Shaka melihat Zora yang sedari tadi tidak berhenti makana, dia heran melihat Zora yang sedari tadi tidak kenyang padahal gadis itu sudah menghabiskan lebih dari tiga piring kue dan empat gelas minuman.
Shaka tidak mengerti kenapa mamanya selalu melakukan hal seperti ini jika ia masuk ke dalam kelas baru. Shaka tidak mempermasalahkan teman - temannya yang datang ke rumahnya tapi hanya saja ia tidak mengerti dengan kelakuan sang mama. Padahal sejujurnya Shaka tidak terlalu dekat dengan teman - teman sekelasnya sedari dulu, Shaka hanya mempunyai empat teman yang bisa dikatakan dekat dengannya. Keempat temannya itu yang tak lain tak bukan ada;ah Gabriel, Dava, Kalannga, dan Kafka. Mereka berlima satu kelas dari SMP hingga SMA, keempat sahabat Shaka ini selalu mengekor ke mana pun Shaka pergi.
"Anjir perut gue sakit, pengen berak" ujar Zora memegang perutnya, sepertinya efek samping karena terlalu rakus.
"Shaka kamar mandi di mana bro?" tanya Zora yang sudah tidka tahan ingin cepat - cepat ke kamar mandi. Shaka menatap Zora dengan malas, gadis itu selalu hectic dengan dirinya sendiri. Tanpa mengatakan kalimat apa pun, Shaka beranjak dari sofa dan berjalan ke arah kamar mandi yang diikuti Zora dari belakang.
"Tuh" Shaka menunjuk kamar mandi yang ada di lantai satu rumahnya.
"Thanks" Zora langsung masuk ke dalam tanpa menunggu respon dari Shaka.
Selesai dengan kegiatan buang air besarnya di kamar mandi, Zora keluar dari kamar mandi dan ternyata Shaka masih menunggunya di depan kamar mandi.
"Lah? Kenapa masih di sini?" tanya Zora bingung
"Nungguin lu" jawab Shaka
"Mau ngomong sesuatu kah manis?" tanya Zora menaik turunkan alisnya.
"Lu sebenarnya siapa?" tanya Shaka menatap Zora curiga. Sejak awal Shaka sudah menaruh kecurigaan besar kepada Zora. Apa lagi saat Zora menatap foto papanya dan teman - temannya saat muda dulu, tatapan itu bukan tatapan mengagumi atau tatapan ingin tahu. Tapi tatapan itu menyiratkan kebencian.
"Gue? Gue siapa? Kenalin nama gue Zora Anara, jenis kelamin perempuan, umur 17 tahun, mikes wine, makes nasi goreng, cita - cita jadi apa aja yang penting kaya" jawab Zora tersenyum manis
"Gue serius" ujar Shaka datar, kesal dengan jawaban Zora yang tidak memuaskan.
"Ya gue Zora" jawab Zora yang tidak mengerti dengan jalan pikiran Shaka.
"Ya gue tahu lu Zora. Tapi lu tau sesuatu tentang keluarga gue, bahkan lu bilang lu pernah ketemu gue sebelumnya" ujar Shaka yang membuat Zora terdiam.
"Ya karena gue stalk keluarga lu makanya gue tahu, terus yang gue merasa pernah ketemu lu emang bener tapi gue gak tau" jawab Zora mencari aman.
"Tapi mungkin aja kita pernah bertemu sebelumnya gak sengaja, kan kita satu sekolah ya meskipun waktu kelas 10 gak satu kelas" lanjut Zora.
Tidak ingin pembahasan semakin melebar ke mana - mana, Zora menyusul teman - temannya yang kini sudah berpindah ke halaman belakang rumah Shaka. Namun bukan untuk bermain bersama yang lainnya melainkan untuk pamit pulang duluan.
"Gaes gue pulang duluan. Gue ada kerjaan di rumah" ujar Zora yang sudah menenteng tas sekolahnya.
"Yah kok pulang duluan sih, gak seru dong kalau gak ada lu" ujar Alvaro yang tidak mau Zora pulang duluan
"Udah pulang sono biar jatah makan lu nanti sama gue" ujar Paris yang sangat berbanding terbalik responnya dengan Alvaro.
"Maaf banget ya ges, tapi gue gak bisa lama - lama. Pekerjaan negara nih" ujar Zora tidak enak hati
"Ya udah gak papa Zo, pulang naik apa?" tanya Raden
"Naik gojek, udah gue pesen kok. Duluan ya semuanyaa. Have fun byeeee" ucap Zora langsung pergi tanpa menunggu balasan dari teman - temannya.
Zora keluar dari rumah Shaka dan pulang jalan kaki, ia berhobong kepada Raden. Ia bahkan tidka punya aplikasi gojek dan tidak punya kuota internet. Zora tidak pulang ke rumahnya tapi gadis itu mengunjungi tempat yang sudah sangat lama tidak ia kunjungi. Tadinya ia tidak ingin datang ke tempat ini tapi ia harus datang karena ia mengingat hal yang dulu sempat terlupakan.
Perihal ia pernah sebelumnya pernah bertemu dengan Shaka itu benar, dulu waktu SD dia satu kelas dengan Shaka dan satu kelas. Tapi sayangnya Zora pindah saat ia kelas tiga SD dan alasan ia pindah adalah Shaka. Zora mengingatnya saat di rumah Shaka tadi, ia melihat foto Shaka waktu SD dan di dalam foto itu ada dirinya. Itu foto satu kelas sehari sebelum Zora pindah, dan alasan Zora pindah adalah karena bullying yang di lakukan oleh Shaka kepadanya.
Zora memegang kepalanya, tepat dibagian bekas luka yang ada di kepalanya dan pelakunya itu Shaka. Zora tersenyum sendu mengingat saat luka itu ia dapatkan. Ia tidak tahu apa Shaka masih mengingat kejadian itu.
"Dasar pencuri, makanya punya keluarga biar mama kamu bisa beli. Pencuri kaya kamu gak pantes hidup tenang dan bahagia" kalimat terakhir yang Shaka ucapkan setelah ia mendorong Zora dari tangga. Kesalah pahaman yang sampai sekarang menimbulkan luka untuk Zora dan Shaka.
Zora merasa dunia sangat sempit, atau memang semuanya yang sudah diatur? Shaka yang ternyata orang yang dulu membully dirinya, Shaka yang ternyata ada di buku La La La Lost You, dan Shaka yang ternyata kembali menjadi teman sekelasnya. Masa lalu, hari ini, dan masa depan yang semuanya saling terikat.
Zora menghembuskan nafas kasar dan mencoba terlihat baik - baik saja, ia lagi - lagi tersenyum sendu. Ia melangkahkan kakinya memasuki tempat yang dulu menjadi awal luka. Ia kembali ke tempat saat di mana Shaka membencinya. Rainbow Elementary School, tempat Zora dan Shaka SD. Zora tidak ingin macam - macam, dia hanya ingin mengucapkan kata terima kasih untuk orang yang dulu menyelamatkannya. Zora hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk salah satu guru yang selalu ada untuk Zora dan selalu membantu Zora.
Zora tidak membenci Shaka, Zora hanya tidak seberuntung Shaka saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/286748328-288-k957996.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENTALLY IN LOVE
Teen FictionSEQUEL TRANSMIGRASI GADIS PEMALAS!! Bisa dibaca terpisah, tapi bisa dibaca terlebih dahulu Transmigrasi Gadis Pemalas untuk alur cerita yang lebih jelas. Zora Anara, dia datang karena kesalahan waktu dimasa lalu tapi kesalahan itu membawanya menemu...