. Memang benar jalan yang ku pilih sangat buram, suram, gelap, dan tidak terang, tapi aku menyukainya.

Apa yang ada di kegelapan pasti akan menemukan terang, dari sanalah semuanya akan terbuka, diperlihatkan satu persatu bagi mereka yang ingin merendahkan egonya sedikit.

Di mana kaki berpijak, di sana langit dijunjung.

Berpijak di mana? Langit yang mana?

Kita berada di bawah kolong langit yang sama, tapi tidak semua orang menyatakannya dengan tegas bahwa itu salah dan itu membuatku sangat marah.

Aku bisa merasakan lukamu juga, menyemangatimu untuk bertahan bukan jalan yang bijak karena mungkin sebagian dari kita begitu mudah pecah dengan hal-hal kecil. Bintang yang kamu lihat belum tentu membentuk rasi yang sama, menunjuk arah yang tepat..

Mencoba bertahan dan berpura-pura bahagia sungguh sangat melelahkan. Kita sangat bekerja keras untuk itu. Berhenti melihat kehidupan orang lain juga sulit untuk dihindari..

Lalu bagaimana caranya bertahan?

MONOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang