6. Kawanan

2 2 0
                                    

Mungkin bisa jadi bukan salah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin bisa jadi bukan salah mereka

Mungkin bisa jadi bukan salahku juga

Tapi memang sudah waktunya untuk semua menemui chapter berikutnya

Dari kehidupan yang kita pilih

Dari nilai-nilai yang selalu kita simpan sendiri

Hingga waktunya tepat, semesta menggantikan wajah-wajah lama dengan yang paling baru

Mendatangkan cerita baru tanpa dibungkus kisah usang yang lapuk atau bab lain yang sudah dibaca

Familiarities keep remind!

Tidak apa kalau hanya satu atau dua

Tidak akan menyakitiku juga

Cukup ditonton saja, dari jauh...

Jangan coba mendekat, jangan coba terikat

Familiarities keep remind!

Wajahnya boleh berbeda, tapi rasa yang diberikan tetap sama

Keegoisan, acuh sampah, dan kebiasaan meninggalkan teman

Membiasakan diri membicarakan keburukan teman sendiri,

Diam-diam bergunjing di belakang punggungnya,

Tidak pernah mencoba mengerti,

"Itu hal biasa."

Mereka bilang.

...

Apa nilai dari society yang suka menindas kepala temannya sendiri?

Apa arti dari berkawan tapi lupa diri?

Bagaimana sistem sampah seperti ini bisa jadi sangat populer?

Aku tidak mengerti.

Ah... mungkin suatu hari nanti semuanya akan membaik

Ah... mungkin nanti aku akan mengerti

Ah... mungkin nanti aku akan lebih berani, untuk melepaskan diri

DARI NERAKA PERTEMANAN SEPERTI INI

Dan menemui kawananku sendiri.

...

Mereka yang tidak saling meninggalkan satu sama lain,

Mereka yang bersedia menunggu hingga waktu yang lain silih berganti,

Mereka yang kehujanan bersama-sama,

Mereka yang suka berkonvoi ria,

Yang makan makanan sisa,

Yang minum air keran jadi hal biasa,

Sakit perut? Keracunan?

Tidak pernah ada cerita

Mereka yang ku temui di masa paling sulit

Mereka yang ku jumpai ketika napasku kian menipis

Mereka yang menepuk pundakku tiap kali jatuh

Mereka yang menunggu kepulanganku dari teater

Mereka yang menjaga hatiku jangan sampai pecah lagi

...

Tanpa ku sadari, mereka datang saat gelap gulita

Di saat tidak ada lampu di jalan raya

Ketika yang bisa ku lihat hanya luka dan air mata

Berjalan mendahului, di belakang, atau beriringan dengan langkah kaki

Bergerombol menuju jalur pelangi yang masih abu-abu

Seperti rombongan anak-anak dari kota Hamelin

Menuju gelap

Terus tenggelam dan hilang

Kami hanya peduli tentang apa yang kami percayai

Tapi semuanya akan membaik

cepat atau lambat, itu pasti terjadi.


MONOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang