BAB 19

324 43 2
                                    


"Gue mau nanya sesuatu deh" ujar Zora pada Shaka. Hari ini kelas mereka tidak ada pembelajaran karena guru yang mengajar sedang berhalangan. Jadilah kelas 11 IPA 4 belajar mandiri. 

"Apa?" tanya Shaka tanpa menoleh, dia sibuk dengan buku yang sedang ia baca. 

"Lo beneran yang nulis buku La La Lost You?" tanya Zora meyakinkan. 

"Iya" jawab Shaka. Shaka menutup buku yang ia baca tersebut dan meletakkannya di atas meja. Tatapannya beralih ke Zora. 

"Biar gue gak lupa sama lo" jawab Shaka tersenyum. Zora menganggap jawaban itu adalah jawaban tidak serius. Shaka menanggapinya dengan candaan. 

"Yang serius dong" ujar Zora tidak puas dengan jawaban dari Shaka. 

"Jawaban seriusnya, supaya gue gak lupa sama semua kejadian yang udah gue laluin dan gue hadapi. Mungkin aja catatan - catatan yang gue buat berguna untuk gue nanti. Dan jawaban lainnya adalah cara gue meyakinkan diri gue sendiri kalau gue nggak gila. Kalau semua ini benar - benar terjadi. Jadi gue harap, lo jaga buku itu baik - baik. Karena suatu saat gue akan minta" jawab Shaka panjang lebar. 

"Terus kenapa buku itu bisa di rumah gue dan kenapa buku itu bisa ada di tangan papa Jeffrey?" tanya Zora lagi, ia ingin meluruskan semua kejanggalan yang ada. 

"Karena gue yang ngasih, seperti yang udah gue bilang, kalau gue bisa lihat kematian orang. Seminggu sebelum kematian Jeffrey, gue kasih buku itu ke dia. Dan gue yakin kalau dia percaya sama gue" jawab Shaka menatap Zora. 

"Gue kasih karena gue pengen aja sih, ya itung - itung bokap lo mengenang masa hidupnya sebelum ia pergi" ujar Shaka. 

"Lo takut?" tanya Shaka tanpa melepaskan tatapannya dari Zora. 

"Takut?" tanya Zora tidak mengerti. 

"Kematian. Lo takut kematian?" tanya Shaka serius. 

"Hahahaha, nggak. Gue gak takut sama kematian" ujar Zora tertawa menanggapi pertanyaan Shaka. 

"Kalau lo?" tanya Zora. Shaka terdiam sejenak berpikir jawaban apa yang akan ia berikan kepada Zora. 

"Emmm..... Menurut lo setelah apa yang gue ceritain ke lo?" tanya Shaka balik. 

"Lo gak takut" jawab Zora tanpa berpikir. Shaka tidak menyalahkan jawaban Zora, tidak juga membenarkannya. Ia memilih tidak menjawab dan memilih Zora yang menentukan jawabannya sendiri.  

Shaka beranjak dari kursinya, tidak memperdulikan panggilan dari Zora yang meminta jawaban pasti dari mulutnya sendiri. Shaka memilih keluar dari kelas dan memilih memenangkan dirinya di rooftop sekolah. Shaka menatap lurus ke depan, dari rooftop ia bisa melihat halaman sekolah yang sepi hanya beberapa siswa yang diluar. Mungkin sedang praktek olahraga. 

Shaka menetap jauh ke depan, sesungguhnya ia takut kematian. Sangat takut. Meskipun ia sudah melalui banyak hal, ia tetap ketakutan. Ia takut hari ini tidak akan sama seperti besok. Semuanya bisa saja berubah dalam sekejap. Dan satu hal lagi, ia tidak bisa melihat kematian Zora dan ia tidak bisa menebak apa yang gadis itu pikirkan. Tapi satu hal yang pasti, Zora berbohong. Zora takut kematian, sangat takut. 

Ia bisa melihat kematin orang - orang, bahkan hari ini Shaka sangat tahu kalau salah satu ibu kantin akan meninggal saat pulang dari sekoolah. Paris yang meninggal karena stroke yang disebabkan oleh usaha lelenya yang akan bangkrut. Resi yang meninggal karena kecelakaan, dan ayahnya yang meninggal karena kecelakaan juga. Lalu ia yang akan meninggal karena perkelahian dengan para gengster. 

"The future is not ours to see" gumam Shaka, kalimat yang ia tulis di buku La La La Lost You. Ia berharap suatu saat nanti kalimat itu benar untuknya. 

"The future is yours to see, Shaka" ujar Zora yang tiba - tiba sudah berada di belakanganya. 

"Lo bisa tau kapan orang - orang akan pergi. Itu keren" ujar Zora tersenyum lebar. 

"Lo bisa membuat tahu kapan harus berhenti dan kapan harus memulai" lanjut Zora menatap Shaka. Shaka hanya merespon dengan senyuman tipis. Zora tidak perlu tahu atau bahkan orang - orang tidak perlu tahu kalau ia selalu berada dalam rasa bersalah. 

"Kalau gue mati apa yang akan terjadi?" tanya Zora. 

"Tidak ada, dunia ini akan tetap berputar. Semua orang akan seperti biasa, kesedihan tetap ada tapi semuanya tetap berjalan. Dan kesedihan juga tidak selamanya" jawab Shaka. 

"Mau lo meninggal, gak ada pengaruhnya sih" lanjut Shaka yang membuat Zora tersenyum kecut. 

"Iya tauu ihhh, maksudnya tuh apa gue akan kembali hidup di kehidupan berikutknya atau kehidupan lain?" tanya Zora. 

"Tergantung" jawab Shaka. 

"Maksudnya?" tanya Zora tidak mengerti. 

"Sendal lo tergantung di depan kelas" jawab Shaka menunjuk ke arah kelas mereka. Dan benar saja, sendal hijau dengan logo NCT itu tergantung bebas di pintu kelas mereka. Dengan buru - buru, Zora berlari menuju kelasnya. Ia tidak akan memberi ampun kepada siapapun yang sengaja menggantung sendalnya itu. 

"Tergantung lo mau mengulang kehidupan atau enggak Zora" jawab Shaka menatap Zora yang berlari di lapangan menuju kelasnya. 




Halo gaesssss...

Jangan lupa untuk vote dan komen ya, di follow juga xixixi. 

See u next chapter gaes....

ACCIDENTALLY IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang