Shaka bernafas lega karena dirinya kini bisa lepas dari orang - orang yang tiada henti untuk memberinya ucapan selamat. Shaka bergabung dengan teman - temannya yang sedari tadi menikmati pesta sangat berbeda sekali dengan dirinya yang terlihat tidak menikmati pesta ulang tahunnya sendiri.
"Why you look so-"
"Shut up, Gabriel!" belum selesai Gabriel melanjutkan kalimatnya sudah di sela oleh Shaka
"Well. honestly gue agak kaget dengan respon lo. Tell me what happened?" Tanya Gabriel yang merupakan sahabat Shaka sejak mereka SD sayangnya mereka tidak satu SMA karena mama Shaka yang menyuruh Shaka untuk sekolah di sekolah yang biasa saja.
"Nothing" jawab Shaka.
"Anjay kamu bohong. Kita tuh temenan bukan dua tahun, tiga tahun, bahkan gue tau semua varian warna dari sempak lo, Shaka" ujar Dava. Shaka mempunyai empat sahabat yang sudah bersama - sama dengannya sejak ia masih SD. Gabriel dan Dava sudah dekat dengan Shaka sejak mereka masih duduk di sekolah dasar, kalau Kalangga dan Kafka baru dekat dengan Shaka saat awal masuk SMP, hingga sekarang persahabatan mereka masih sangat baik.
"I'll tell you soon" ujar Shaka yang tidak ingin menceritakan apapun.
"Gaes, I have a question and y'all please answer" ujar Tiara yang tiba - tiba menggunakan bahasa inggris.
"Lo kenapa cok?" tanya Paris yang melihat Tiara aneh.
"Tiba - tiba sok inggris banget, mau caper ke siapa lagi lo?" tanya Alvaro yang sudah hafal dengan kelakuan Tiara.
"Shaka dan teman - temannya ngobrol pakai bahasa inggris, gue sebagai calon pendamping Shaka harus menyesuaikan mulai dari sekarang dong" ujar Tiara sombong.
"Mimpi tuh jangan ketinggian neng. Kayanya tanpa berpikir pun Shaka gak akan milih lo jadi pendampingnya, milih lo jadi babunya aja dia nggak mau" ujar Paris tidak terima dengan ucapan Tiara.
"Bilang aja lo cemburu" jawab Tiara yang mendapat sorakan dari yang lain.
"Zora tuh udah di tandai sama mamanya Shaka buat jadi menantu nya" ujar Paris sengaja memanas - manasi Tiara.
"Zora kalau jauh kali dari gue" ujar Tiara menatap sinis Zora.
"Menang tete aja bangga lo" ujar Zora yang tidak terima tatapan sinis dari Tiara, harapannya sih jangan sampai karena cowok persahabatan kelas mereka jadi berantakan.
"Gak tau ah, gue mau sama Shaka. Byeeee!" Tiara pergi dan menghampiri Shaka yang sedang asik mengobrol bersama teman - temannya.
"Nanti pulang pada naik apa?" tanya Raden bertanya kepada teman kelasnya yang ikut datang ke pesta. Berbagai jawaban Raden terima, ada yang bilang diantar oleh mama atau papanya, ada yang bilang bawa kendaraan sendiri dan ada yang bilang naik gojek.
"Gue naik transjakarta" jawab Zora
"Terus dari halte naik jak lingko sampe rumah" lanjutnya lagi.
"Yaudah, ntar yang naik transport umum bareng gue aja. Gue bawa mobil" ujar Raden yang mendapat anggukan dari teman kelasnya.
"Gue juga bawa mobil, nanti nebeng gue juga boleh" ucap Paris menawarkan diri.
"Mobil pick up tapi ya ges" lanjut Paris tersenyum tanpa dosa.
Zora memilih tidak menanggapi ucapan Paris dan memilih untuk mencari tempat strategis untuk makan. Sembari makan Zora melihat - lihat tamu undangan yang datang, meskipun tidak ada yang ia kenal selain teman satu kelasnya.
Zora kurang tahu tentang keluarga Altair, yang ia tahu keluarga Altair adalah keluarga konglomerat dan yang ia tahu keluarga Rafan Altair dan Anne pernah dekat dengan ayahnya, bahkan sangat dekat. Itu pun ia tahu dari buku yang ia temukan, buku yang ayahnya sendiri tulis.
"Lawak banget hidup" gumam Zora. Ia sendiri pusing memikirkan apa yang terjadi di masa lalu dan juga siapa dirinya sebenarnya juga bahkan ia tidak tahu.
"Dulu waktu gue kecil di bully sama Shaka, eh gedenya ketemu Shaka lagi. Gue bakal di bully lagi gak ya? Yaudahlah cuek, kalau di bully gue, gue bisa melindungi diri" ujar Zora pada dirinya sendiri.
"Zora"
Zora terdiam mendengar suara tersebut, jelas - jelas suara itu tidak asing lagi baginya. Zora menoleh ke samping dan melihat siapa pelaku yang memanggil namanya itu.
"Kita bertemu lagi?" ucap orang tersebut tersenyum miring.
"Dari kemarin kali kita ketemu" jawab Zora pura - pura tidak mengerti, gadis itu hanya perlu menyelamatkan dirinya sekarang juga.
"Gimana kalau kita flashback" Shaka mendekat dan menyelipkan anak rambut Zora ke belakang telinganya. Sungguh, Zora gemetar ketakutan.
"Flash sale kali ah" jawab Zora mencoba tetap tenang dan menunjukkan senyum terbaiknya saat ini.
"Lo beneran lupa atau pura - pura Lupa, Zora?" tanya Shaka menatap tajam Zora
"Luap apaan? sorry to say tapi gue gak ada sesuatu sama lo" jawab Zora, pura - pura tidak tahu adalah jalan terbaik untuk keselamatannya saat ini.
"Gue dengar percakapan lo sama sama ibu - ibu yang tadi, Zora" ucap Shaka yang lagi - lagi membuat Zora terdiam dan menatap Shaka tanpa mengatakan apapun.
"So? lo mau bully gue lagi? Atau lo mau lakuin hal yang sama seperti bertahun - tahun lalu? Terus kenapa kalau gue lupa dan apa peduli lo?" pertanyaan beruntun Zora lontarkan dan menatap Shaka penuh kebencian, ia tidak bisa menahan dirinya sekarang.
"Dunia gak adil banget, orang jahat kaya lo bisa hidup dengan tenang dan bahagia. Sedangkan gue? Gue bahkan harus hidup dalam ketakutan" lanjut Zora tanpa melepaskan tatapannya dari Shaka.
"Gue harap ada waktu dimana lo menderita, Shaka" ucap Zora lalu pergi begitu saja.
"Anjing. anjing. anjing" umpat Zora mengacak - ngacak rambutnya.
"Satu masalah aja belum selesai sekarang udah ada masalah lain. Hidup gini amat ya" lanjut gadis itu dan memilih keluar dari area pesta.
"Zora!" panggil Shaka yang kini berdiri tepat di belakang Zora.
"Apa lagi bangsat" jawab Zora emosi, kedatangan Shaka hanya menambah bebannya saja.
"Lo benar - benar bikin gue jengkel" Shaka menatap sinis Zora.
"Dan lo bener - bener bikin gue emosi. Lo bener - bener anjing" ucap Zora tidak mau kalah dan pergi meninggalkan Shaka.
"Shaka, lo ngapain disini?" tanya Dava yang tiba - tiba datang entah dari mana. Tanpa merespon pertanyaan Dava, Shaka masuk ke area pesta.
"Mantap Zora, hebat, bravo. Hidup semakin bertambah susah"
"Ada loker jadi sugar baby gak ya, makin hari hidup makin drama aja" monolog Zora yang sekarang duduk di balkon. Dia bahkan tidak sadar kalau sekarang yang ia tempati adalah rumah Shaka.
"Apa gue lompat aja kali ya dari atas sini" lanjut gadis itu sembari menatap kebawah.
"Jangan deh, belum tentu gue mati abis lompat" lanjut gadis itu lagi.
Halo gaess....
Happy new year semuanyaaa, semoga tahun 2023 jadi lebih baik ya.
Jangan lupa vote dan komen yaaa gaess.
See you di chapter selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENTALLY IN LOVE
Teen FictionSEQUEL TRANSMIGRASI GADIS PEMALAS!! Bisa dibaca terpisah, tapi bisa dibaca terlebih dahulu Transmigrasi Gadis Pemalas untuk alur cerita yang lebih jelas. Zora Anara, dia datang karena kesalahan waktu dimasa lalu tapi kesalahan itu membawanya menemu...