BAB 4

661 102 6
                                    

Zora dan teman satu kelasnya menatap takjub rumah mewah milik keluarga Altair. Mobil mewah yang berjejer rapih di garasi milik keluarga Shaka membuat Zora dan teman - temannya semakin takjub dengan kekayaan yang dimiliki keluarga Altair. 

"Kerjaan bapaknya Shaka apa sih? Kok bisa ya ada orang sekaya ini" ujar Paris dengan tatapan takjub menatap rumah mewah Shaka.

"Yang pastinya bukan PNS sih Ris" jawab Raden menanggapi ucapan Paris. 

"Kalau gue jadi Shaka sih udah pamer sana - sini. Ya kali bokap gue kaya gak gue pamerin hartanya" ujar Zora menatap kagum mobil merah yang ada di hadapannya kini. 

"Gue juga Zo, seluruh dunia harus tau kalau bokap gue kaya" ucap Resi menanggapi ucapan Zora. 

Setelah menatap kagum rumah Shaka dari luar kini mereka dibawa masuk ke dalam rumah dengan didampingi salah satu pekerja yang ada di rumah Shaka. 

"Oh my god, rumahnya keren banget. Amazing" ujar Tiara heboh saat memasuki rumah Shaka. 

"Buset, bau duitnya kuat banget di rumah ini" ujar Zora menatap kagum setiap sudut rumah Shaka. 

Sembari menunggu kedatangan mama Shaka, Zora dan teman - temannya melihat - lihat foto  yang ada di rumah Shaka. Ada yang memilih duduk sembari menunggu dan ada yang memilih melihat - lihat rumah Shaka. 

"Tunggu sebentar lagi ya adik - adik, nyonya besar akan turun sebentar lagi" ujar salah satu asisten rumah tangga Shaka

"Oke bu, terima kasih ya" jawab Raden yang di balas senyuman oleh sang asisten rumah tangga. 

Tatapan Zora tidak lari sedikit pun dari foto masa muda orang tua Shaka. Dalam foto tersebut ada satu cewek dan sisanya adalah laki - laki. Zora tersenyum melihat foto tersebut, foto tersebut menyiaratkan banyak kenangan. Semuanya tersenyum bahagia di foto tersebut. 

"Lu kenal orang orang yang di foto itu?" tanya Resi yang tiba - tiba sudah di samping Zora

"Engga" jawab Zora menggelengkan kepalanya.

"Gue sedang menikmati visual para orang kaya saat mereka muda dulu. Auranya bukan main" ujar Zora tanpa mengalihkan tatapannya dari foto tersebut. 

"Tau bakal kesini gue bakal bawa karung, biasanya orang kaya pasti punya banyak barang mewah yang gak kepake lagi.  Kan bisa gue minta" ujar Zora 

"Please deh, jangan kaya orang susah Zo" ujar Resi menatap malas Zora.

"Kan emang orang susah cok" jawab Zora dengan nada tinggi. 

"Tapi lu merasa gak sih Res, kalau Shaka itu gak mirip kedua orang tuanya. Lihat foto pernikahan orang tuanya Shaka, gak ada satu pun yang mirip Shaka. Apa jangan - jangan Shaka anak pungut ya?" tanya Zora berpikir dengan segala konspirasi yang ada di otaknya.

"Tapi Shaka cakep sih tapi menurut gue gak mirip kedua orang tuanya, apa jangan - jangan Shaka terlahir jelek terus karena orang tua Shaka malu punya anak jelek jadinya dia dioperasi wajah?" ujar Zora lagi, ia tidak menyadari jika Resi sudah tidak ada lagi di sampingnya. 

"Eh tapi kan kalau operasi tuh ada batasan umur, Shaka umurnya masih 17 sih. Kayanya gak mungkin kalau operasi wajah" ujar Zora masih mengoceh tanpa sadar jika orang yang di sampingnya bukan lagi Resi. 

"Lu emang sekepo itu?" tanya Shaka yang sedari tadi mendengar semua ocehan Zora.

"Engga kepo sih, gue cuman memastikan. Toh juga gak ada urusannya sama gue, kecuali kalau Shaka mau ngasih gue duit" jawab Zora yang belum menyadari kalau yang berbicara itu adalah Shaka.

"Tapi gue merasa pernah ketemu Shaka, tapi di mana ya? Menurut lu di mana Re-" Zora menghentikan ucapannya saat melihat orang yang di sampingnya bukan lagi Resi melainkan Shaka.

"Wah mama Shaka cantik banget" ujar Zora mengalihkan kalimatnya saat melihat mama Shaka yang berjalan menuruni tangga. Zora menghampiri teman - temannya yang sudah berkumpul di sofa. Ada yang memilih duduk lesehan dan ada yang memilih duduk di atas sofa, semuanya mengambil posisi nyaman. Zora memilih ikut lesehan di samping Paris dan Resi. 

"Mamanya cantik banget" ujar Paris yang diangguki oleh Resi dan Zora

"Halo semuanya, maaf ya menganggu waktu kalian semua" ujar Anne yang merupakan mama Shaka.

"Iya tau kalau tante emang cantik, liatnya santai aja ya hahaha" ujar Anne mencairkan suasana.

"Anjay narsis abis, gue kira gak ada yang lebih narsis dari Tiara ternyata masih ada mamanya Shaka" ujar Paris dengan suara berbisik. 

"Kenalin tante mamanya Shaka, nama tante Roseanne" ujar Anne tersenyum

"Makasi banyak ya udah mau dateng, semoga menjadi teman yang baik dengan Shaka ya" lanjut Anne menatap satu per satu teman satu kelas putranya tersebut. 

"Kita yang harusnya makasih tante, udah diundang dan maaf kita dateng gak bawa apa - apa" ujar Raden mewakili teman - temannya.

"Eh gak papa, santai aja. Kalian datang aja udha bikin tante senang. Tadinya kalau kalian gak mau dateng tante culik satu - satu sih" ujar Anne bercanda yang direspon tawa oleh yang lainnya.

"Hahaha tante bisa aja, rugi banget culik modelan manusia seperti kita. Mana mukanya burik semua" ujar Paris menanggapi candaan Anne

"Gak balik modal sih tan kalau culik kita - kita mah, tapi kalau Tiara kayanya masih oke sih diculik. Masih ada bakat dia" sambung Resi

"Hahaha, ada - ada saja kalian ini" Anne senang dengan teman satu kelas Shaka kali ini.  Anne selalu mencoba mendekatkan diri dengan teman - teman Shaka terutama teman satu kelas Shaka. Tapi baru kali ini teman Shaka mau menanggapi candaanya, dan baru kali ini ada yang mau datang langsung ke rumah Altair. Sedari dulu jika Anne mengundang teman satu kelas Shaka yang datang malah satu kelas dengan orang tua mereka masing - masing.  Menjadi ajang mendekatkan diri kepada keluarga Altair dan berharap adanya kerja sama yang tentu saja tidak semudah itu bagi keluarga Altair. 

"Kalian senang - senang ya, anggap saja rumah sendiri. Tante ada urusan lain, nanti kita makan bersama ya" ujar Anne 

"Wahhh jangan bilang anggap rumah sendiri tan, kata - kata terlarang itu di kelas 11 IPA 4" ujar - Zora yang sudah pengalaman. Saat pertama kali ia mengajak teman - temannya kerumahnya.

"Manusia - manusia yang tante lihat sekarang ini sebenarnya adalah para banteng yang kelaparan" ujar Zora 

"Oh ya-?" Anne menggantungkan kalimatnya

"Zora tante, Zora Anara. Panggil aja calon mantu" ujar Zora tersenyum

"Hahaha, oke calon mantu. Nanti kalau bantengnya ngamuk minta aja makanan dari mbak yang berdiri di sana ya" ujar Anne menunjukkan asisten rumah tannga yang berdiri tidak jauh darinya.

"Siap tante. Perintah dilaksanakan. Berarti sudah lampu hijau kah?" tanya Zora, sedangkan teman - teman Zora sudah menahan malu melihat tinggkah Zora.

"Iya lampu hijau, kalau lampu merah kelamaan nunggu dong" ujar Anne

"Nanti kita lanjut lagi ya, tante udah tandain kamu loh calon mantu" ujar Anne lalu pamit dari sana. Tujuannya adalah kantor, dirinya dan sang suami kedatangan tamu istimewa di kantor. 

"Zora Anara" gumam Anne sembari berjalan keluar rumah. 

"Shaka" panggil Zora. Shaka yang sedari tadi hanya dia dan duduk di atas sofa mengalihkan tatapannya ke sumber suara.

"Apa?" tanya Shaka malas

"Ini gak ada minuman kah? Anggur merah gitu, biasanya kan orang kaya minumnya wine atau sejenisnya" ujar Zora

"Air keran mau?" ujar Shaka yang di balas tatapan kesal oleh Zora.  

Beberapa menit kemudian makanan dan minuman dateng yang disiapkan khusus untuk Zora dan teman - temannya yang lain. Tanpa menunggu lama mereka menghabiskan makanan tersebut sampai tak bersisa. Zora sudah mengatakan sebelumnya kalau mereka adalah banteng yang kelaparan. Tidak ada istilah kalem, yang paling penting itu perut berisi. 

Sebenarnya Zora tidak sedang mengagumi foto masa muda orang tua Shaka bersama teman - temannya. Tapi ia seperti familiar dengan foto itu, di buku itu ada cerita dibalik foto itu. Dan menurut cerita ada satu laki - laki yang tidak ada di foto itu. 




ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang